Peternak Sapi Keluhkan Tingginya Harga Pakan
A
A
A
BANDUNG - Para peternak sapi mengeluhkan semakin tingginya harga pakan sapi perah, padalah kontribusi pemberian pakan ternak cukup besar yakni hingga 70%. Kondisi ini berpengaruh terhadap kualitas susu sapi.
Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) mencatat, kenaikan harga pakan ternak sepanjang kuartal I/2014 hingga 5%. Kenaikan ini terus terjadi sejak 2013 dan membuat biaya produksi peternak menjadi membengkak.
"Tidak sedikit peternak yang memberi makan sapinya dengan pakan yang dicampur bahan baku murah, karena harga pakannya naik terus. Akibatnya, kandungan nutrisi susu menjadi sangat minim," ujar Ketua GKSI Dedi Setiadi, Rabu (23/7/2014).
Kenaikan harga pakan ini dipicu nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang masih stabil tinggi. Pasalnya, bahan baku pembuatan pakan tersebut masih bergantung dari impor seperti jagung dan bungkil kedelai.
"Saya harap pemerintah membuat kebijakan yang bisa memicu kestabilan harga pakan agar tidak memberatkan para peternak. Misalnya dengan pemberian insentif agar peternak sapi lebih termotivasi kembali untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas susu," katanya.
Dedi menerangkan, kenaikan harga pakan sapi bervariatif, tergantung jenis dan bahan bakunya. Misalnya white polar mengalami kenaikan dari Rp2.700/kg menjadi Rp2.850/kg, kopra dari Rp2.800/kg menjadi Rp3.300/kg, serta dedak dari Rp2.500/kg menjadi Rp2.700/kg.
Selain itu, ketersediaan pakan yang diperkirakan tidak akan mencukupi selama masa Lebaran juga dikeluhkan para peternak. Pada momen Lebaran, dibutuhkan banyak stok pakan sapi perah, sedangkan pasokan cukup terhenti akibat adanya libur.
"Meski begitu, kami terus berupaya menyediakan pakan ternak bagi para peternak secara maksimal agar mencukupi kebutuhan selama Lebaran. Kami akan tetap mencari stok pakan ke beberapa daerah agar mencukupi kebutuhan," jelas dia.
Pihaknya merasa senang dengan harga susu sapi yang dipasok ke industri pengolahan susu (IPS) saat ini mencapai Rp4.600 hingga Rp5.000/liter. Angka ini meningkat dibanding periode sama tahun lalu yang berkutat pada level Rp3.300 hingga Rp3.900/liter.
"Peningkatan harga susu ke IPS patut disyukuri, meskipun di sisi lain terbilang percuma juga. Mengingat biaya produksi yang dikeluarkan para peternak juga tetap tinggi dengan terus meningkatnya harga pakan," imbuhnya.
Dinas Peternakan (Disnak) Jawa Barat membenarkan ketergantungan pembelian bahan baku pakan ternak terutama konsentrat jenis polar yang masih impor. Pasalnya, selama ini Indonesia masih belum bisa memproduksi di dalam negeri.
"Saat ini masih belum ada bahan baku pengganti yang bisa diproduksi di dalam negeri yang sesuai dengan standar. Akibatnya, mereka harus tetap mengimpor untuk pembuatan pakan ternak," ujar Kepala Disnak Jabar Doddy Firman Nugraha.
Dia menjamin akan terus berupaya meringankan biaya produksi para peternak dengan meminimalisasi ketergantungan bahan baku pakan ternak.
Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) mencatat, kenaikan harga pakan ternak sepanjang kuartal I/2014 hingga 5%. Kenaikan ini terus terjadi sejak 2013 dan membuat biaya produksi peternak menjadi membengkak.
"Tidak sedikit peternak yang memberi makan sapinya dengan pakan yang dicampur bahan baku murah, karena harga pakannya naik terus. Akibatnya, kandungan nutrisi susu menjadi sangat minim," ujar Ketua GKSI Dedi Setiadi, Rabu (23/7/2014).
Kenaikan harga pakan ini dipicu nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang masih stabil tinggi. Pasalnya, bahan baku pembuatan pakan tersebut masih bergantung dari impor seperti jagung dan bungkil kedelai.
"Saya harap pemerintah membuat kebijakan yang bisa memicu kestabilan harga pakan agar tidak memberatkan para peternak. Misalnya dengan pemberian insentif agar peternak sapi lebih termotivasi kembali untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas susu," katanya.
Dedi menerangkan, kenaikan harga pakan sapi bervariatif, tergantung jenis dan bahan bakunya. Misalnya white polar mengalami kenaikan dari Rp2.700/kg menjadi Rp2.850/kg, kopra dari Rp2.800/kg menjadi Rp3.300/kg, serta dedak dari Rp2.500/kg menjadi Rp2.700/kg.
Selain itu, ketersediaan pakan yang diperkirakan tidak akan mencukupi selama masa Lebaran juga dikeluhkan para peternak. Pada momen Lebaran, dibutuhkan banyak stok pakan sapi perah, sedangkan pasokan cukup terhenti akibat adanya libur.
"Meski begitu, kami terus berupaya menyediakan pakan ternak bagi para peternak secara maksimal agar mencukupi kebutuhan selama Lebaran. Kami akan tetap mencari stok pakan ke beberapa daerah agar mencukupi kebutuhan," jelas dia.
Pihaknya merasa senang dengan harga susu sapi yang dipasok ke industri pengolahan susu (IPS) saat ini mencapai Rp4.600 hingga Rp5.000/liter. Angka ini meningkat dibanding periode sama tahun lalu yang berkutat pada level Rp3.300 hingga Rp3.900/liter.
"Peningkatan harga susu ke IPS patut disyukuri, meskipun di sisi lain terbilang percuma juga. Mengingat biaya produksi yang dikeluarkan para peternak juga tetap tinggi dengan terus meningkatnya harga pakan," imbuhnya.
Dinas Peternakan (Disnak) Jawa Barat membenarkan ketergantungan pembelian bahan baku pakan ternak terutama konsentrat jenis polar yang masih impor. Pasalnya, selama ini Indonesia masih belum bisa memproduksi di dalam negeri.
"Saat ini masih belum ada bahan baku pengganti yang bisa diproduksi di dalam negeri yang sesuai dengan standar. Akibatnya, mereka harus tetap mengimpor untuk pembuatan pakan ternak," ujar Kepala Disnak Jabar Doddy Firman Nugraha.
Dia menjamin akan terus berupaya meringankan biaya produksi para peternak dengan meminimalisasi ketergantungan bahan baku pakan ternak.
(izz)