Produk Olahan Sumbang PDRB Terbesar di Jateng
A
A
A
SEMARANG - Perekonomian Jawa Tengah (Jateng) yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan II/2014 mengalami kenaikan 1,8% dibandingkan triwulan I/2014.
Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari mengatakan, PDRB Jateng atas dasar harga berlaku pada triwulan II/2014 mencapai Rp174.338,0 miliar, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp59.114,0 miliar.
"PDRB Jateng pada triwulan II/2014 dibandingkan triwulan yang sama 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 5,2%," katanya.
Sumbangan PDRB terbesar diberikan oleh sektor industi pengolahan, yang mencapai Rp58,2 miliar, naik sekitar 3,2% dibandingkan semester pertama tahun ini sebesar Rp55,8 miliar.
Dia mengatakan, secara keseluruhan pertumbuhan terjadi pada semua sektor, kecuali sektor pertanian. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 4,1%, disusul sektor pengolahan naik sebesar 3,2%.
Sedangkan petumbuhan terendah terjadi pada sektor pertanian yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar 3,6%.
Pertumbuhan negatif sektor pertanian ini disebabkan penurunan pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan (Tabama) dan subsektor peternakan dan hasil-hasilnya masing-masing sebesar -6,0% dan -0,2%.
"Hanya saja untuk sub sektor lain pada sektor pertanian mengalami kenaikan. Kenaikan tertinggi dialami subsektor kehutanan sebesar 5,7%. Disusul subsektor perkebunan sebesar 5,0%, dan subsektor perikanan sebesar 2,1%," kata dia.
Di sisi penggunaan, sebagian besar PDRB digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga sebesar 62,5%, diikuti pembentukan modal tetap bruto sebesar 20,3%, konsumsi pemerintah 10,4%, ekspor neto 4,6% dan konsumsi lembaga non profit 1,6%.
Kepala Dinas Perindustian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jateng Petrus Edison Ambarura mengakui, kontribusi dari indutri olahan terhadap pendapatan PDRB di Jateng.
Karena itu, industri produk olahan harus terus didorong untuk terus meningkatkan produktivitasnya.
"Potensi industri produk olahan di Jateng sangat besar. Semua daerah di Jateng memiliki produk olahan sendiri dengan ciri khas masing-masing dan terus kami kembangkan," pungkasnya.
Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari mengatakan, PDRB Jateng atas dasar harga berlaku pada triwulan II/2014 mencapai Rp174.338,0 miliar, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp59.114,0 miliar.
"PDRB Jateng pada triwulan II/2014 dibandingkan triwulan yang sama 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 5,2%," katanya.
Sumbangan PDRB terbesar diberikan oleh sektor industi pengolahan, yang mencapai Rp58,2 miliar, naik sekitar 3,2% dibandingkan semester pertama tahun ini sebesar Rp55,8 miliar.
Dia mengatakan, secara keseluruhan pertumbuhan terjadi pada semua sektor, kecuali sektor pertanian. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 4,1%, disusul sektor pengolahan naik sebesar 3,2%.
Sedangkan petumbuhan terendah terjadi pada sektor pertanian yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar 3,6%.
Pertumbuhan negatif sektor pertanian ini disebabkan penurunan pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan (Tabama) dan subsektor peternakan dan hasil-hasilnya masing-masing sebesar -6,0% dan -0,2%.
"Hanya saja untuk sub sektor lain pada sektor pertanian mengalami kenaikan. Kenaikan tertinggi dialami subsektor kehutanan sebesar 5,7%. Disusul subsektor perkebunan sebesar 5,0%, dan subsektor perikanan sebesar 2,1%," kata dia.
Di sisi penggunaan, sebagian besar PDRB digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga sebesar 62,5%, diikuti pembentukan modal tetap bruto sebesar 20,3%, konsumsi pemerintah 10,4%, ekspor neto 4,6% dan konsumsi lembaga non profit 1,6%.
Kepala Dinas Perindustian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jateng Petrus Edison Ambarura mengakui, kontribusi dari indutri olahan terhadap pendapatan PDRB di Jateng.
Karena itu, industri produk olahan harus terus didorong untuk terus meningkatkan produktivitasnya.
"Potensi industri produk olahan di Jateng sangat besar. Semua daerah di Jateng memiliki produk olahan sendiri dengan ciri khas masing-masing dan terus kami kembangkan," pungkasnya.
(izz)