Ini Dua Penyebab Indonesia Naik Kelas
A
A
A
MAKASSAR - Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengatakan, ada dua faktor penyebab Indonesia naik kelas dari negara berpenghasilan rendah menjadi negara berpenghasilan menengah.
"Indonesia beruntung naik kelas jadi negara berpenghasilan rendah jadi menengah dan itu batasnya USD1.200 per kapita," kata Agus saat membuka Seminar Nasional dengan tema "Mendorong Percepatan Reformasi Struktural Untuk Penguatan Ekonomi di Kawwasan Indonesia Timur" di Makassar, Senin (23/6/2014).
Faktor pertama adalah ekspor yang didominasi oleh ekspor sumber daya alam umumnya berasal dari pulau-pulau di luar Jawa. Seperti diketahui, harga komoditas SDA terutama mineral 100 tahun terakhir cenderung menurun, namun Indonesia sempat mereguk keuntungan karena harga mineral naik pada 2010.
Faktor kedua adalah ekspor dari komoditas industri yang mengandalkan teknologi rendah serta upah buruh yang rendah. "Dan itu yang membuat kita meningkat. Tahun 2008 penghasilan per kapita USD2.200, sekarang sudah USD3.500 per kapita," tambahnya.
Kenaikan penghasilan itu dibarengi dengan konsumsi masyarakat yang meningkat. Sayangnya kebutuhan masyarakat tidak bisa dipenuhi oleh industri dalam negeri. Sehingga dalam lima hingga 10 tahun terakhir impor naik terus.
Gencarnya impor itu menyebabkan defisit transaksi berjalan selama 10 kuartal terakhir. Pada triwulan I/2014, defisit transaksi berjalan sebesar USD4,2 miliar atau mencapai 2,06% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka itu telah turun dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai USD4,3 miliar atau 2,12% dari PDB.
"Karena semua impor akhirnya menjadi besar dan melebihi ekspor, kalau seperti ini jangan harap punya ekonomi stabil," ujar mantan Menteri Keuangan itu.
"Indonesia beruntung naik kelas jadi negara berpenghasilan rendah jadi menengah dan itu batasnya USD1.200 per kapita," kata Agus saat membuka Seminar Nasional dengan tema "Mendorong Percepatan Reformasi Struktural Untuk Penguatan Ekonomi di Kawwasan Indonesia Timur" di Makassar, Senin (23/6/2014).
Faktor pertama adalah ekspor yang didominasi oleh ekspor sumber daya alam umumnya berasal dari pulau-pulau di luar Jawa. Seperti diketahui, harga komoditas SDA terutama mineral 100 tahun terakhir cenderung menurun, namun Indonesia sempat mereguk keuntungan karena harga mineral naik pada 2010.
Faktor kedua adalah ekspor dari komoditas industri yang mengandalkan teknologi rendah serta upah buruh yang rendah. "Dan itu yang membuat kita meningkat. Tahun 2008 penghasilan per kapita USD2.200, sekarang sudah USD3.500 per kapita," tambahnya.
Kenaikan penghasilan itu dibarengi dengan konsumsi masyarakat yang meningkat. Sayangnya kebutuhan masyarakat tidak bisa dipenuhi oleh industri dalam negeri. Sehingga dalam lima hingga 10 tahun terakhir impor naik terus.
Gencarnya impor itu menyebabkan defisit transaksi berjalan selama 10 kuartal terakhir. Pada triwulan I/2014, defisit transaksi berjalan sebesar USD4,2 miliar atau mencapai 2,06% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka itu telah turun dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai USD4,3 miliar atau 2,12% dari PDB.
"Karena semua impor akhirnya menjadi besar dan melebihi ekspor, kalau seperti ini jangan harap punya ekonomi stabil," ujar mantan Menteri Keuangan itu.
(gpr)