Aset BNI Syariah Tumbuh 33,5%
A
A
A
JAKARTA - PT Bank BNI Syariah mencatat pertumbuhan total aset sebesar 33,5% pada semester I/2014 menjadi Rp17,35 triliun dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp13 triliun. Kenaikan aset tersebut didorong naiknya pembiayaan perseroan.
“Alhamdulillah, semua indikator keuangan berjalan sesuai rencana kami, baik dari segi aset, pembiayaan, DPK, NPF dan laba bersih,” ujar Direktur Utama BNI Syariah Dinno Indiano dalam rilisnya, Senin (21/7/2014).
Dinno mengungkapkan, pembiayaan perseroan hingga Juni 2014 mencapai Rp13,36 triliun, atau tumbuh 39,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dari sisi pembiayaan, kontribusi terbesar per Juni 2014 bersumber dari segmen konsumer mencapai 52,8% dari total portofolio pembiayaan.
Pembiayaan konsumer didominasi oleh pembiayaan Griya iB Hasanah. Disusul oleh pembiayaan ritel produktif cabang sebesar 22,1%, pembiayaan komersial sebesar 14,6%, mikro 7,3% dan kartu pembiayaan Hasanah Card sebesar 3,2%.
Kontribusi segmen produktif baik komersial maupun ritel, serta mikro terus meningkat. Hal ini sejalan dengan arah pengembangan menjadi bank komersial sesuai dengan ketentuan Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) oleh Bank Indonesia.
"Misal produktif ritel kami secara yoy tumbuh sebesar 51,6% dari Rp1,94 triliun di Juni 2013 menjadi Rp2,95 triliun di Juni 2014, sedangkan mikro tumbuh secara yoy sebesar 84,4% dari Rp532,5 miliar menjadi Rp982 miliar di Juni 2014,” tutur Dinno.
Pada sisi liabilities pertumbuhan ditopang oleh dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp13,51 triliun atau naik sebesar 30,1% dibanding tahun sebelumnya. Meskipun dalam kondisi ketat, perseroan berhasil menjaga komposisi dananya secara sehat. Giro dan tabungan atau CASA rasio berada tingkat 49,13%.
Menurut Dinno, komposisi neraca yang sehat membuat perseroan dapat membukukan laba bersih sebesar Rp66,5 miliar atau naik sebesar 22,2% dibanding tahun sebelumnya yang hanya Rp54,4 miliar. Angka-angka rasio keuangan pun menunjukkan kinerja yang terus membaik. Non Performing Financing (NPF) pada Juni 2014 sebesar 1,99%, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 2,11%.
“Perlu dicatat bahwa penurunan dimaksud lebih disebabkan perbaikan kualitas dalam proses pemberian pembiayaan maupun monitoring serta pemilihan target segmen yang tepat,” jelasnya.
“Alhamdulillah, semua indikator keuangan berjalan sesuai rencana kami, baik dari segi aset, pembiayaan, DPK, NPF dan laba bersih,” ujar Direktur Utama BNI Syariah Dinno Indiano dalam rilisnya, Senin (21/7/2014).
Dinno mengungkapkan, pembiayaan perseroan hingga Juni 2014 mencapai Rp13,36 triliun, atau tumbuh 39,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dari sisi pembiayaan, kontribusi terbesar per Juni 2014 bersumber dari segmen konsumer mencapai 52,8% dari total portofolio pembiayaan.
Pembiayaan konsumer didominasi oleh pembiayaan Griya iB Hasanah. Disusul oleh pembiayaan ritel produktif cabang sebesar 22,1%, pembiayaan komersial sebesar 14,6%, mikro 7,3% dan kartu pembiayaan Hasanah Card sebesar 3,2%.
Kontribusi segmen produktif baik komersial maupun ritel, serta mikro terus meningkat. Hal ini sejalan dengan arah pengembangan menjadi bank komersial sesuai dengan ketentuan Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) oleh Bank Indonesia.
"Misal produktif ritel kami secara yoy tumbuh sebesar 51,6% dari Rp1,94 triliun di Juni 2013 menjadi Rp2,95 triliun di Juni 2014, sedangkan mikro tumbuh secara yoy sebesar 84,4% dari Rp532,5 miliar menjadi Rp982 miliar di Juni 2014,” tutur Dinno.
Pada sisi liabilities pertumbuhan ditopang oleh dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp13,51 triliun atau naik sebesar 30,1% dibanding tahun sebelumnya. Meskipun dalam kondisi ketat, perseroan berhasil menjaga komposisi dananya secara sehat. Giro dan tabungan atau CASA rasio berada tingkat 49,13%.
Menurut Dinno, komposisi neraca yang sehat membuat perseroan dapat membukukan laba bersih sebesar Rp66,5 miliar atau naik sebesar 22,2% dibanding tahun sebelumnya yang hanya Rp54,4 miliar. Angka-angka rasio keuangan pun menunjukkan kinerja yang terus membaik. Non Performing Financing (NPF) pada Juni 2014 sebesar 1,99%, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 2,11%.
“Perlu dicatat bahwa penurunan dimaksud lebih disebabkan perbaikan kualitas dalam proses pemberian pembiayaan maupun monitoring serta pemilihan target segmen yang tepat,” jelasnya.
(rna)