Pengusaha Terdampak Kenaikan Harga Elpiji 12 Kg
A
A
A
JAKARTA - Ajuan PT Pertamina untuk menaikkan harga gas elpiji 12 kilo gram (kg), akhirnya disetujui oleh pemerintah pada Senin (8/9) malam. Disetujuinya kenaikan harga elpiji 12 kg ini, menambah panjang rentetan kenaikan harga yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam beberapa bulan terakhir ini.
Sebagaimana diketahui, PT PLN pun sebelumnya telah menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) secara bertahap mulai tanggal 1 Jui untuk daya 1.300 VA. Hal ini menuai reaksi dari kalangan dunia usaha yang terimbas langsung oleh kenaikan-kenaikan tersebut.
Menurut Ketua BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jawa Barat Yedi Karyadi, kenaikan-kenaikan ini akan mengurangi daya saing dunia usaha khususnya usaha yang menggunakan gas elpiji 12 kg sebagai bahan bakarnya.
"Jelas para pengusaha sangat terimbas oleh kenaikan-kenaikan harga ini. Kami tidak mendukung keputusan pemerintah terkait kenaikan harga gas elpiji 12 kg ini" ujar kepada wartawan, Selasa (9/9/2014).
Seharusnya, kata dia, pemerintah mencari solusi lain ketimbang menaikkan harga gas elpiji 12 kg. Karena di tengah perekonomian seperti saat ini, kenaikan ini akan menimbulkan multiflier effect bagi masyarakat termasuk juga para pengusaha.
"Lebih baik dicarikan solusi terbaik yang lain. Jangan sampai kerugian yang dialami Pertamina malah masyarakat yang ikut terbebani," katanya.
Sektor usaha yang menggunakan gas elpiji 12 kg seperti restoran, warung dan yang lainnya akan mengakibatkan biaya operasional mereka akan bertambah. Mau tidak mau, sambungnya, akan dibebankan kepada konsumen dalam bentuk kenaikan harga jual.
"Kalau biaya operasional naik, maka otomatis harga jual produk yang dihasilkan pengusaha pun akan naik. Masyarakat pun akan makin terbebani," katanya.
Menurutnya, permasalahan sosial juga akan terjadi pasca kenaikan gas elpiji 12 kg ini. Tidak menutup kemungkinan akan terjadi pengalihan pengguna gas elpiji 12 kg ke 3 kg. Kondisi ini, diprediksi akan menimbulkan kelangkaan gas elpiji 3 kg karena harganya yang lebih murah. "Dan hal ini juga akan menyebabkan beban subsidi pemerintah akan bertambah besar," katanya.
Tidak hanya itu, kelangkaan gas elpiji 12 kg juga akan terjadi yang akan memungkinkan terjadinya gas 12 kg oplosan. "Hal ini terjadi karena disparitas harga yang semakin jauh," tegasnya.
Sementara itu, Asisten Manager Eksternal Relation Marketing Operation Region 3 Jakarta-Jawa Barat (Jabar)-Banten Pertamina Milla Suciani masih belum bisa memberikan komentar mengenai berapa besaran kenaikan elpiji 12 kg. “Kami masih menunggu keputusan dari pusat berapa besarannya,” katanya.
Sebagaimana diketahui, PT PLN pun sebelumnya telah menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) secara bertahap mulai tanggal 1 Jui untuk daya 1.300 VA. Hal ini menuai reaksi dari kalangan dunia usaha yang terimbas langsung oleh kenaikan-kenaikan tersebut.
Menurut Ketua BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jawa Barat Yedi Karyadi, kenaikan-kenaikan ini akan mengurangi daya saing dunia usaha khususnya usaha yang menggunakan gas elpiji 12 kg sebagai bahan bakarnya.
"Jelas para pengusaha sangat terimbas oleh kenaikan-kenaikan harga ini. Kami tidak mendukung keputusan pemerintah terkait kenaikan harga gas elpiji 12 kg ini" ujar kepada wartawan, Selasa (9/9/2014).
Seharusnya, kata dia, pemerintah mencari solusi lain ketimbang menaikkan harga gas elpiji 12 kg. Karena di tengah perekonomian seperti saat ini, kenaikan ini akan menimbulkan multiflier effect bagi masyarakat termasuk juga para pengusaha.
"Lebih baik dicarikan solusi terbaik yang lain. Jangan sampai kerugian yang dialami Pertamina malah masyarakat yang ikut terbebani," katanya.
Sektor usaha yang menggunakan gas elpiji 12 kg seperti restoran, warung dan yang lainnya akan mengakibatkan biaya operasional mereka akan bertambah. Mau tidak mau, sambungnya, akan dibebankan kepada konsumen dalam bentuk kenaikan harga jual.
"Kalau biaya operasional naik, maka otomatis harga jual produk yang dihasilkan pengusaha pun akan naik. Masyarakat pun akan makin terbebani," katanya.
Menurutnya, permasalahan sosial juga akan terjadi pasca kenaikan gas elpiji 12 kg ini. Tidak menutup kemungkinan akan terjadi pengalihan pengguna gas elpiji 12 kg ke 3 kg. Kondisi ini, diprediksi akan menimbulkan kelangkaan gas elpiji 3 kg karena harganya yang lebih murah. "Dan hal ini juga akan menyebabkan beban subsidi pemerintah akan bertambah besar," katanya.
Tidak hanya itu, kelangkaan gas elpiji 12 kg juga akan terjadi yang akan memungkinkan terjadinya gas 12 kg oplosan. "Hal ini terjadi karena disparitas harga yang semakin jauh," tegasnya.
Sementara itu, Asisten Manager Eksternal Relation Marketing Operation Region 3 Jakarta-Jawa Barat (Jabar)-Banten Pertamina Milla Suciani masih belum bisa memberikan komentar mengenai berapa besaran kenaikan elpiji 12 kg. “Kami masih menunggu keputusan dari pusat berapa besarannya,” katanya.
(gpr)