Petani di Sulut Kekurangan Modal
A
A
A
MANADO - Kepala Dinas Perkebunan Sulawesi Utara (Sulut) Jenny Karouw merasa prihatin pada sejumlah petani kalangan mikro.
"Saat ini mereka (petani) kekurangan modal untuk pengembangan produksi," ujarnya, Kamis (5/6/2014).
Keluhan itu, kata dia, memang bukan tugas Dinas Perkebunan. Tapi di saat melakukan penyuluhan kepada petani, tak sedikit petani mengeluhkan modal. "Tugas kami selain memberikan bibit tanaman, kami pun sering melakukan penyuluhan. Salah satu kendala mereka, terbentur modal untuk pengembangan produksi," jelasnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut pada April, nilai tukar petani (NTP) angkanya masih di bawah 100. Dari 99,60 di April menjadi 99,95 pada Mei, artinya petani Sulut belum sejahtera.
Kepala BPS Sulut Faizal Anwar mengatakan, dari tujuh subsektor NTP gabungan, subsektor tanaman pangan (NTPP) menujukkan pergerakan yang kurang baik. "NTPP ini mengalami penurunan 0,52% dengan NTP 95,87 di April menjadi 95,36 pada Mei," ujarnya.
Pemerhati Ekonomi Sulut Ellen Pakasi mengatakan, kurangnya suntikan dana dari perbankan kepada petani di Sulut, membuat petani tak sedikit gulung tikar, dan hanya memanfaatkan lahan mereka untuk tanaman yang bisa dijual untuk menghidupi kebutuhan ekonomi dikeesokan harinya.
"Perbankan juga tidak biasa disalahkan, sebab penyaluran kredit harus ada agunan," katanya.
Dia mengimbau, perbankan sebaiknya ada kebijakan khusus pada petani. Misalkan memberikan kredit khusus dan akan dibayar setiap tiga bulan sekali, yakni saat mereka panen.
Sementara, Vice President PT Bank Mandiri Tbk Area Manado Hotman Nainggolan mengatakan, penyaluran kredit ke petani sebenarnya tidak ada masalah pada perbankan. "Kami memiliki KUR, ini bisa dimanfaatkan petani," katanya.
Namun, salah satu persyaratan untuk KUR, kata dia, memang perlu ada agunan. Baik itu sertifikat lahan pertanian, kendaraan, maupun sertifikat rumah.
"Kalau kami itu untuk KUR Mikro kreditnya hingga Rp20 juta, dan bunga efektifnya itu maksimal 22%," kata Kepala Cabang BRI Manado Hernanda Deniarto.
Kajian ekonomi regional triwulan I/2014 Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulut, menunjukkan Jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertanian mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan I/2014 yakni 18,07% (yoy).
Jumlah kredit yang disalurkan pada triwulan pelaporan tercatat Rp463 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan priode yang sama tahun lalu sebesar Rp565 miliar. Sementara NPL mengalami penurunan, tapi masih di atas 5% triwulan I/2014.
"Saat ini mereka (petani) kekurangan modal untuk pengembangan produksi," ujarnya, Kamis (5/6/2014).
Keluhan itu, kata dia, memang bukan tugas Dinas Perkebunan. Tapi di saat melakukan penyuluhan kepada petani, tak sedikit petani mengeluhkan modal. "Tugas kami selain memberikan bibit tanaman, kami pun sering melakukan penyuluhan. Salah satu kendala mereka, terbentur modal untuk pengembangan produksi," jelasnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut pada April, nilai tukar petani (NTP) angkanya masih di bawah 100. Dari 99,60 di April menjadi 99,95 pada Mei, artinya petani Sulut belum sejahtera.
Kepala BPS Sulut Faizal Anwar mengatakan, dari tujuh subsektor NTP gabungan, subsektor tanaman pangan (NTPP) menujukkan pergerakan yang kurang baik. "NTPP ini mengalami penurunan 0,52% dengan NTP 95,87 di April menjadi 95,36 pada Mei," ujarnya.
Pemerhati Ekonomi Sulut Ellen Pakasi mengatakan, kurangnya suntikan dana dari perbankan kepada petani di Sulut, membuat petani tak sedikit gulung tikar, dan hanya memanfaatkan lahan mereka untuk tanaman yang bisa dijual untuk menghidupi kebutuhan ekonomi dikeesokan harinya.
"Perbankan juga tidak biasa disalahkan, sebab penyaluran kredit harus ada agunan," katanya.
Dia mengimbau, perbankan sebaiknya ada kebijakan khusus pada petani. Misalkan memberikan kredit khusus dan akan dibayar setiap tiga bulan sekali, yakni saat mereka panen.
Sementara, Vice President PT Bank Mandiri Tbk Area Manado Hotman Nainggolan mengatakan, penyaluran kredit ke petani sebenarnya tidak ada masalah pada perbankan. "Kami memiliki KUR, ini bisa dimanfaatkan petani," katanya.
Namun, salah satu persyaratan untuk KUR, kata dia, memang perlu ada agunan. Baik itu sertifikat lahan pertanian, kendaraan, maupun sertifikat rumah.
"Kalau kami itu untuk KUR Mikro kreditnya hingga Rp20 juta, dan bunga efektifnya itu maksimal 22%," kata Kepala Cabang BRI Manado Hernanda Deniarto.
Kajian ekonomi regional triwulan I/2014 Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulut, menunjukkan Jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertanian mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan I/2014 yakni 18,07% (yoy).
Jumlah kredit yang disalurkan pada triwulan pelaporan tercatat Rp463 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan priode yang sama tahun lalu sebesar Rp565 miliar. Sementara NPL mengalami penurunan, tapi masih di atas 5% triwulan I/2014.
(izz)