Adira Finance Tingkatkan Joint Financing pada 2015
A
A
A
JAKARTA - Direktur Keuangan PT Adira Dinamika MultiFinance Tbk, I Dewa Made Susila mengatakan target pendanaan joint financing (JF) pada 2015 akan meningkat.
Dia menyebutkan, pada tahun ini induk usaha perseroan, PT Bank Danamon Tbk, mengucurkan hingga Rp20 triliun. Pada semester kedua 2014 perseroan sudah menyiapkan tambahan pembiayaan dari Bank Commonwealth senilai Rp2 triliun.
"Tambahan joint financing ini kami siapkan untuk digunakan tergantung kondisi. Kemungkinan tahun depan. Sehingga porsi JF akan meningkat dari biasanya," ujar I Made.
Dia menjelaskan dari total target pembiayaan tahun ini senilai Rp49 triliun, perseroan mengandalkan pinjaman Rp23 triliun. Pinjaman berasal dari obligasi sebesar Rp11 triliun, dan sisanya dari perbankan dalam dan luar negeri. Untuk pinjaman luar negeri terdiri dari banyak bank senilai Rp5 triliun.
Selama dua tahun terakhir disebutnya porsi JF stabil di kisaran Rp18 triliun hingga Rp20 triliun dan berarti akan bertambah di tahun depan.
"Ini demi alternatif pendanaan karena bisnis kami tidak mengelola dana masyarakat. Sehingga harus mencari banyak sumber pembiayaan sebagai alternatif. Pinjaman bank dan JF hampir mirip," ujarnya.
Langkah ini didorong prediksi, bahwa tren penggunaan fasilitas kredit bersama joint financing oleh perusahaan pembiayaan (multifinance) akan terus meningkat.
Opsi ini diakui masih menjadi andalan sebagai strategi pendanaan di tengah ketatnya suku bunga perbankan.
Dia menyebutkan, pada tahun ini induk usaha perseroan, PT Bank Danamon Tbk, mengucurkan hingga Rp20 triliun. Pada semester kedua 2014 perseroan sudah menyiapkan tambahan pembiayaan dari Bank Commonwealth senilai Rp2 triliun.
"Tambahan joint financing ini kami siapkan untuk digunakan tergantung kondisi. Kemungkinan tahun depan. Sehingga porsi JF akan meningkat dari biasanya," ujar I Made.
Dia menjelaskan dari total target pembiayaan tahun ini senilai Rp49 triliun, perseroan mengandalkan pinjaman Rp23 triliun. Pinjaman berasal dari obligasi sebesar Rp11 triliun, dan sisanya dari perbankan dalam dan luar negeri. Untuk pinjaman luar negeri terdiri dari banyak bank senilai Rp5 triliun.
Selama dua tahun terakhir disebutnya porsi JF stabil di kisaran Rp18 triliun hingga Rp20 triliun dan berarti akan bertambah di tahun depan.
"Ini demi alternatif pendanaan karena bisnis kami tidak mengelola dana masyarakat. Sehingga harus mencari banyak sumber pembiayaan sebagai alternatif. Pinjaman bank dan JF hampir mirip," ujarnya.
Langkah ini didorong prediksi, bahwa tren penggunaan fasilitas kredit bersama joint financing oleh perusahaan pembiayaan (multifinance) akan terus meningkat.
Opsi ini diakui masih menjadi andalan sebagai strategi pendanaan di tengah ketatnya suku bunga perbankan.
(dmd)