KSP Intidana Kembangkan Sub Sistem Koperasi Lain
A
A
A
SEMARANG - Koperasi simpan pinjam (KSP) Intidana mengembangkan sistem modernisasi koperasi melalui Simpanan Antar Koperasi Teknologi Indonesia (Sakti).
Melalui Sakti ini KSP Intidana mengajak seluruh koperasi di Indonesia untuk bersatu agar mampu bersaing menghadapi globalisasi.
Direktur KSP Intidana Handoko mengatakan, Sakti adalah subsistem co-branding dengan koperasi lain. Dengan menggunakan subsistem Sakti, seluruh anggota koperasi bisa mengakses IT melalui perbankan.
Sejak Sakti diluncurkan sebulan lalu, ada lima koperasi yang sudah dalam tahap migrasi, yakni KSP Artha Prima, Talenta, Gradiska, Roda Sejahtera, dan Sarana Bakti. Dari lima KSP tersebut, memiliki jumlah anggota sebanyak 5.000.
Program Sakti seluruh anggota KSP bisa menikmati semua fasilitas yang sama dengan fasilitas perbankan. Mulai dari tarik tunai yang bisa dilakukan seluruh ATM jaringan Alto.
"Secara keseluruhan yang sudah memanfaatkan Sakti saat ini selain anggota KSP Intidana sekitar 131 ribu anggota ditambah lima 5 ribu anggota dari lima koperasi yang sudah bergabung," jelasnya.
Saat ini, di Jateng sudah ada 19 koperasi yang akan bergabung dan di Jawa Timur ada sekitar 100 koperasi yang menyatakan kesiapannya untuk melakukan co-branding dengan Sakti.
Dengan bersama-sama melakukan co-branding, sambung Handoko, setiap koperasi yang bergabung tidak perlu melakukan modernisasi sistem yang bisa membutuhkan dana besar, karena sistem sudah ada pada Intidana.
"Keuntungan lain adalah biaya administrasi cuma Rp6.000, jauh lebih murah dari perbankan, di sisi lain bungnya juga 5%," kata dia.
Handoko mengatakan, Sakti merupakan salah satu cara untuk membentengi koperasi menghadapi globalisasi dan AFTA 2015. "Salah satu langkah menghadapi globalisasi adalah bergandengan tangan," katanya.
Pihaknya yakin dengan bersama-sama koperasi akan mampu menjadi penopang ekonomi di Indonesia mengingat jumlah koperasi di seluruh Indonesia cukup besar mencapai 210 ribu.
"Bayangkan saja, kalau setiap koperasi memiliki satu mesin ATM saja, berarti akan ada 210 ribu mesin ATM, padahal saat ini mesin ATM di Indonesia baru mencapai sekitar 80 ribu," tandasnya.
Melalui Sakti ini KSP Intidana mengajak seluruh koperasi di Indonesia untuk bersatu agar mampu bersaing menghadapi globalisasi.
Direktur KSP Intidana Handoko mengatakan, Sakti adalah subsistem co-branding dengan koperasi lain. Dengan menggunakan subsistem Sakti, seluruh anggota koperasi bisa mengakses IT melalui perbankan.
Sejak Sakti diluncurkan sebulan lalu, ada lima koperasi yang sudah dalam tahap migrasi, yakni KSP Artha Prima, Talenta, Gradiska, Roda Sejahtera, dan Sarana Bakti. Dari lima KSP tersebut, memiliki jumlah anggota sebanyak 5.000.
Program Sakti seluruh anggota KSP bisa menikmati semua fasilitas yang sama dengan fasilitas perbankan. Mulai dari tarik tunai yang bisa dilakukan seluruh ATM jaringan Alto.
"Secara keseluruhan yang sudah memanfaatkan Sakti saat ini selain anggota KSP Intidana sekitar 131 ribu anggota ditambah lima 5 ribu anggota dari lima koperasi yang sudah bergabung," jelasnya.
Saat ini, di Jateng sudah ada 19 koperasi yang akan bergabung dan di Jawa Timur ada sekitar 100 koperasi yang menyatakan kesiapannya untuk melakukan co-branding dengan Sakti.
Dengan bersama-sama melakukan co-branding, sambung Handoko, setiap koperasi yang bergabung tidak perlu melakukan modernisasi sistem yang bisa membutuhkan dana besar, karena sistem sudah ada pada Intidana.
"Keuntungan lain adalah biaya administrasi cuma Rp6.000, jauh lebih murah dari perbankan, di sisi lain bungnya juga 5%," kata dia.
Handoko mengatakan, Sakti merupakan salah satu cara untuk membentengi koperasi menghadapi globalisasi dan AFTA 2015. "Salah satu langkah menghadapi globalisasi adalah bergandengan tangan," katanya.
Pihaknya yakin dengan bersama-sama koperasi akan mampu menjadi penopang ekonomi di Indonesia mengingat jumlah koperasi di seluruh Indonesia cukup besar mencapai 210 ribu.
"Bayangkan saja, kalau setiap koperasi memiliki satu mesin ATM saja, berarti akan ada 210 ribu mesin ATM, padahal saat ini mesin ATM di Indonesia baru mencapai sekitar 80 ribu," tandasnya.
(izz)