Trade Balance Januari-Agustus Hilang Seperempat
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) M Lutfi mengatakan, pada kuartal IV/2014, posisi trade balance saat ini sebesar USD726. Hilang seperempat jika dibanding Januari sebesar USD920.
"Saya bilang, kita sedang menghitung ulang efeknya terhadap target ekspor Indonesia yang USD190 miliar itu. Kemungkinan tidak ada perbaikan, apalagi tidak ada trobosan bio10 CPO kita, ekspor CPO kita juga akan lebih dari USD20 miliar tahun lalu," ujarnya di Kemendag, Kamis (2/10/2014).
Jika tidak ada bio10 atau yang mengharuskan industri untuk kebutuhan solar dalam negeri itu diganti dengan kelapa sawit seperti yang sudah dimandatkan, maka tidak akan terjadi perubahan signifikan dari perubahan CPO.
"Karena, di sini kita bisa melihat dari melemahnya permintaan dunia dan juga tidak adanya sektor baru yang bisa menggenjot harga CPO," katanya.
Kemungkinan besar dalam waktu dua pekan ke depan, jika tidak ada terobosan yang baik, maka pihaknya harus me-revised down.
"Kita menghitung pada saat ini meski sudah ada perbaikan barang-barang, seperti kita lihat pertumbuhan sektor logam membaik. Tumbuhnya tinggi sekali, perkiraan hemat saya hari ini, kita akan me-revise down sekitar 5% dari USD190 miliar," jelas dia.
Untuk tahun depan, Lutfi merasa bahwa struktur dari industri Indonesia kelihatan bahwa momentum perbaikan ekspor terutama industri berteknologi tinggi sudah membaik.
"Saya mengingatkan, meskipun bukan menyalahkan, tapi pada Agustus terjadi peningkatan impor yang lebih dari USD215 juta, dibanding bulan sebelumnya. Ini sangat penting dan baik," tandasnya.
"Saya bilang, kita sedang menghitung ulang efeknya terhadap target ekspor Indonesia yang USD190 miliar itu. Kemungkinan tidak ada perbaikan, apalagi tidak ada trobosan bio10 CPO kita, ekspor CPO kita juga akan lebih dari USD20 miliar tahun lalu," ujarnya di Kemendag, Kamis (2/10/2014).
Jika tidak ada bio10 atau yang mengharuskan industri untuk kebutuhan solar dalam negeri itu diganti dengan kelapa sawit seperti yang sudah dimandatkan, maka tidak akan terjadi perubahan signifikan dari perubahan CPO.
"Karena, di sini kita bisa melihat dari melemahnya permintaan dunia dan juga tidak adanya sektor baru yang bisa menggenjot harga CPO," katanya.
Kemungkinan besar dalam waktu dua pekan ke depan, jika tidak ada terobosan yang baik, maka pihaknya harus me-revised down.
"Kita menghitung pada saat ini meski sudah ada perbaikan barang-barang, seperti kita lihat pertumbuhan sektor logam membaik. Tumbuhnya tinggi sekali, perkiraan hemat saya hari ini, kita akan me-revise down sekitar 5% dari USD190 miliar," jelas dia.
Untuk tahun depan, Lutfi merasa bahwa struktur dari industri Indonesia kelihatan bahwa momentum perbaikan ekspor terutama industri berteknologi tinggi sudah membaik.
"Saya mengingatkan, meskipun bukan menyalahkan, tapi pada Agustus terjadi peningkatan impor yang lebih dari USD215 juta, dibanding bulan sebelumnya. Ini sangat penting dan baik," tandasnya.
(izz)