BI Catat Aset BPR di Sulut Naik 6,53%
A
A
A
MANADO - Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Sulut) menunjukkan kinerja positif dari tahun ke tahun. Ini ditandai dengan meningkatnya aset, dana pihak ketiga (DPK) serta penyaluran kredit yang banyak diserap pengusaha termasuk UMKM.
Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulut Luctor Tapiheru mengatakan, total aset BPR di Sulut pada posisi Maret 2014 mencapai Rp905,7 miliar atau naik 6,53% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp850,2 miliar.
"Kenaikan aset BPR ini, juga diikuti kenaikan himpunan DPK. BPR di Sulut hingga Maret 2014, telah berhasil menghimpun dana sebesar Rp685,8 miliar atau naik 10,36% year on year (yoy), di mana untuk deposito Rp556,8 miliar dan tabungan Rp129 miliar," ujar Luctor, Rabu (2/7/2014).
Kredit yang berhasil disalurkan BPR hingga Maret 2014 mencapai Rp725,5 miliar atau naik 7,97% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp671,9 miliar.
Pasar BPR masih cukup luas. Apalagi saat ini ada 17 kantor BPR yang memiliki 52 jaringan kantor beroperasi di Sulut. Namun, manajemen BPR harus lebih berani menjangkau pasar dengan tetap melakukan tindakan kehati-hatian. Khususnya penyaluran kredit serta meningkatkan kinerja sumber daya manusia.
"Saat ini, tidak hanya bank umum yang dipercaya masyarakat tapi juga BPR ditandai dengan peningkatan kinerja keuangan dari waktu ke waktu," jelasnya.
Asisten BI Perwakilan Sulut Eko Siswantoro mengatakan, pertumbuhan aset BPR saat ini memang cukup lumayan. Perlambatan hanya terjadi pada Februari 2014.
"Hal ini dipengaruhi adanya bencana alam pertengahan Januari lalu di Sulut, mengakibatkan aset pada Februari BPR di Sulut mengalami penurunan 1,94% dari Rp923 miliar menjadi Rp905 miliar," terangnya.
BI mengimbau BPR yang ada di Sulut agar tetap memberikan yang terbaik kepada masyarakat sesuai tujuan awal. Yakni sebagai lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR.
"Diharapkan juga agar pemerataan layanan perbankan. Seperti pemerataan kesempatan berusaha, pendapatan, dan mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang (rentenir dan pengijon)," jelasnya.
Pengamat ekonomi dari Universitas Sam Ratulangi Manado Ellen Pakasi mengatakan, peningkayan kinerja BPR di Sulut harus dibarengi dengan kejelihan merangkul peluang pasar. Karena gerakan perbankan oleh bank umum maupun asing yang diprediksi menjamur pada Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, bakal merambat hingga ke pelosok. Baik menyentuh usaha mikro maupun informal.
"Dengan perkembangan lembaga keuangan pada MEA 2015, potensi BPR apa jadinya nanti. Karena itu, BPR harus menggenjot penyaluran kreditnya melalui persyaratan-persyaratan mudah sehingga jangkauannya pun lebih luas. Bukan lagi pelaku usaha kecil, tapi juga yang mikro," ungkapnya.
Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulut Luctor Tapiheru mengatakan, total aset BPR di Sulut pada posisi Maret 2014 mencapai Rp905,7 miliar atau naik 6,53% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp850,2 miliar.
"Kenaikan aset BPR ini, juga diikuti kenaikan himpunan DPK. BPR di Sulut hingga Maret 2014, telah berhasil menghimpun dana sebesar Rp685,8 miliar atau naik 10,36% year on year (yoy), di mana untuk deposito Rp556,8 miliar dan tabungan Rp129 miliar," ujar Luctor, Rabu (2/7/2014).
Kredit yang berhasil disalurkan BPR hingga Maret 2014 mencapai Rp725,5 miliar atau naik 7,97% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp671,9 miliar.
Pasar BPR masih cukup luas. Apalagi saat ini ada 17 kantor BPR yang memiliki 52 jaringan kantor beroperasi di Sulut. Namun, manajemen BPR harus lebih berani menjangkau pasar dengan tetap melakukan tindakan kehati-hatian. Khususnya penyaluran kredit serta meningkatkan kinerja sumber daya manusia.
"Saat ini, tidak hanya bank umum yang dipercaya masyarakat tapi juga BPR ditandai dengan peningkatan kinerja keuangan dari waktu ke waktu," jelasnya.
Asisten BI Perwakilan Sulut Eko Siswantoro mengatakan, pertumbuhan aset BPR saat ini memang cukup lumayan. Perlambatan hanya terjadi pada Februari 2014.
"Hal ini dipengaruhi adanya bencana alam pertengahan Januari lalu di Sulut, mengakibatkan aset pada Februari BPR di Sulut mengalami penurunan 1,94% dari Rp923 miliar menjadi Rp905 miliar," terangnya.
BI mengimbau BPR yang ada di Sulut agar tetap memberikan yang terbaik kepada masyarakat sesuai tujuan awal. Yakni sebagai lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR.
"Diharapkan juga agar pemerataan layanan perbankan. Seperti pemerataan kesempatan berusaha, pendapatan, dan mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang (rentenir dan pengijon)," jelasnya.
Pengamat ekonomi dari Universitas Sam Ratulangi Manado Ellen Pakasi mengatakan, peningkayan kinerja BPR di Sulut harus dibarengi dengan kejelihan merangkul peluang pasar. Karena gerakan perbankan oleh bank umum maupun asing yang diprediksi menjamur pada Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, bakal merambat hingga ke pelosok. Baik menyentuh usaha mikro maupun informal.
"Dengan perkembangan lembaga keuangan pada MEA 2015, potensi BPR apa jadinya nanti. Karena itu, BPR harus menggenjot penyaluran kreditnya melalui persyaratan-persyaratan mudah sehingga jangkauannya pun lebih luas. Bukan lagi pelaku usaha kecil, tapi juga yang mikro," ungkapnya.
(izz)