30 RPH Siap Penuhi Kebutuhan Daging Beku
A
A
A
SUBANG - Direktur Kesmavet dan Pasca Panen Kementerian Pertanian (Kementan) Ahmad Junaidi mengatakan, dari 2013 minat masyarakat terhadap daging beku dinilai cukup besar. Saat ini permintaan pasar atau masyarakat lebih cenderung mengonsumsi daging beku daripada daging hangat.
Hal tersebut karena disinyalir lebih memiliki kualitas yang prima. Menurutnya, kualitas daging prima yang baik adalah daging yang saat dipotong, diangin-anginkan terlebih dahulu, baru dimasak. Itu akan membuat kualitas daging lebih bagus.
"Rumah Potong Hewan (RPH) daging, saat ini bisa menghasilkan daging hangat sekitar 80% daging yang dipotong subuh, dijual siang. Maka dari itu harus diadakan revitalisasi. Saat ini sudah ada 30 RPH yang mampu memenuhi kebutuhan pasar, bukan cuma untuk daging yang digantung-gantung saja, tapi juga yang di kotak-kotak (box)," ujar Ahmad saat ditemui dalam tinjauan ke Rumah Potong Hewan, Subang, Jawa Barat, Sabtu (12/7/2014).
Saat ini, kata dia, yang harus dilakukan adalah merubah mainset konsumen dari daging hangat ke daging beku. Maka, RPH sendiri mengusahakan dengan menyediakan daging-daging beku.
"Untuk daging beku sendiri yang disuplai ke Jawa, itu biasanya diambil dari NTT, NTB, Bali, Sumatera Selatan. Biasanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi daging frozen di Jawa," ujar dia.
Ahmad mengatakan, bahwa sistem revitalisasi konsumsi daging beku ini juga dimaksudkan untuk menekan impor daging sapi. "Sapi kita (Sapi lokal) bagus-bagus kok, jadi buat apa mesti impor," pungkasnya.
Hal tersebut karena disinyalir lebih memiliki kualitas yang prima. Menurutnya, kualitas daging prima yang baik adalah daging yang saat dipotong, diangin-anginkan terlebih dahulu, baru dimasak. Itu akan membuat kualitas daging lebih bagus.
"Rumah Potong Hewan (RPH) daging, saat ini bisa menghasilkan daging hangat sekitar 80% daging yang dipotong subuh, dijual siang. Maka dari itu harus diadakan revitalisasi. Saat ini sudah ada 30 RPH yang mampu memenuhi kebutuhan pasar, bukan cuma untuk daging yang digantung-gantung saja, tapi juga yang di kotak-kotak (box)," ujar Ahmad saat ditemui dalam tinjauan ke Rumah Potong Hewan, Subang, Jawa Barat, Sabtu (12/7/2014).
Saat ini, kata dia, yang harus dilakukan adalah merubah mainset konsumen dari daging hangat ke daging beku. Maka, RPH sendiri mengusahakan dengan menyediakan daging-daging beku.
"Untuk daging beku sendiri yang disuplai ke Jawa, itu biasanya diambil dari NTT, NTB, Bali, Sumatera Selatan. Biasanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi daging frozen di Jawa," ujar dia.
Ahmad mengatakan, bahwa sistem revitalisasi konsumsi daging beku ini juga dimaksudkan untuk menekan impor daging sapi. "Sapi kita (Sapi lokal) bagus-bagus kok, jadi buat apa mesti impor," pungkasnya.
(izz)