Ini Harapan Industri Penerbangan bagi Pemerintahan Baru
A
A
A
JAKARTA - Indonesia sebentar lagi akan memasuki fase pemerintahan baru, dengan dilakukannya pesta demokrasi pada 9 Juli 2014 mendatang. Lalu apa yang diharapkan industri penerbangan untuk pemerintahan Indonesia yang baru?
Ketua Umum Asosisasi Perusahaan Penerbangan Indonesia (INACA) Arif Wibowo mengatakan, pihaknya berharap pemerintah dapat concern pada kepentingan bersama mengenai industri penerbangan. Terutama maskapai nasional yang akan menghadapi opensky policy, dengan diberlakukannya ASEAN Economic Community (AEC) 2015.
"Dimana AEC ini menjadikan kita harus bersaing dengan kuat, punya daya saing yang bagus. Harapan kita, competitive platform yang kita rasakan di Indonesia paling tidak harus sama dengan negara-negara tetangga," ujar dia di Graha Citicon Jakarta, Jumat (4/7/2014).
Menurutnya, saat ini kondisi industri penerbangan Indonesia masih memiliki beberapa kendala untuk mencapai competitive platform yang setara dengan tetangganya di lingkungan ASEAN.
"Kita masih menghadapi biaya bahan bakar/avtur pesawat yang tinggi dibanding negara ASEAN," sebut Arif.
Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Citilink Indonesia ini juga mengungkapkan, Indonesia masih menerapkan bea masuk kepada maskapai penerbangan nasional.
Selain itu, lanjut Arif, Indonesia masih menghadapi keterbatasan hal yang terkait dengan infrastruktur. "Makanya pemerintah kita harapkan bisa membantu dunia penerbangan dengan memberikan kemudahan terutama terkait dengan related cost industri penerbangan," ujar dia.
Ketika ditanya mengenai kesiapan industri penerbangan menghadapi AEC 2015, pria berkacamata ini menjawab bahwa pada dasarnya industri penerbangan nasional sudah dipersiapkan dengan persaingan bebas.
"Jadi persaingan bebas itulah yang menjadikan kita siap untuk opensky," tutup Arif.
Ketua Umum Asosisasi Perusahaan Penerbangan Indonesia (INACA) Arif Wibowo mengatakan, pihaknya berharap pemerintah dapat concern pada kepentingan bersama mengenai industri penerbangan. Terutama maskapai nasional yang akan menghadapi opensky policy, dengan diberlakukannya ASEAN Economic Community (AEC) 2015.
"Dimana AEC ini menjadikan kita harus bersaing dengan kuat, punya daya saing yang bagus. Harapan kita, competitive platform yang kita rasakan di Indonesia paling tidak harus sama dengan negara-negara tetangga," ujar dia di Graha Citicon Jakarta, Jumat (4/7/2014).
Menurutnya, saat ini kondisi industri penerbangan Indonesia masih memiliki beberapa kendala untuk mencapai competitive platform yang setara dengan tetangganya di lingkungan ASEAN.
"Kita masih menghadapi biaya bahan bakar/avtur pesawat yang tinggi dibanding negara ASEAN," sebut Arif.
Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Citilink Indonesia ini juga mengungkapkan, Indonesia masih menerapkan bea masuk kepada maskapai penerbangan nasional.
Selain itu, lanjut Arif, Indonesia masih menghadapi keterbatasan hal yang terkait dengan infrastruktur. "Makanya pemerintah kita harapkan bisa membantu dunia penerbangan dengan memberikan kemudahan terutama terkait dengan related cost industri penerbangan," ujar dia.
Ketika ditanya mengenai kesiapan industri penerbangan menghadapi AEC 2015, pria berkacamata ini menjawab bahwa pada dasarnya industri penerbangan nasional sudah dipersiapkan dengan persaingan bebas.
"Jadi persaingan bebas itulah yang menjadikan kita siap untuk opensky," tutup Arif.
(dol)