Laba Bersih BTPN Turun 10%
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) mencatatkan laba bersih setelah pajak (NPAT) pada kuartal II meningkat 1,9% dari Rp493 miliar pada kuartal I-2014 menjadi Rp502 miliar.
Apabila dibandingkan dengan semester I 2013, laba bersih BTPN pada semester I-2014 lebih rendah 10%, atau dari Rp1,1 triliun pada semester I-2013 menjadi Rp996 miliar pada semester I-2014.
“Ke depan, kami memperkirakan kondisi makro ekonomi masih menantang. Namun demikian, komitmen kami untuk fokus menggarap pasar masyarakat berpenghasilan rendah tidaklah surut,” tegas Direktur Utama BTPN Jerry Ng dalam siaran pers di Jakarta, Minggu (20/7/2014).
Dia mengungkap, BTPN selama ini memfokuskan usahanya untuk melayani dan memberdayakan segmen masyarakat berpenghasilan rendah serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah, termasuk masyarakat pra-sejahtera produktif (mass market).
Strategi perusahaan yang memadukan misi bisnis dan misi sosial dengan terus memberikan pelatihan dan pendampingan berkelanjutan kepada debitur melalui Program Daya, diyakini akan menopang kinerja perusahaan.
“Kami meyakini, nasabah mass market tidak hanya membutuhkan akses finansial tetapi juga pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan kapasitas usaha mereka,” tutur Jerry.
Sepanjang enam bulan pertama 2014, BTPN telah menyelenggarakan 76.659 aktivitas Daya, tumbuh 55%. Sedangkan jumlah peserta Daya mencapai 977.261 nasabah, atau meningkat 114%.
Dia menyampaikan, strategi BTPN untuk fokus menggarap pasar masyarakat berpenghasilan rendah ini mendapat dukungan penuh dari Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC).
“SMBC merupakan salah satu pemegang saham pengendali BTPN. Pada 14 Maret 2014 lalu, SMBC telah menyelesaikan proses pembelian saham BTPN,” ungkapnya.
Kini BTPN memiliki dua pemegang saham pengendali yang kredibel dan terpercaya, yakni SMBC (40%) dan TPG Nusantara S.a.r.l (25,88%).
Jerry melanjutkan, pada kuartal II-2014, BTPN juga telah menuntaskan proses akuisisi dan konversi Bank Sahabat Purba Danarta menjadi bank syariah, yang dilanjutkan dengan pemisahan (spin off) Unit Usaha Syariah.
Kehadiran BTPN Syariah ini diharapkan dapat mengoptimalkan partisipasi BTPN dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat berpenghasilan rendah dan keluarga pra-sejahtera produktif.
“Kami bersyukur atas terbitnya ijin konversi dan spin off BTPN Syariah. Kami yakin model bisnis BTPN syariah mampu mengubah hidup berjuta rakyat Indonesia,” tutup Jerry.
Apabila dibandingkan dengan semester I 2013, laba bersih BTPN pada semester I-2014 lebih rendah 10%, atau dari Rp1,1 triliun pada semester I-2013 menjadi Rp996 miliar pada semester I-2014.
“Ke depan, kami memperkirakan kondisi makro ekonomi masih menantang. Namun demikian, komitmen kami untuk fokus menggarap pasar masyarakat berpenghasilan rendah tidaklah surut,” tegas Direktur Utama BTPN Jerry Ng dalam siaran pers di Jakarta, Minggu (20/7/2014).
Dia mengungkap, BTPN selama ini memfokuskan usahanya untuk melayani dan memberdayakan segmen masyarakat berpenghasilan rendah serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah, termasuk masyarakat pra-sejahtera produktif (mass market).
Strategi perusahaan yang memadukan misi bisnis dan misi sosial dengan terus memberikan pelatihan dan pendampingan berkelanjutan kepada debitur melalui Program Daya, diyakini akan menopang kinerja perusahaan.
“Kami meyakini, nasabah mass market tidak hanya membutuhkan akses finansial tetapi juga pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan kapasitas usaha mereka,” tutur Jerry.
Sepanjang enam bulan pertama 2014, BTPN telah menyelenggarakan 76.659 aktivitas Daya, tumbuh 55%. Sedangkan jumlah peserta Daya mencapai 977.261 nasabah, atau meningkat 114%.
Dia menyampaikan, strategi BTPN untuk fokus menggarap pasar masyarakat berpenghasilan rendah ini mendapat dukungan penuh dari Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC).
“SMBC merupakan salah satu pemegang saham pengendali BTPN. Pada 14 Maret 2014 lalu, SMBC telah menyelesaikan proses pembelian saham BTPN,” ungkapnya.
Kini BTPN memiliki dua pemegang saham pengendali yang kredibel dan terpercaya, yakni SMBC (40%) dan TPG Nusantara S.a.r.l (25,88%).
Jerry melanjutkan, pada kuartal II-2014, BTPN juga telah menuntaskan proses akuisisi dan konversi Bank Sahabat Purba Danarta menjadi bank syariah, yang dilanjutkan dengan pemisahan (spin off) Unit Usaha Syariah.
Kehadiran BTPN Syariah ini diharapkan dapat mengoptimalkan partisipasi BTPN dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat berpenghasilan rendah dan keluarga pra-sejahtera produktif.
“Kami bersyukur atas terbitnya ijin konversi dan spin off BTPN Syariah. Kami yakin model bisnis BTPN syariah mampu mengubah hidup berjuta rakyat Indonesia,” tutup Jerry.
(gpr)