Rupiah Terdepresiasi 231 Poin Selama Sepekan

Minggu, 10 Agustus 2014 - 14:23 WIB
Rupiah Terdepresiasi...
Rupiah Terdepresiasi 231 Poin Selama Sepekan
A A A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) sepanjang pekan ini mengalami depresiasi sebesar 231 poin.

Dirangkum dari data di situs resmi Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah terhadap USD pada akhir pekan sebelum libur Lebaran, Jumat (25/7/2014) berada pada level Rp11.591 per USD. Kemudian pada Senin (4/8/2014) pekan ini, rupiah anjlok signifikan sebanyak 156 poin menjadi Rp11.747 per USD.

Selanjutnya, posisi rupiah pada Selasa (5/8/2014) naik tipis 41 poin menjadi Rp11.733 per USD. Penguatan rupiah hanya bertahan sehari karena pada Rabu (6/8/2014), rupiah melemah 23 poin ke level Rp11.756 per USD.

Pada Kamis (7/8/2014), rupiah kembali merosot 10 poin menjadi Rp11.766 per USD dan pada Jumat (8/8/2014), rupiah melanjutkan kejatuhannya sebanyak 56 poin hingga ditutup pada level Rp11.822 per USD.

Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menyatakan, laju rupiah masih turun pada awal pekan seiring imbas melemahnya sejumlah mata uang emerging market karena terpengaruh masalah penilaian gagal bayar Argentina. Laju euro yang diharapkan dapat menguat juga terhambat masalah perbankan di Portugal, sehingga mampu dikalahkan oleh USD.

Di sisi lain, pelemahan rupiah juga dipicu respon negatif terhadap rilis data neraca perdagangan yang kembali defisit. BPS mengumumkan neraca perdagangan Indonesia (NPI) pada Juni 2014 mengalami defisit sebesar USD0,3 miliar.

"Pasca rilis penurunan GDP per kuartal dan per tahun Indonesia, laju rupiah berakhir naik tipis," kata dia, Minggu (10/8/2014).

Dengan mencermati kembali defisitnya neraca perdagangan dan kali ini rilis penurunan data GDP tersebut membuat pelaku pasar berekspektasi BI tidak akan mengubah suku bunga acuan BI rate, sehingga di periode selanjutnya laju GDP dapat diperbaiki. Ekspektasi tersebut menahan pelemahan rupiah.

Di sisi lain, laju positif dari dolar Asustralia setelah RBA tetap mempertahankan suku bunga acuan Reserve Bank of Australia (RBA) dan naiknya AIG service Index Australia serta apresiasi GBP setelah rilis kenaikan indeks jasa Inggris turut menambah sentimen positif bagi rupiah.

Namun, imbas tidak bergemingnya Rusia terhadap sanksi yang akan dikenakan oleh Amerika Serikat dan Eropa memberikan tekanan pada sejumlah mata uang emerging market karena dianggap terjadi peningkatan risiko. Turunnya poundsterling dan naiknya USD terhadap euro menambah sentimen negatif.

Masih adanya imbas dari pelemahan sejumlah mata uang emerging market setelah nilai euro melemah karena jelang rapat Bank Sentral Eropa (ECB), variatif cenderung melemahnya data-data ekonomi zona Eropa, dan kekhawatiran invasi Rusia ke Ukraina membuat laju rupiah pun ikut terimbas melemah.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5745 seconds (0.1#10.140)