Aksi Jauhi Pasar Berpotensi Berlanjut

Minggu, 13 Juli 2014 - 17:29 WIB
Aksi Jauhi Pasar Berpotensi Berlanjut
Aksi Jauhi Pasar Berpotensi Berlanjut
A A A
JAKARTA - Munclnya ketidakpastian baru terhadap saling klaim kemenangan dari hasil pemilihan presiden (pilpres), meskipun dalam pelaksanaan kemarin berlangsung aman, damai, tertib dan terkendali diprediksi akan mendoroang pelaku pasar memilih mengamankan posisi dan menjauhi pasar.

"Aksi mengamankan posisi dan menjauhi pasar berpotensi masih berlanjut, terutama karena munculnya ketidakpastian baru terhadap kemenangan hasil pilpres," kata Sekretaris Umum Forum Komunikasi Certified Securities Analyst (FK-CSA) Reza Priyambada, Minggu (13/7/2014).

Karena itu, dia mengingatkan pelaku pasar untuk tetap mencermati perubahan sentimen yang ada, terutama dari sisi laju nilai tukar rupiah dan sentimen perkembangan politik terhadap perubahan pergerakan laju pasar obligasi.

"Perhatikan juga rilis data-data global. Tetaplah bersikap rasional," imbuh dia.

Pada pekan depan, pemerintah pada Selasa (15/7/2014) akan melakukan lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara berbasis proyek (Project Based Sukuk), yaitu seri PBS005 (reopening) dan PBS006 (reopening). Selain itu juga akan dilelang Sukuk Negara dengan seri SPN-S 02012015 (reopening).

Sementara pada pekan ini, laju pasar obligasi sempat menguat seiring derasnya euforia pasar terhadap pelaksanaan pilpres. Tetapi, pergerakannya cenderung melemah jelang akhir pekan seiring maraknya aksi ambil untung (profit taking).

Tercatat mayoritas obligasi mengalami penurunan imbal hasil (yield). Tetapi, beberapa diantaranya mengalami kenaikan yield, antara lain tenor pendek 3 dan 4 tahun serta tenor jangka panjang 21 hingga 30 tahun.

"Tampaknya pelaku pasar memanfaatkan euforia pilpres tersebut untuk trading jangka pendek, namun ada juga mungkin sebagian lainnya yang telah melakukan aksi jual dan bahkan lebih memilih menahan diri seiring munculnya ketidakpastian baru terhadap saling klaim kemenangan pilpres," tutur Reza.

Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0068 yang memiliki jatuh tempo sekitar 20 tahun mengalami penguatan harga 0,68 basis poin (bps). Begitu pun dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo sekitar 10 tahun turut mengalami kenaikan harga 78,41 bps.

Pemerintah pada Selasa pekan ini (8/7/2014) telah melakukan lelang SUN SPN12141009 (reopening), SPN12150710 (new issuance), FR0069 (reopening), FR0071 (reopening), dan FR0068 (reopening) dengan total penawaran yang masuk sebesar Rp22,29 triliun.

Adapun penawaran masuk paling besar FR0071 sebanyak Rp7,75 triliun dengan yield tertinggi yang masuk 8,75% dan terendah 8,5%. Di sisi lain, dari penawaran yield terendah yang masuk ditawarkan pada SPN12141009 senilai 5,40% dan tertinggi yield yang masuk FR0068 senilai 9,04%.

Oleh Pemerintah, yield rata-data tertimbang dan jumlah nomimal kompetitif yang dimenangkan untuk masing-masing seri, yakni SPN12141009 (5,62%) dengan nominal yang dimenangkan Rp1 triliun, SPN12150710 (6,74%) dengan nominal yang dimenangkan Rp1 triliun.

Selain itu, FR0069 (7,80%) dengan nominal yang dimenangkan Rp2,35 triliun, FR0071 (8,55%) dengan nominal yang dimenangkan Rp5,60 triliun, dan FR 0068 (8,80%) dengan nominal yang dimenangkan Rp3,88 triliun. Dari total penawaran yang masuk tersebut, Pemerintah menyerap Rp15 triliun atau lebih besar dari lelang SUN sebelumnya yang senilai Rp8,35 triliun dengan penawaran yang masuk Rp13,81 triliun.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6439 seconds (0.1#10.140)