Harga Elpiji 3 Kg di Majalengka Rp26 Ribu/Tabung
A
A
A
MAJALENGKA - Kelangkaan gas elpiji 3 kg di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat (Jabar) kembali terjadi, terutama di Kecamatan Bantarujeg, Malausma dan Lemahsugih.
Hampir di seluruh pangkalan dan warung-warung yang tersebar di tiga kecamatan tersebut harganya melambung tinggi hingga Rp26 ribu per tabung. Bahkan ada warga yang sudah beberapa hari terpaksa tidak bisa memasak karena harga gas melambung tinggi.
"Harga gas tembus Rp26 ribu, padahal biasanya paling mahal maksimal Rp17 ribu. Kenaikan ini berkali-kali lipat karena pasokan gas elpiji 3 kg di wilayah kami saat ini langka," kata Budi, warga Desa Cipeundeuy Kecamatan Bantarujeg, Majalengka, Selasa (12/8/2014).
Dia mengaku heran dengan kelangkaan gas elpiji ini yang dirasakannya sudah terjadi sejak awal 2014. Ironisnya, ketika ada kiriman dari agen ke pangkalan atau toko warung, ada warga sudah memesan gas elpiji tiga hari sebelum kiriman datang.
"Karena saking frustasi saya tidak membeli gas dengan harga mahal tersebut, dan lebih memilih memasak nasi dengan menggunakan kayu bakar," ujarnya.
Pengakuan serupa diungkapkan Asep, warga Kecamatan Malausma yang tengah mondar mandir keliling toko sambil membawa gas elpiji untuk mencari harga yang lebih murah.
"Saya sampai capek, sudah keliling kesana-kemari tapi gas elpiji semuanya mahal. Bagaimana ini, pemerintah dan Pertamina tidak pernah peduli dalam mengurus rakyat yang kesulitan mencari gas," ucapnya.
Dia mengaku heran ketika pemerintah dulu menyuruh konversi dari minyak tanah ke gas, tapi setelah kompor tidak ada, gas semakin langka di pasaran.
"Kami sebagai masyarakat kecil kepada pemerintah maupun Pertamina selaku penyedia gas tidak meminta apa-apa. Hanya berharag gas elpiji agar mudah dibeli, jangan susah seperti saat ini kayak zaman penjajahan saja," tutur dia.
Pengakuan serupa diutarakan Jajang, warga Kecamatan Lemahsugih yang mengaku tidak keberatan meski harga elpiji naik jauh dari harga eceran terendah.
"Tidak apa-apa walau harganya harus Rp20 ribu, meski HET nya hanya Rp14 ribu, yang penting gas elpijinya naik janga sampai keterlaluan seperti saat ini," ungkapnya.
Pihaknya merasa heran, kondisi tersebut tidak membuat pemerintah segera turun tangan dalam menyelesaikan permasalahan yang membelit rakyatnya.
"Kejadian kelangkaan gas elpiji ini sudah sejak lama dan sangat membebani masyarakat. Di mana letak kepeduliaan pemerintah hingga saat ini dalam upaya penanggulangannya," cetusnya dengan nada kesal.
Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan Kabupaten Majalengka, Udin Abidin belum bisa dikonfirmasi dengan kejadian harga gas yang melambung tinggi tersebut, karena sedang tidak ada di tempat.
Hampir di seluruh pangkalan dan warung-warung yang tersebar di tiga kecamatan tersebut harganya melambung tinggi hingga Rp26 ribu per tabung. Bahkan ada warga yang sudah beberapa hari terpaksa tidak bisa memasak karena harga gas melambung tinggi.
"Harga gas tembus Rp26 ribu, padahal biasanya paling mahal maksimal Rp17 ribu. Kenaikan ini berkali-kali lipat karena pasokan gas elpiji 3 kg di wilayah kami saat ini langka," kata Budi, warga Desa Cipeundeuy Kecamatan Bantarujeg, Majalengka, Selasa (12/8/2014).
Dia mengaku heran dengan kelangkaan gas elpiji ini yang dirasakannya sudah terjadi sejak awal 2014. Ironisnya, ketika ada kiriman dari agen ke pangkalan atau toko warung, ada warga sudah memesan gas elpiji tiga hari sebelum kiriman datang.
"Karena saking frustasi saya tidak membeli gas dengan harga mahal tersebut, dan lebih memilih memasak nasi dengan menggunakan kayu bakar," ujarnya.
Pengakuan serupa diungkapkan Asep, warga Kecamatan Malausma yang tengah mondar mandir keliling toko sambil membawa gas elpiji untuk mencari harga yang lebih murah.
"Saya sampai capek, sudah keliling kesana-kemari tapi gas elpiji semuanya mahal. Bagaimana ini, pemerintah dan Pertamina tidak pernah peduli dalam mengurus rakyat yang kesulitan mencari gas," ucapnya.
Dia mengaku heran ketika pemerintah dulu menyuruh konversi dari minyak tanah ke gas, tapi setelah kompor tidak ada, gas semakin langka di pasaran.
"Kami sebagai masyarakat kecil kepada pemerintah maupun Pertamina selaku penyedia gas tidak meminta apa-apa. Hanya berharag gas elpiji agar mudah dibeli, jangan susah seperti saat ini kayak zaman penjajahan saja," tutur dia.
Pengakuan serupa diutarakan Jajang, warga Kecamatan Lemahsugih yang mengaku tidak keberatan meski harga elpiji naik jauh dari harga eceran terendah.
"Tidak apa-apa walau harganya harus Rp20 ribu, meski HET nya hanya Rp14 ribu, yang penting gas elpijinya naik janga sampai keterlaluan seperti saat ini," ungkapnya.
Pihaknya merasa heran, kondisi tersebut tidak membuat pemerintah segera turun tangan dalam menyelesaikan permasalahan yang membelit rakyatnya.
"Kejadian kelangkaan gas elpiji ini sudah sejak lama dan sangat membebani masyarakat. Di mana letak kepeduliaan pemerintah hingga saat ini dalam upaya penanggulangannya," cetusnya dengan nada kesal.
Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan Kabupaten Majalengka, Udin Abidin belum bisa dikonfirmasi dengan kejadian harga gas yang melambung tinggi tersebut, karena sedang tidak ada di tempat.
(izz)