Laba Bersih TBIG Turun 21,34% Jadi Rp663,65 M
A
A
A
JAKARTA - PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) sepanjang semester I tahun ini mencatat penurunan laba bersih sebesar 21,34% menjadi Rp663,65 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp843,72 miliar.
Laporan keuangan perseroan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (20/8/2014) menunjukkan bahwa turunnya laba bersih perusahaan pada periode tersebut akibat berkurangnya kenaikan nilai wajar atas properti investasi serta naiknya beban usaha dan keuangan.
Kenaikan pendapatan perusahaan sebesar 24,41% menjadi Rp1,58 triliun dari Rp1,27 triliun, diikuti naiknya beban pokok pendapatan menjadi Rp242,44 miliar dari Rp180,31 miliar. Sementaran EBITDA meningkat 24,8% jika dibandingkan dengan periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013.
Beban usaha juga bertambah menjadi Rp137 miliar dari Rp120,1 miliar dan turunnya kenaikan nilai wajar atas properti investasi menjadi Rp90,56 miliar dari Rp438,02 miliar serta naiknya beban keuangan menjadi Rp489,42 miliar dari Rp324,15 miliar.
Laba pelepasan aset perusahaan tercatat turun menjadi Rp20 juta dari Rp707 juta. Namun, persreoan mencatat laba selsisih kurs senilai Rp22,4 miliar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya mencatat rugi Rp118,78 miliar.
"Kuartal II ini merupakan kuartal dengan pertumbuhan organik yang tinggi, di mana kami menambah sebanyak 930 tenant yang termasuk di antaranya 782 site telekomunikasi build-to-suit," kata CEO TBIG Hardi Wijaya dalam rilisnya, Rabu (20/8/2014).
Per 30 Juni 2014, total pinjaman (debt) perseroan, jika bagian pinjaman dalam mata uang dolar Amerika Serikat (USD) diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya sebesar Rp13,672 triliun dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp9,812 triliun.
Dengan saldo kas yang mencapai Rp814 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp12,858 triliun dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) perseroan menjadi Rp8,998 triliun.
Rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA kuartal II yang disetahunkan adalah 3,42x, dan rasio pinjaman bersih terhadap EBITDA kuartal II yang disetahunkan adalah 4,89x.
"Ini berarti TBIG masih mempunyai ruang untuk pendanaan lebih lanjut berdasarkan rasio yang disyaratkan dalam perjanjian pinjaman perseroan serta obligasi beredenominasi USD dan rupiah," pungkasnya.
TBIG memiliki 18.028 penyewaan dan 11.266 site telekomunikasi per 30 Juni 2014. Site telekomunikasi milik perseroan terdiri dari 10.159 menara telekomunikasi, 977 shelter only, dan 130 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 16.921, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan menjadi 1,67.
Laporan keuangan perseroan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (20/8/2014) menunjukkan bahwa turunnya laba bersih perusahaan pada periode tersebut akibat berkurangnya kenaikan nilai wajar atas properti investasi serta naiknya beban usaha dan keuangan.
Kenaikan pendapatan perusahaan sebesar 24,41% menjadi Rp1,58 triliun dari Rp1,27 triliun, diikuti naiknya beban pokok pendapatan menjadi Rp242,44 miliar dari Rp180,31 miliar. Sementaran EBITDA meningkat 24,8% jika dibandingkan dengan periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013.
Beban usaha juga bertambah menjadi Rp137 miliar dari Rp120,1 miliar dan turunnya kenaikan nilai wajar atas properti investasi menjadi Rp90,56 miliar dari Rp438,02 miliar serta naiknya beban keuangan menjadi Rp489,42 miliar dari Rp324,15 miliar.
Laba pelepasan aset perusahaan tercatat turun menjadi Rp20 juta dari Rp707 juta. Namun, persreoan mencatat laba selsisih kurs senilai Rp22,4 miliar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya mencatat rugi Rp118,78 miliar.
"Kuartal II ini merupakan kuartal dengan pertumbuhan organik yang tinggi, di mana kami menambah sebanyak 930 tenant yang termasuk di antaranya 782 site telekomunikasi build-to-suit," kata CEO TBIG Hardi Wijaya dalam rilisnya, Rabu (20/8/2014).
Per 30 Juni 2014, total pinjaman (debt) perseroan, jika bagian pinjaman dalam mata uang dolar Amerika Serikat (USD) diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya sebesar Rp13,672 triliun dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp9,812 triliun.
Dengan saldo kas yang mencapai Rp814 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp12,858 triliun dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) perseroan menjadi Rp8,998 triliun.
Rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA kuartal II yang disetahunkan adalah 3,42x, dan rasio pinjaman bersih terhadap EBITDA kuartal II yang disetahunkan adalah 4,89x.
"Ini berarti TBIG masih mempunyai ruang untuk pendanaan lebih lanjut berdasarkan rasio yang disyaratkan dalam perjanjian pinjaman perseroan serta obligasi beredenominasi USD dan rupiah," pungkasnya.
TBIG memiliki 18.028 penyewaan dan 11.266 site telekomunikasi per 30 Juni 2014. Site telekomunikasi milik perseroan terdiri dari 10.159 menara telekomunikasi, 977 shelter only, dan 130 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 16.921, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan menjadi 1,67.
(rna)