Bangun Pembangkit Listrik, SMGR Rogoh Rp506 M
A
A
A
SURABAYA - PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) membuat inovasi dalam pengembangan tenaga listrik. Perusahan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini akan membangun pembangkit listrik berbasis panas industri atau Waste Heat Recovery Power Generation (WHRPG) di Tuban, Jawa Timur (Jatim).
Pembangunan ini akan bekerja sama dengan Pemerintah Jepang untuk membuat tenaga listrik alternatif. Di Pabrik Tuban, panas yang dihasilkan diprediksi akan menghasilkan listrik dengan kapasitas 26 megawatt ampere (MWA) per tahun.
Pembangkit listrik ini menggunakan energi dari hasil pembuangan gas buang dalam proses pembakaran dan untuk mengoperasikan turbin generator penghasil energi listrik.
General Manager of Corporate Secretary Semen Indonesia, Agung Wiharto mengatakan, listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik ini akan digunakan kembali oleh pabrik untuk mencukupi kebutuhan listrik yang saat ini masih mengandalkan dari PLN.
"Pembangkit ini nantinya bisa menghemat biaya listrik sangat besar. Untuk Tuban, penghematan diperkirakan sekitar Rp120 miliar sampai Rp150 miliar per tahun. Karena, rata-rata kebutuhan listrik di pabrik Tuban mencapai Rp93 miliar per bulan atau sekitar Rp1,1 triliun per tahun," katanya kepada wartawan, Senin (14/7/2014).
Menurutnya, dalam pembangunan ini investasi yang dilakukan perseroan cukup besar, diperkirakan investasinya mencapai Rp560 miliar. Di mana, 20% di antaranya didapatkan melalui hibah pemerintah Jepang dan 80% merupakan dana internal perusahaan.
Proyek ini akan mulai dikerjakan bulan ini oleh kontraktor asal jepang, JFE Engineering, dan ditargetkan selesai pada akhir 2016.
Sebelum dibangun di Pabrik Tuban, Semen Indonesia juga sudah membangun pembangkit serupa di Pabrik Indarung di Semen Padang. Untuk pembangkit di Semen Padang yang sudah dijalankan sejak 2012 dihasilkan listrik setara dengan 8 MWA atau senilai Rp33 miliar per tahun serta mereduksi emisi gas CO2 sebesar 43.000 ton per tahun.
"Ke depan kami juga akan kembangkan pembangkit serupa di Pabrik Semen Tonasa dengan potensi 14 MW. Paling cepat tahun depan akan dimulai proses studi untuk pengembangan pembangkit listrik di Tonasa," ujar Agung.
Sementara, PT Terminal Teluk Lamong (TTL) juga memutuskan untuk membangun powerplan pembangkit listrik sebagai antisipasi kenaikan listrik industri. Pembangunan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik dalam pengoperasian semua peralatan yang ada.
"Kebutuhan listrik kami besar, makanya kami ingin membangun pembangkit listrik untuk menyuplai Terminal Teluk Lamong," kata Direktur Utama PT TTL Prasetyadi.
Menurutnya, untuk tahun pertama Teluk Lamong membutuhkan pasokan listrik sebesar 15 MW. Sementara kebutuhan listrik pada tahun-tahun berikutnya akan mengalami peningkatan terus menerus, karena peralatan semi modern akan terus didatangkan di pelabuhan ramah lingkungan ini.
Direktur Operasi dan Teknik, Agung Kresno Sarwono mengatakan, pembangunan pembangkit listrik akan membuat tingkat efisien yang sangat besar. Karena, listrik menjadi senjata utama dalam operasional Teluk Lamong.
Meski demikian, Teluk Lamong tidak akan memutus aliran listrik dari PLN. Pasalnya, Teluk Lamong akan menjadikan aliran listrik PLN sebagai cadangan.
"Kita tetap butuh PLN. Kalau ada masalah tinggal menyalakan, tetapi PLN tidak menjadi kebutuhan utama," pungkasnya.
Pembangunan ini akan bekerja sama dengan Pemerintah Jepang untuk membuat tenaga listrik alternatif. Di Pabrik Tuban, panas yang dihasilkan diprediksi akan menghasilkan listrik dengan kapasitas 26 megawatt ampere (MWA) per tahun.
Pembangkit listrik ini menggunakan energi dari hasil pembuangan gas buang dalam proses pembakaran dan untuk mengoperasikan turbin generator penghasil energi listrik.
General Manager of Corporate Secretary Semen Indonesia, Agung Wiharto mengatakan, listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik ini akan digunakan kembali oleh pabrik untuk mencukupi kebutuhan listrik yang saat ini masih mengandalkan dari PLN.
"Pembangkit ini nantinya bisa menghemat biaya listrik sangat besar. Untuk Tuban, penghematan diperkirakan sekitar Rp120 miliar sampai Rp150 miliar per tahun. Karena, rata-rata kebutuhan listrik di pabrik Tuban mencapai Rp93 miliar per bulan atau sekitar Rp1,1 triliun per tahun," katanya kepada wartawan, Senin (14/7/2014).
Menurutnya, dalam pembangunan ini investasi yang dilakukan perseroan cukup besar, diperkirakan investasinya mencapai Rp560 miliar. Di mana, 20% di antaranya didapatkan melalui hibah pemerintah Jepang dan 80% merupakan dana internal perusahaan.
Proyek ini akan mulai dikerjakan bulan ini oleh kontraktor asal jepang, JFE Engineering, dan ditargetkan selesai pada akhir 2016.
Sebelum dibangun di Pabrik Tuban, Semen Indonesia juga sudah membangun pembangkit serupa di Pabrik Indarung di Semen Padang. Untuk pembangkit di Semen Padang yang sudah dijalankan sejak 2012 dihasilkan listrik setara dengan 8 MWA atau senilai Rp33 miliar per tahun serta mereduksi emisi gas CO2 sebesar 43.000 ton per tahun.
"Ke depan kami juga akan kembangkan pembangkit serupa di Pabrik Semen Tonasa dengan potensi 14 MW. Paling cepat tahun depan akan dimulai proses studi untuk pengembangan pembangkit listrik di Tonasa," ujar Agung.
Sementara, PT Terminal Teluk Lamong (TTL) juga memutuskan untuk membangun powerplan pembangkit listrik sebagai antisipasi kenaikan listrik industri. Pembangunan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik dalam pengoperasian semua peralatan yang ada.
"Kebutuhan listrik kami besar, makanya kami ingin membangun pembangkit listrik untuk menyuplai Terminal Teluk Lamong," kata Direktur Utama PT TTL Prasetyadi.
Menurutnya, untuk tahun pertama Teluk Lamong membutuhkan pasokan listrik sebesar 15 MW. Sementara kebutuhan listrik pada tahun-tahun berikutnya akan mengalami peningkatan terus menerus, karena peralatan semi modern akan terus didatangkan di pelabuhan ramah lingkungan ini.
Direktur Operasi dan Teknik, Agung Kresno Sarwono mengatakan, pembangunan pembangkit listrik akan membuat tingkat efisien yang sangat besar. Karena, listrik menjadi senjata utama dalam operasional Teluk Lamong.
Meski demikian, Teluk Lamong tidak akan memutus aliran listrik dari PLN. Pasalnya, Teluk Lamong akan menjadikan aliran listrik PLN sebagai cadangan.
"Kita tetap butuh PLN. Kalau ada masalah tinggal menyalakan, tetapi PLN tidak menjadi kebutuhan utama," pungkasnya.
(izz)