KKP Susun Rencana Induk Budidaya Perikanan Nasional
A
A
A
JAKARTA - Pengembangan usaha budidaya di kawasan Asia semakin memiliki peranan yang sangat penting dalam industri perikanan dunia. Dimana, produksi perikanan budidaya memasok hampir 45% dari hasil perikanan yang dikonsumsi di seluruh dunia.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Sjarief Widjaja mengatakan, hal tersebut dipicu semakin pesatnya permintaan hasil perikanan global yang terus tumbuh, sementara pasokan dari sumber-sumber tradisional stagnan.
"Oleh karena itu, pemerintah Indonesia terus berupaya untuk mendorong keberlanjutan pasokan dan permintaan hasil perikanan di masa depan melalui pengembangan teknologi budidaya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," ujar dia dalam rilisnya di Jakarta, Kamis (26/6/2014).
Selain dengan pengembangan teknologi, Sjarief menambahkan bahwa upaya yang ditempuh adalah dengan mengajak para stakeholder perikanan untuk berperan aktif dan berkolaborasi menyusun suatu kebijakan perikanan yang berkontribusi terhadap pengamanan pasokan dan permintaan hasil perikanan (seafood supply and demand) di masa mendatang secara berkelanjutan.
“Oleh karena itu Kementerian Kelautan dan Perikanan menggandeng WordFish sebagai organisasi nirlaba internasional di Asia untuk bersama-sama menyusun rencana induk budidaya perikanan nasionalhingga tahun 2020, melalui proyek penelitian Aquaculture Future Indonesia yang akan dilaksanakan selama delapan belas bulan,” ujar Sjarief.
Sjarief menjelaskan, Aquaculture Futures Indonesia merupakan sebuah proyek kolaborasi antara Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan WorldFish yang akan memberikan kesempatan besar untuk secara komprehensif berupaya meningkatkan nilai konsumsi dan status produksi hasil perikanan.
Kemudian, proyek tersebut diharapkan dapat mengembangkan skenario pasokan dan permintaan hasil perikanan masa depan, serta membangun pemahaman tentang peluang serta tantangan untuk menumbuhkan budidaya perikanan berkelanjutan di Indonesia.
“Hasil dari proyek ini adalah penting bagi kami dan menjadi masukan tambahan dan konstruktif sebagai upaya terus-menerus dalam memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dari pengembangan budidaya serta produksi dan konsumsihasil perikanan di Indonesia,” kata Sjarief.
Sjarief menambahkan, berdasarkan laporan dari Bank Dunia dan FAO, pada tahun 2030 diperkirakan hampir dua pertiga dari konsumsi hasil perikanan di seluruh dunia akan berasal dari budidaya. Sehingga kawasan Asia termasuk Asia Selatan, Asia Tenggara, China dan Jepang diproyeksikan akan menebus 70% dari permintaan ikan global.
“Oleh karena itu, saya percaya kita semua memahami betapa pentingnya pasokan hasil perikanan berkelanjutan di masa depan”, ungkap Sjarief.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Sjarief Widjaja mengatakan, hal tersebut dipicu semakin pesatnya permintaan hasil perikanan global yang terus tumbuh, sementara pasokan dari sumber-sumber tradisional stagnan.
"Oleh karena itu, pemerintah Indonesia terus berupaya untuk mendorong keberlanjutan pasokan dan permintaan hasil perikanan di masa depan melalui pengembangan teknologi budidaya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," ujar dia dalam rilisnya di Jakarta, Kamis (26/6/2014).
Selain dengan pengembangan teknologi, Sjarief menambahkan bahwa upaya yang ditempuh adalah dengan mengajak para stakeholder perikanan untuk berperan aktif dan berkolaborasi menyusun suatu kebijakan perikanan yang berkontribusi terhadap pengamanan pasokan dan permintaan hasil perikanan (seafood supply and demand) di masa mendatang secara berkelanjutan.
“Oleh karena itu Kementerian Kelautan dan Perikanan menggandeng WordFish sebagai organisasi nirlaba internasional di Asia untuk bersama-sama menyusun rencana induk budidaya perikanan nasionalhingga tahun 2020, melalui proyek penelitian Aquaculture Future Indonesia yang akan dilaksanakan selama delapan belas bulan,” ujar Sjarief.
Sjarief menjelaskan, Aquaculture Futures Indonesia merupakan sebuah proyek kolaborasi antara Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan WorldFish yang akan memberikan kesempatan besar untuk secara komprehensif berupaya meningkatkan nilai konsumsi dan status produksi hasil perikanan.
Kemudian, proyek tersebut diharapkan dapat mengembangkan skenario pasokan dan permintaan hasil perikanan masa depan, serta membangun pemahaman tentang peluang serta tantangan untuk menumbuhkan budidaya perikanan berkelanjutan di Indonesia.
“Hasil dari proyek ini adalah penting bagi kami dan menjadi masukan tambahan dan konstruktif sebagai upaya terus-menerus dalam memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dari pengembangan budidaya serta produksi dan konsumsihasil perikanan di Indonesia,” kata Sjarief.
Sjarief menambahkan, berdasarkan laporan dari Bank Dunia dan FAO, pada tahun 2030 diperkirakan hampir dua pertiga dari konsumsi hasil perikanan di seluruh dunia akan berasal dari budidaya. Sehingga kawasan Asia termasuk Asia Selatan, Asia Tenggara, China dan Jepang diproyeksikan akan menebus 70% dari permintaan ikan global.
“Oleh karena itu, saya percaya kita semua memahami betapa pentingnya pasokan hasil perikanan berkelanjutan di masa depan”, ungkap Sjarief.
(gpr)