Pemimpin Mesir Setuju Naikkan Harga Bahan Bakar Minyak
A
A
A
KAIRO - Perdana Menteri Mesir menyetujui kenaikan harga bensin sebesar 78 %. Kenaikan untuk memerbaiki perekonomian yang sempat bermasalah dan menyerang sistem subsidi pemerintah masa lalu.
Melansir dari laman Bloomberg, Minggu (6/7/2014), peningkatan ini juga mempengaruhi bahan bakar olahan lainnya termasuk diesel dan gas alam. Keputusan ini secara resmi diumumkan pada 4 Juli lalu. Keputusan lain adalah mengurangi subsidi pada produk, dan mulai berlaku kemarin.
Sehari setelah pemerintah menaikkan harga listrik, Perdana Menteri Ibrahim Mahlab mengatakan pada konferensi pers, bahwa Mesir telah menghabiskan 687 miliar pound (USD96 miliar) atau sekitar Rp1.139 triliun untuk subsidi energi selama beberapa dekade terakhir.
"Revisi yang kini dilakukan bertujuan mencapai "keadilan" dalam sistem distribusi yang sering menguntungkan orang kaya dengan mengorbankan orang miskin," ucapnya.
Keputusan bisa menjadi bukti tugas pertama dari Presiden Abdel-Fattah El-Sisi untuk membatasi pengeluaran negara dan menghidupkan kembali perekonomian yang tumbuh lambat dalam waktu sekitar dua dekade.
Pengumuman kenaikan ini diumumkan selama bulan suci Ramadan, di mana Mesir telah mengeluhkan kenaikan harga pangan dan pemadaman listrik secara berulang.
"Mesir harus rela berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi untuk mengakhiri lebih dari tiga tahun sejak kerusuhan penggulingan Presiden Hosni Mubarak," katanya. Dia mengatakan dalam sebuah pidato di televisi baru-baru ini, bahwa ia hanya akan menerima setengah gajinya dan akan memberikan setengah dari kekayaannya.
Melansir dari laman Bloomberg, Minggu (6/7/2014), peningkatan ini juga mempengaruhi bahan bakar olahan lainnya termasuk diesel dan gas alam. Keputusan ini secara resmi diumumkan pada 4 Juli lalu. Keputusan lain adalah mengurangi subsidi pada produk, dan mulai berlaku kemarin.
Sehari setelah pemerintah menaikkan harga listrik, Perdana Menteri Ibrahim Mahlab mengatakan pada konferensi pers, bahwa Mesir telah menghabiskan 687 miliar pound (USD96 miliar) atau sekitar Rp1.139 triliun untuk subsidi energi selama beberapa dekade terakhir.
"Revisi yang kini dilakukan bertujuan mencapai "keadilan" dalam sistem distribusi yang sering menguntungkan orang kaya dengan mengorbankan orang miskin," ucapnya.
Keputusan bisa menjadi bukti tugas pertama dari Presiden Abdel-Fattah El-Sisi untuk membatasi pengeluaran negara dan menghidupkan kembali perekonomian yang tumbuh lambat dalam waktu sekitar dua dekade.
Pengumuman kenaikan ini diumumkan selama bulan suci Ramadan, di mana Mesir telah mengeluhkan kenaikan harga pangan dan pemadaman listrik secara berulang.
"Mesir harus rela berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi untuk mengakhiri lebih dari tiga tahun sejak kerusuhan penggulingan Presiden Hosni Mubarak," katanya. Dia mengatakan dalam sebuah pidato di televisi baru-baru ini, bahwa ia hanya akan menerima setengah gajinya dan akan memberikan setengah dari kekayaannya.
(dyt)