PTPN X Klaim Keuntungan PG Bisa Capai Rp18 M
A
A
A
SURABAYA - Industri gula nasional terus melakukan pembenahan untuk mendongkrak keuntungan negara. PT Perkebunan Nusantara X (Persero) memanfaatkan ampas tebu untuk melakukan efisien produksi.
Dengan cara ini, PTPN X mengklaim telah memperoleh keuntungan sebesar Rp18 miliar untuk satu pabrik. Sumber keuntungan berasal dari keputusan PTPN X dalam menjadikan ampas tebu sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM). Bahkan, PTPN X juga berencana untuk menciptakan ampas tebu menjadi tenaga listrik.
“Akibat efisiensi ini, laba yang diterima PTPN X dari pabrik penggilingan gula Kremboong sebesar Rp18 miliar,” kata Direktur Utama PTPN X Subiyono disela-sela peninjauan Pabrik Gula (PG) Kremboong Sidoarjo, Kamis (14/8/2014).
Keuntungan ini, ujar Subianto sangat membanggakan, karena sebelumnya PG Kremboong memiliki catatan buruk, setiap tahun selalu mengalami kerugian hingga muncul pemikiran untuk ditutup. Tidak tanggung-tanggung, kerugian yang diderita mencapai Rp30 miliar per tahunnya. Sebab, proses produksi yang dilakukan pada PG lama menggunakan tenaga uap. Proses tersebut dilakukan perubahan dengan memakai tenaga listrik.
Untuk melakukan pembenahan, anggaran yang dikeluarkan PTPN X tak sedikit, ada sekitar Rp170 miliar untuk semua pabrik di Jatim dengan hasil yang cukup maksimal. Perubahan terjadi dengan mengoptimalkan manajemen ampas tebu. Menurut dia, ampas tebu adalah bahan bakar hasil produk samping dalam proses pengolahan tebu menjadi gula. Satu ton tebu bisa menghasilkan sekitar 300 kilogram ampas yang bisa digunakan untuk bahan bakar pabrik.
"Ampas tebu itu bahan bakar alami. Jadi kalau PG bisa menghasilkan ampas, berarti PG itu efisien. Ampasnya bisa digunakan untuk menggerakkan mesin tanpa harus menggunakan BBM atau batubara," ujar Subiyono.
Ketua Umum Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) menerangkan, dulu Belanda sudah mendesain semua PG bisa mandiri dengan ampas tebu sebagai bahan bakar. Namun, dalam perjalanannya, banyak PG di Indonesia yang justru menggunakan bahan bakar fosil yang sangat mahal, sehingga menimbulkan inefisiensi.
Karena itulah, sejak empat tahun terakhir, PTPN X merngoptimalkan ampas tebu sehingga penggunaan bahan bakar fosil makin menurun. Bahkan, tahun depan ditargetkan bisa zero BBM untuk pengoperasian pabrik.
"Kami jadikan ampas tebu sebagai indikator. Jika PG tidak bisa hasilkan ampas tebu, berarti PG tersebut bisa dikatakan tidak memiliki kinerja baik. PG yang bisa menghasilkan ampas tebu berarti kinerja mesinnya baik,” paparnya.
Kondisi tersebut, lanjut Subianto, terlihat dalam kinerja PG Kremboong yang mempunyai manajemen ampas yang baik. PTPN X telah menginvestasikan dana sekitar Rp3 miliar untuk PG Kremboong, antara lain untuk mesin press ball dan conveyor radial.
Dengan revitalisasi pada 2013, saat ini kapasitas giling PG Kremboong mencapai 2.700 ton tebu per hari. PG Kremboong bisa menghasilkan 2,8 ton ampas per jam.
PG Kremboong menghasilkan 5.103 ton ampas tebu pada 2013. Dengan kelebihan ampas tersebut, PG Kremboong bisa memakainya untuk bahan bakar operasional pabrik tahun ini, sehingga tidak membutuhkan BBM. Bahkan, ampas tersebut bisa dipasok untuk PG lain dan dijual ke pihak lain.
Hingga akhir musim giling ini, PG Kremboong menargetkan bisa mendapatkan kelebihan ampas sekitar 8.480 ton yang akan dijual, sehingga bisa mendapatkan keuntungan ekonomis.
“PG Kremboong menjadi model yang baik (role model) dalam pengelolaan PG berkapasitas giling antara 2.000-3.000 ton tebu per hari,” jelas dia.
Direktur Produksi PTPN X T. Sutaryanto mengatakan, ada perubahan yang cukup siginifikan dalam pabrik Kremboong. Dulu pabrik ini memakai uang, tetapi sekarang memakai tenaga listrik. Dengan perubahan ini, ada tingkat efisien yang cukup besar. Bahkan perubahan juga terjadi dalam sistem penataan perkebunan supaya bisa menghasilkan tebu yang memiliki kualitas tinggi.
“Dulu gilingan memakai orang, sekarang sudah otomatis. Ini yang memperngaruhi peningkatan prosuksi yang dilakukan di Kremboong,” ujarnya.
Dengan cara ini, PTPN X mengklaim telah memperoleh keuntungan sebesar Rp18 miliar untuk satu pabrik. Sumber keuntungan berasal dari keputusan PTPN X dalam menjadikan ampas tebu sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM). Bahkan, PTPN X juga berencana untuk menciptakan ampas tebu menjadi tenaga listrik.
“Akibat efisiensi ini, laba yang diterima PTPN X dari pabrik penggilingan gula Kremboong sebesar Rp18 miliar,” kata Direktur Utama PTPN X Subiyono disela-sela peninjauan Pabrik Gula (PG) Kremboong Sidoarjo, Kamis (14/8/2014).
Keuntungan ini, ujar Subianto sangat membanggakan, karena sebelumnya PG Kremboong memiliki catatan buruk, setiap tahun selalu mengalami kerugian hingga muncul pemikiran untuk ditutup. Tidak tanggung-tanggung, kerugian yang diderita mencapai Rp30 miliar per tahunnya. Sebab, proses produksi yang dilakukan pada PG lama menggunakan tenaga uap. Proses tersebut dilakukan perubahan dengan memakai tenaga listrik.
Untuk melakukan pembenahan, anggaran yang dikeluarkan PTPN X tak sedikit, ada sekitar Rp170 miliar untuk semua pabrik di Jatim dengan hasil yang cukup maksimal. Perubahan terjadi dengan mengoptimalkan manajemen ampas tebu. Menurut dia, ampas tebu adalah bahan bakar hasil produk samping dalam proses pengolahan tebu menjadi gula. Satu ton tebu bisa menghasilkan sekitar 300 kilogram ampas yang bisa digunakan untuk bahan bakar pabrik.
"Ampas tebu itu bahan bakar alami. Jadi kalau PG bisa menghasilkan ampas, berarti PG itu efisien. Ampasnya bisa digunakan untuk menggerakkan mesin tanpa harus menggunakan BBM atau batubara," ujar Subiyono.
Ketua Umum Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) menerangkan, dulu Belanda sudah mendesain semua PG bisa mandiri dengan ampas tebu sebagai bahan bakar. Namun, dalam perjalanannya, banyak PG di Indonesia yang justru menggunakan bahan bakar fosil yang sangat mahal, sehingga menimbulkan inefisiensi.
Karena itulah, sejak empat tahun terakhir, PTPN X merngoptimalkan ampas tebu sehingga penggunaan bahan bakar fosil makin menurun. Bahkan, tahun depan ditargetkan bisa zero BBM untuk pengoperasian pabrik.
"Kami jadikan ampas tebu sebagai indikator. Jika PG tidak bisa hasilkan ampas tebu, berarti PG tersebut bisa dikatakan tidak memiliki kinerja baik. PG yang bisa menghasilkan ampas tebu berarti kinerja mesinnya baik,” paparnya.
Kondisi tersebut, lanjut Subianto, terlihat dalam kinerja PG Kremboong yang mempunyai manajemen ampas yang baik. PTPN X telah menginvestasikan dana sekitar Rp3 miliar untuk PG Kremboong, antara lain untuk mesin press ball dan conveyor radial.
Dengan revitalisasi pada 2013, saat ini kapasitas giling PG Kremboong mencapai 2.700 ton tebu per hari. PG Kremboong bisa menghasilkan 2,8 ton ampas per jam.
PG Kremboong menghasilkan 5.103 ton ampas tebu pada 2013. Dengan kelebihan ampas tersebut, PG Kremboong bisa memakainya untuk bahan bakar operasional pabrik tahun ini, sehingga tidak membutuhkan BBM. Bahkan, ampas tersebut bisa dipasok untuk PG lain dan dijual ke pihak lain.
Hingga akhir musim giling ini, PG Kremboong menargetkan bisa mendapatkan kelebihan ampas sekitar 8.480 ton yang akan dijual, sehingga bisa mendapatkan keuntungan ekonomis.
“PG Kremboong menjadi model yang baik (role model) dalam pengelolaan PG berkapasitas giling antara 2.000-3.000 ton tebu per hari,” jelas dia.
Direktur Produksi PTPN X T. Sutaryanto mengatakan, ada perubahan yang cukup siginifikan dalam pabrik Kremboong. Dulu pabrik ini memakai uang, tetapi sekarang memakai tenaga listrik. Dengan perubahan ini, ada tingkat efisien yang cukup besar. Bahkan perubahan juga terjadi dalam sistem penataan perkebunan supaya bisa menghasilkan tebu yang memiliki kualitas tinggi.
“Dulu gilingan memakai orang, sekarang sudah otomatis. Ini yang memperngaruhi peningkatan prosuksi yang dilakukan di Kremboong,” ujarnya.
(gpr)