Sukses dan Sejahtera Jangan Diukur dari Materi
A
A
A
JAKARTA - Salah satu peserta seleksi anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Muhammad Asdar yang juga dosen Universitas Hassanudin Makassar mengatakan, kesuksesan dan kesejahteraan seseorang jangan diukur dari materi.
"Sekarang ini ukuran kesejahteraan kita kapitalis, sejahtera menurut Pancasila bukan harta. Tapi seperti anda ini, media bekerja untuk menyampaikan info ke masyarakat. Artinya seberapa bisa kita sukses mengerjakan profesi kita. Bukan banyak mobil kita, berapa harta kita," ujarnya usai fit and proper test calon Anggota BPK RI periode 2014-2019 dengan Komisi XI di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (8/9/2014).
Menurutnya, jika nilai ini semakin berkembang, maka masyarakat akan memahami bahwa kesejahteraan seharusnya jauh dari kesan materi.
"Seperti saya, seorang dosen yang mengandalkan gaji, kalau kita mengandalkan gaji saja, kapan kita punya Kijang? Sukses kita kan bukan kijang yang kita punya, tapi berapa mahasiswa kita yang bisa mengikuti pelajaran kita," katannya.
Jadi, orang-orang tersebut akan mencari rezeki dengan cara tidak halal jika memetingkan kesejahteraan dari segi materi.
"Seperti itu seharusnya ditanya, apa karyamu, apa kerjamu. Seperti tentara misalnya, dia kan membela bangsa dan negara, taruhannya nyawa. Jadi ukuran suksesnya tentara bukan diukur dri rumah mewahnya, diukur dari seberapa besar peran dia dalam membela bangsa," pungkas Asdar.
"Sekarang ini ukuran kesejahteraan kita kapitalis, sejahtera menurut Pancasila bukan harta. Tapi seperti anda ini, media bekerja untuk menyampaikan info ke masyarakat. Artinya seberapa bisa kita sukses mengerjakan profesi kita. Bukan banyak mobil kita, berapa harta kita," ujarnya usai fit and proper test calon Anggota BPK RI periode 2014-2019 dengan Komisi XI di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (8/9/2014).
Menurutnya, jika nilai ini semakin berkembang, maka masyarakat akan memahami bahwa kesejahteraan seharusnya jauh dari kesan materi.
"Seperti saya, seorang dosen yang mengandalkan gaji, kalau kita mengandalkan gaji saja, kapan kita punya Kijang? Sukses kita kan bukan kijang yang kita punya, tapi berapa mahasiswa kita yang bisa mengikuti pelajaran kita," katannya.
Jadi, orang-orang tersebut akan mencari rezeki dengan cara tidak halal jika memetingkan kesejahteraan dari segi materi.
"Seperti itu seharusnya ditanya, apa karyamu, apa kerjamu. Seperti tentara misalnya, dia kan membela bangsa dan negara, taruhannya nyawa. Jadi ukuran suksesnya tentara bukan diukur dri rumah mewahnya, diukur dari seberapa besar peran dia dalam membela bangsa," pungkas Asdar.
(izz)