Pertamina Prediksi Kuota BBM Tetap Jebol
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (persero) melaporkan bahwa konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dari 2011 hingga 2012 tumbuh 10%. Namun, dari 2012 hingga 2013 konsumsi BBM bersubsidi melambat akibat kenaikan harga premium.
Direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina Hanung Budya mengatakan, meski kenaikan harga sudah terjadi, namun tidak bisa mengerem laju konsumsi BBM bersubsidi tahun ini. Meski konsumsi hanya naik 3,2%, namun kuota BBM bersubsidi diprediksi jebol.
"Kita berusaha semaksimal mungkin mencukupi. Dengan tumbuh 3,2% saja masih kurang," ujar dia di gedung DPR, Kamis (3/7/2014).
Hanung menilai hal ini positif meski jebol. Namun, pola masyarakat mengkonsumsi BBM tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Hanung menilai masyarakat yang biasanya boros membawa kendaraan sekarang berubah menjadi lebih hemat.
"Harga BBM naik Rp2.000, masyarakat mulai menghemat, yang enggak ada kerjaan biasanya keluyuran, dia merubah polanya hemat," ujarnya.
Dia menjelaskan, bahwa kebiasaan masyarakat membawa mobil setiap hari jadi berkurang drastis. Hal itu disebabkan efek kenaikan harga BBM.
"Masyarakat polanya sudah terbentuk, daripada pola tahun lalu. Kenaikan harga efektif mengerem pertumbuhan," ujarnya.
Direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina Hanung Budya mengatakan, meski kenaikan harga sudah terjadi, namun tidak bisa mengerem laju konsumsi BBM bersubsidi tahun ini. Meski konsumsi hanya naik 3,2%, namun kuota BBM bersubsidi diprediksi jebol.
"Kita berusaha semaksimal mungkin mencukupi. Dengan tumbuh 3,2% saja masih kurang," ujar dia di gedung DPR, Kamis (3/7/2014).
Hanung menilai hal ini positif meski jebol. Namun, pola masyarakat mengkonsumsi BBM tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Hanung menilai masyarakat yang biasanya boros membawa kendaraan sekarang berubah menjadi lebih hemat.
"Harga BBM naik Rp2.000, masyarakat mulai menghemat, yang enggak ada kerjaan biasanya keluyuran, dia merubah polanya hemat," ujarnya.
Dia menjelaskan, bahwa kebiasaan masyarakat membawa mobil setiap hari jadi berkurang drastis. Hal itu disebabkan efek kenaikan harga BBM.
"Masyarakat polanya sudah terbentuk, daripada pola tahun lalu. Kenaikan harga efektif mengerem pertumbuhan," ujarnya.
(izz)