Chatib Optimis Asumsi Makro Tercapai Meski Rupiah Anjlok
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) M Chatib Basri tetap optimis asumsi makro yang sudah disepakati dalam APBN-P 2014 sebesar Rp11.600 per USD, untuk nilai tukar rupiah terhadap dolar (USD) akan dapat dicapai meski rupiah sempat terperosok hingga Rp12.000 di perdagangan hari ini.
"Dapat (Rp11.600), karena ini temporer. Efek dari geopolitik itu selalu overshot kemudian dia balik lagi. Biarin aja," ujar dia usai Raker di Ruang Rapat Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Rabu (18/6/2014).
Lebih lanjut dia mengatakan, meskipun Indonesia Crude Price (ICP) juga sudah USD107 per barel, ini bersifat sementara. Dia menilai, persoalan yang terjadi di Irak tidak mungkin terjadi terus menerus.
"Ya saya tau (ICP), tapi nanti sampai akhir tahun rata-ratanya USD105. Karena soal geopolitiknya selalu temporer. Mengambil keputusan karena keputusan satu hari akibat dari geopolitik," terangnya.
Sementara Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardoyo mengatakan, ketika fiskal dilaporkan bisa terjadi defisit 4,5% membuat kekhawatiran. "Tetapi dengan sekarang kita sudah melihat bahwa nanti malam akan ada sidang paripurna untuk menyetujui APBN-Perubahan dan itu prinsipnya defisit akan menjadi 2,5% itu menunjukan isu fiskal sudah teratasi," terang dia.
Menurutnya, kita perlu fokus pada neraca perdagangan dan transaksi berjalan. Dia mengatakan, upaya dari pemerintah untuk mendorong ekspor itu memang harus terus dilakukan, karena ekspor non migas dan non mineral itu akan meningkat dengan baik.
"Kita melihat di tekstil, mesin, mekanik, itu ekspornya bagus artinya ada peningkatan. Tetapi dari sisi batu bara, kelapa sawit itu kan ada penurunan, juga mineral yang masih belum ada ekspor yang berarti. Jadi secara umum kita mesti fokus memperbaiki fundamental ekonomi kita supaya neraca perdagangannya dapat membaik tidak seperti 4 bulan kemarin yang menunjukan year to date defisit," pungkasnya.
"Dapat (Rp11.600), karena ini temporer. Efek dari geopolitik itu selalu overshot kemudian dia balik lagi. Biarin aja," ujar dia usai Raker di Ruang Rapat Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Rabu (18/6/2014).
Lebih lanjut dia mengatakan, meskipun Indonesia Crude Price (ICP) juga sudah USD107 per barel, ini bersifat sementara. Dia menilai, persoalan yang terjadi di Irak tidak mungkin terjadi terus menerus.
"Ya saya tau (ICP), tapi nanti sampai akhir tahun rata-ratanya USD105. Karena soal geopolitiknya selalu temporer. Mengambil keputusan karena keputusan satu hari akibat dari geopolitik," terangnya.
Sementara Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardoyo mengatakan, ketika fiskal dilaporkan bisa terjadi defisit 4,5% membuat kekhawatiran. "Tetapi dengan sekarang kita sudah melihat bahwa nanti malam akan ada sidang paripurna untuk menyetujui APBN-Perubahan dan itu prinsipnya defisit akan menjadi 2,5% itu menunjukan isu fiskal sudah teratasi," terang dia.
Menurutnya, kita perlu fokus pada neraca perdagangan dan transaksi berjalan. Dia mengatakan, upaya dari pemerintah untuk mendorong ekspor itu memang harus terus dilakukan, karena ekspor non migas dan non mineral itu akan meningkat dengan baik.
"Kita melihat di tekstil, mesin, mekanik, itu ekspornya bagus artinya ada peningkatan. Tetapi dari sisi batu bara, kelapa sawit itu kan ada penurunan, juga mineral yang masih belum ada ekspor yang berarti. Jadi secara umum kita mesti fokus memperbaiki fundamental ekonomi kita supaya neraca perdagangannya dapat membaik tidak seperti 4 bulan kemarin yang menunjukan year to date defisit," pungkasnya.
(gpr)