Kenaikan Harga Sembako di Jateng Masih Normal
A
A
A
SEMARANG - Tim Pengendalai Inflasi Daerah (TPID) provinsi Jawa Tengah (Jateng) menilai kenaikan harga sejumlah kebutuhan di pasaran, saat ini masih dalam batas normal.
Ketua TPID Provinsi Jateng Sri Puryono KS mengatakan, komoditas yang cenderung meningkat harganya pada bulan puasa dan Idul Fitri pada tahun ini telah berhasil diidentifikasi, antara lain daging dan telur ayam ras.
Berkaitan dengan hal tersebut, TPID telah dan akan terus berkoordinasi dengan SKPD terkait untuk menjaga pasokan dan distribusi bahan kebutuhan pokok masyarakat, khususnya komoditas yang diperkirakan akan menjadi sumber inflasi.
“Secara historis, dalam lima tahun terakhir inflasi yang terkait dengan pola musiman puasa dan Lebaran di Jateng dan DIY relatif terkendali di bawah 1%. Di 2014, inflasi terkait pola musiman tersebut diperkirakan juga dapat terkelola dengan baik sejalan dengan terjaganya pasokan dan distribusi bahan kebutuhan pokok masyarakat,“ katanya, Kamis (19/6/2014).
Dia mengaku, stok beras Bulog yang mencukupi hingga 8 bulan ke depan dan kesiapan Pertamina untuk menambah dan menjaga pasokan BBM menjadi faktor yang memperkuat keyakinan akan terjaganya inflasi tersebut.
Ketua Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Semarang, Ngargono melihat fenomena kenaikan harga menjelang Ramadan ini karena kebutuhan yang semakin meningkat sementara ketersediaan barang terbatas.
Keterbatasan barang ini selain karena memang banyaknya kebutuhan, juga disinyalir adanya tengkulak-tengkulak yang melakukan penimbunan barang untuk kemudian dijual pada saat menjelang lebaran.
“Bisa dikatakan bahwa menjelang Ramadan persediaan barang yang dibutuhkan sangat sedikit, sementara para pamakainya banyak,” katanya.
Untuk itu, dia berharap pemerintah harus mampu menjaga pasokan serta mengatasi kemungkinan terus naiknya kenaikan harga sembako, agar beban masyarakat tidak semakin berat. Selain itu dengan menjaga stabilitas harga maka inflasi akan tetap terjaga.
“Caranya adalah dengan memperlancar proses distribusi barang, dan mengantisipasi adanya penimbunan,” katanya.
Seperti diketahui, saat ini sejumlah kebutuhan pokok menjelang Ramadan ini terus mengalami kenaikan harga. Harga telur ayam misalnya, dari Rp16.000 per kilogram menjadi Rp18.500. kemudian daging Ayam yang sebelumnya seharga Rp28.000 per kilonya, sekarang ini naik menjadi Rp32.000.
Sementara itu harga daging sapi yang sebelumnya belum mengalami kenaikan dalam tiga hari terakhir ini sudah naik dan tembus di harga Rp100.000 per kiligramnya untuk kualitas standar dan untuk kualitas bagus harganya kini Rp105.000 per kilo.
Melihat kondisi harga yang terus mengalami kenaikan disertai dengan kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Semarang mulai melakukan penambahan stok hingga 10% dari bulan biasa.
Kabid Perdagangan Disperindag Semarang, Asih menuturkan, penambahan stok dilakukan untuk mengantisipasi adanya kelangkaan di sejumlah pasar tradisional. ”Kami berusaha untuk memperlancar pasokan, titik-titik distribusi jangan sampai terganggu,” katanya.
Ketua TPID Provinsi Jateng Sri Puryono KS mengatakan, komoditas yang cenderung meningkat harganya pada bulan puasa dan Idul Fitri pada tahun ini telah berhasil diidentifikasi, antara lain daging dan telur ayam ras.
Berkaitan dengan hal tersebut, TPID telah dan akan terus berkoordinasi dengan SKPD terkait untuk menjaga pasokan dan distribusi bahan kebutuhan pokok masyarakat, khususnya komoditas yang diperkirakan akan menjadi sumber inflasi.
“Secara historis, dalam lima tahun terakhir inflasi yang terkait dengan pola musiman puasa dan Lebaran di Jateng dan DIY relatif terkendali di bawah 1%. Di 2014, inflasi terkait pola musiman tersebut diperkirakan juga dapat terkelola dengan baik sejalan dengan terjaganya pasokan dan distribusi bahan kebutuhan pokok masyarakat,“ katanya, Kamis (19/6/2014).
Dia mengaku, stok beras Bulog yang mencukupi hingga 8 bulan ke depan dan kesiapan Pertamina untuk menambah dan menjaga pasokan BBM menjadi faktor yang memperkuat keyakinan akan terjaganya inflasi tersebut.
Ketua Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Semarang, Ngargono melihat fenomena kenaikan harga menjelang Ramadan ini karena kebutuhan yang semakin meningkat sementara ketersediaan barang terbatas.
Keterbatasan barang ini selain karena memang banyaknya kebutuhan, juga disinyalir adanya tengkulak-tengkulak yang melakukan penimbunan barang untuk kemudian dijual pada saat menjelang lebaran.
“Bisa dikatakan bahwa menjelang Ramadan persediaan barang yang dibutuhkan sangat sedikit, sementara para pamakainya banyak,” katanya.
Untuk itu, dia berharap pemerintah harus mampu menjaga pasokan serta mengatasi kemungkinan terus naiknya kenaikan harga sembako, agar beban masyarakat tidak semakin berat. Selain itu dengan menjaga stabilitas harga maka inflasi akan tetap terjaga.
“Caranya adalah dengan memperlancar proses distribusi barang, dan mengantisipasi adanya penimbunan,” katanya.
Seperti diketahui, saat ini sejumlah kebutuhan pokok menjelang Ramadan ini terus mengalami kenaikan harga. Harga telur ayam misalnya, dari Rp16.000 per kilogram menjadi Rp18.500. kemudian daging Ayam yang sebelumnya seharga Rp28.000 per kilonya, sekarang ini naik menjadi Rp32.000.
Sementara itu harga daging sapi yang sebelumnya belum mengalami kenaikan dalam tiga hari terakhir ini sudah naik dan tembus di harga Rp100.000 per kiligramnya untuk kualitas standar dan untuk kualitas bagus harganya kini Rp105.000 per kilo.
Melihat kondisi harga yang terus mengalami kenaikan disertai dengan kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Semarang mulai melakukan penambahan stok hingga 10% dari bulan biasa.
Kabid Perdagangan Disperindag Semarang, Asih menuturkan, penambahan stok dilakukan untuk mengantisipasi adanya kelangkaan di sejumlah pasar tradisional. ”Kami berusaha untuk memperlancar pasokan, titik-titik distribusi jangan sampai terganggu,” katanya.
(gpr)