Plagiarisme Ancam Pedagang Buku di Palasari

Kamis, 17 Juli 2014 - 14:42 WIB
Plagiarisme Ancam Pedagang Buku di Palasari
Plagiarisme Ancam Pedagang Buku di Palasari
A A A
BANDUNG - Maraknya kebiasaan copy paste dalam dunia pendidikan di Indonesia sedikit banyaknya telah mengancam para pedagang buku di bursa buku Palasari Bandung. Betapa tidak, kemudahan mengakses bahan-bahan pelajaran melalui internet disalahgunakan oleh sebagian kalangan yang mengakibatkan konsumsi buku menjadi sangat jauh berkurang.

Ketua Pengurus Bursa Buku Palasari Bandung Rukmawan mengatakan, keadaan tersebut sudah terasa sejak empat tahun lalu atau tepatnya tahun 2010. Sebelumnya, dalam keadaan sepi, bursa buku Palasari dikunjungi tidak kurang dari 500 orang per hari.

"Setelah tahun 2010 sampai sekarang, kalau sedang benar-benar sepi, rata-rata pengunjung ke wisata belanja buku ini hanya sekitar 200 orang per hari," ujarnya, Kamis (17/7/2014).

Selain karena aksi plagiarisme, Rukmawan mengatakan, perubahan kurikulum yang dirasa cukup cepat juga mengancam usaha para pedagang yang mulai dipusatkan di daerah Palasari sejak tahun 1981 tersebut.

Apalagi, kata dia, dari tahun ke tahun hampir dipastikan selalu ada perubahan. Dia mencontohkan, dimasukkannya pendidikan karakter dalam pelajaran, adanya pelajaran pendidikan lingkungan yang ditambahkan, atau pendidikan anti korupsi yang juga sedang digembor-gemborkan.

Akibatnya, kata dia, para pedagang tidak bisa menyetok buku pelajaran sebagaimana biasanya. Karena perubahan kurikulum yang begitu cepat memberikan ancaman kerugian bagi mereka.

Lebih lanjut, dia mengatakan, perubahan kurikulum dari KTSP 2006 menjadi kurikulum 2013. Kurikulum ini sendiri keadaannya memaksa para penerbit langsung memasok buku ke sekolah-sekolah, tidak melalui toko-toko.

"Kalau dulu awal tahun ajaran seperti sekarang ini merupakan masa panen bagi para pedagang buku. Karena banyak di antara koleksi kami adalah buku-buku pelajaran dari SD sampai SMA, bahkan buku-buku perkuliahan," sebutnya.

Rukmawan juga menyayangkan menurunnya daya beli masyarakat terhadap buku-buku terbitan asli. Hal ini, menurutnya, tidak lepas dari kebiasaan masyarakat dalam memphoto copy buku, tidak langsung membeli buku aslinya.

Lemahnya peraturan terkait budaya literasi dan pengambilan sumber rujukan juga disinyalir membuat makin maraknya kebiasaan yang mengarah pada perbuatan plagiarisme tersebut. Meskipun memang Rukmawan juga tak memungkiri faktor ekonomi juga berpengaruh banyak terhadap konsumsi buku masyarakat.

Meskipun dengan berbagai kendala, Rukmawan menegaskan, para pedagang buku di Palasari tetap optimis tidak akan kehilangan pelanggannya. Dengan tetap mengandalkan koleksi buku-buku lawasnya, para pedagang Palasari mencoba terus bertahan di tengah gempuran pengancam keruntuhan usaha mereka.

"Kami masih sering kedatangan politisi seperti Fadli Zon, pengacara senior OC Kaligis, dan masih banyak yang lainnya yang mencari koleksi buku antik dari kami. Dan itu masih kami andalkan untuk mempertahankan usaha yang sudah sejak lama kami bangun ini," tuturnya.

Rukmawan berharap, semua stake holder bisa menggiring masyarakat untuk meningkatkan minat baca dan konsumi buku yang mengarah pada pembelian buku di pasar dengan pedagang sekitar 200 orang tersebut.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3606 seconds (0.1#10.140)