Sinarmas Investasi Rp2,8 T untuk Pabrik Bahan Kimia
A
A
A
JAKARTA - Sinar Mas melalui PT Energi Sejahtera Mas yang bergerak di bidang industri oleokimia terbarukan mendapatkan insentif pajak dari pemerintah untuk membangun pabrik. Pabrik di bawah naungan pilar bisnis Agribusiness & Foods dengan nilai investasi sebesar Rp2,8 triliun ini berlokasi di Dusun Nerbit Kecil, Kelurahan Lubuk Gaung, Kota Dumai, Riau.
Managing Director Sinar Mas, G Sulistiyanto mengatakan, pabrik tersebut nantinya akan memproduksi bahan kimia terbarukan berbahan dasar minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil).
“Kami sangat berterimakasih atas kebijakan pemerintah mengingat pilar bisnis kami di sektor industri perkebunan sawit terintegrasi berkomitmen penuh mendukung upaya pemerintah mendorong penghiliran industri,” kata Sulistiyanto di Jakarta akhir pekan lalu.
Dia mengungkap, ini merupakan sebuah langkah strategis dari pemerintah dan industri mengingat Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia.
PT Energi Sejahtera Mas yang berdiri tahun 2012 nantinya akan menghasilkan produk turunan minyak kelapa sawit berupa fatty acid,fatty alcohol dan glycerine. Selain itu, seluruh produk yang dihasilkan akan tergolong sebagai bahan kimia terbarukan atau green chemical bersertifikasi International Sustainability & Carbon Certification dan Roundtable on Sustainable Palm Oil.
“Pemberian insentif pajak tadi sesuai dengan ketentuan pemerintah dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 130/PMK.011/2011 Tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan Atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan,” ujarnya. Seluruh persyaratan yang ditetapkan pemerintah sebagai industri perintis di sektor hilir yang ramah lingkungan dan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah telah dipenuhi perusahaan.
Sulistiyanto mengungkap, implementasi insentif pajak dari pemerintah diyakini akan menjadi preseden yang baik bagi industri nasional. Sementara itu, PT OKI Pulp & Paper Mills di Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, salah satu pabrik di bawah naungan Asia Pulp & Paper juga tengah menantikan insetif sejenis dari pemerintah.
Bergerak di sektor industri bubur kertas (pulp) dan kertas dengan nilai investasi sebesar Rp29,1 triliun akan menjadi yang terbesar di Asia dengan kapasistas produksi 2 juta ton pulp per tahun dan 500.000 ton tisu per tahun.
Akan tetapi, nilai lebih dari pabrik tersebut bukan saja terletak pada kapasitas produksinya, melainkan juga pada penggunaan teknologi terkini yang mampu menghemat pemakaian energi, bahan baku serta sumber daya alam secara signifikan.
”Keberadaan pabrik ini akan mengirimkan pesan yang positif akan potensi dari industri berbasis kehutanan Indonesia serta kemampuannya beroperasi secara berkelanjutan,” ungkap Sulistiyanto.
Menurut dia, Kementerian Perindustrian telah mengirimkan surat usulan pemberian insentif kepada Kementerian Keuangan pada tanggal 4 November 2013 silam. Teknologi pionir atau perintis yang digunakan, antara lain pada boiler, evaporator dan pulp machine yang dapat mengurangi penggunaan batubara hingga 671.600 ton/tahun. Penggunaan kulit kayu pada Wood Bark Gasification dapat menggantikan pemakaian gas alam sebesar 4.725.000 MMBTU/tahun.
Dia menuturkan, teknologi terkini pada proses wood preparation dan cooking dapat menghemat pemakaian kayu hingga 751.000 green ton/tahun. Sementara teknologi dalam proses washing dan bleaching menghemat penggunaan air hingga38.000.000 m3/tahun.
Sulistiyanto menyampaikan, keberadaannya menciptakan lapangan kerja untuk 3.450 orang dan lapangan kerja tidak langsung 7.000 orang dan dapat terus bertambah. Sementara devisa nasional yang dapat diraih nanti sebanyak Rp14,84 triliun/tahun, dengan potensi pajak sebesar sekitar Rp3,79 triliun.
“Harapan kami agar pemerintah dapat melakukan kebijakan serupa bagi PT OKI Pulp & Paper Mills. Bagaimanapun, hal ini menunjukkan komitmen kami – Sinar Mas – mendukung program penghiliran industri, pengembangan industri ramah lingkungan, penguatan perekonomian daerah serta membuka banyak lapangan kerja baru,” tutupnya.
Managing Director Sinar Mas, G Sulistiyanto mengatakan, pabrik tersebut nantinya akan memproduksi bahan kimia terbarukan berbahan dasar minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil).
“Kami sangat berterimakasih atas kebijakan pemerintah mengingat pilar bisnis kami di sektor industri perkebunan sawit terintegrasi berkomitmen penuh mendukung upaya pemerintah mendorong penghiliran industri,” kata Sulistiyanto di Jakarta akhir pekan lalu.
Dia mengungkap, ini merupakan sebuah langkah strategis dari pemerintah dan industri mengingat Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia.
PT Energi Sejahtera Mas yang berdiri tahun 2012 nantinya akan menghasilkan produk turunan minyak kelapa sawit berupa fatty acid,fatty alcohol dan glycerine. Selain itu, seluruh produk yang dihasilkan akan tergolong sebagai bahan kimia terbarukan atau green chemical bersertifikasi International Sustainability & Carbon Certification dan Roundtable on Sustainable Palm Oil.
“Pemberian insentif pajak tadi sesuai dengan ketentuan pemerintah dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 130/PMK.011/2011 Tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan Atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan,” ujarnya. Seluruh persyaratan yang ditetapkan pemerintah sebagai industri perintis di sektor hilir yang ramah lingkungan dan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah telah dipenuhi perusahaan.
Sulistiyanto mengungkap, implementasi insentif pajak dari pemerintah diyakini akan menjadi preseden yang baik bagi industri nasional. Sementara itu, PT OKI Pulp & Paper Mills di Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, salah satu pabrik di bawah naungan Asia Pulp & Paper juga tengah menantikan insetif sejenis dari pemerintah.
Bergerak di sektor industri bubur kertas (pulp) dan kertas dengan nilai investasi sebesar Rp29,1 triliun akan menjadi yang terbesar di Asia dengan kapasistas produksi 2 juta ton pulp per tahun dan 500.000 ton tisu per tahun.
Akan tetapi, nilai lebih dari pabrik tersebut bukan saja terletak pada kapasitas produksinya, melainkan juga pada penggunaan teknologi terkini yang mampu menghemat pemakaian energi, bahan baku serta sumber daya alam secara signifikan.
”Keberadaan pabrik ini akan mengirimkan pesan yang positif akan potensi dari industri berbasis kehutanan Indonesia serta kemampuannya beroperasi secara berkelanjutan,” ungkap Sulistiyanto.
Menurut dia, Kementerian Perindustrian telah mengirimkan surat usulan pemberian insentif kepada Kementerian Keuangan pada tanggal 4 November 2013 silam. Teknologi pionir atau perintis yang digunakan, antara lain pada boiler, evaporator dan pulp machine yang dapat mengurangi penggunaan batubara hingga 671.600 ton/tahun. Penggunaan kulit kayu pada Wood Bark Gasification dapat menggantikan pemakaian gas alam sebesar 4.725.000 MMBTU/tahun.
Dia menuturkan, teknologi terkini pada proses wood preparation dan cooking dapat menghemat pemakaian kayu hingga 751.000 green ton/tahun. Sementara teknologi dalam proses washing dan bleaching menghemat penggunaan air hingga38.000.000 m3/tahun.
Sulistiyanto menyampaikan, keberadaannya menciptakan lapangan kerja untuk 3.450 orang dan lapangan kerja tidak langsung 7.000 orang dan dapat terus bertambah. Sementara devisa nasional yang dapat diraih nanti sebanyak Rp14,84 triliun/tahun, dengan potensi pajak sebesar sekitar Rp3,79 triliun.
“Harapan kami agar pemerintah dapat melakukan kebijakan serupa bagi PT OKI Pulp & Paper Mills. Bagaimanapun, hal ini menunjukkan komitmen kami – Sinar Mas – mendukung program penghiliran industri, pengembangan industri ramah lingkungan, penguatan perekonomian daerah serta membuka banyak lapangan kerja baru,” tutupnya.
(gpr)