BKPM: Jokowi Effect Tak Mampu Bius Investor
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar mengatakan, elektabilitas Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) tidak akan membius investor untuk langsung menanamkan modalnya di Indonesia.
Menurutnya, minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia tidak hanya dipengaruhi Jokowi effect.
"Infrastruktur ini tantanganya, bukan hanya komitmen dari investor. Tapi juga fasilitasi, komitmen kuat, kepemimpinan yang kuat terkait investasi. Itu sangat menentukan," ujarnya di Jakarta International Expo (JIExpo), Jakarta, Kamis (9/10/2014).
Dia mengatakan, investor juga akan mempertimbangkan program-program yang diusung pemerintahan Jokowi. Serta kekuatan dari pemerintah untuk menjalankan mandat dan programnya tersebut.
"Itu lebih kepada programnya, apakah kondusif dan sejalan dengan kekuatan dari faktor yang dianggap variabel penting bagi pertumbuhan Indonesia," terangnya.
Menurutnya, paling penting Jokowi harus menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia agar semakin baik, serta membuat keputusan untuk menyelesaikan problem struktural Indonesia. Salah satunya subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Kalau saya yang pertama, selesaikan dulu untuk jaga pertumbuhan Indonesia dengan penguatan fundamentalnya," kata dia.
Misalnya, kata Mahendra, dengan subsidi BBM, kaitanya dengan keberpihakan untuk mendorong infrastruktur dan menyehatkan ketenagakerjaan.
"Dengan programnya ini, investor melihat bahwa komitmen kuat menyehatkan baik dari neraca perdagangan maupun dari APBN, sinyal itu yang mau dilihat," pungkasnya.
Menurutnya, minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia tidak hanya dipengaruhi Jokowi effect.
"Infrastruktur ini tantanganya, bukan hanya komitmen dari investor. Tapi juga fasilitasi, komitmen kuat, kepemimpinan yang kuat terkait investasi. Itu sangat menentukan," ujarnya di Jakarta International Expo (JIExpo), Jakarta, Kamis (9/10/2014).
Dia mengatakan, investor juga akan mempertimbangkan program-program yang diusung pemerintahan Jokowi. Serta kekuatan dari pemerintah untuk menjalankan mandat dan programnya tersebut.
"Itu lebih kepada programnya, apakah kondusif dan sejalan dengan kekuatan dari faktor yang dianggap variabel penting bagi pertumbuhan Indonesia," terangnya.
Menurutnya, paling penting Jokowi harus menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia agar semakin baik, serta membuat keputusan untuk menyelesaikan problem struktural Indonesia. Salah satunya subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Kalau saya yang pertama, selesaikan dulu untuk jaga pertumbuhan Indonesia dengan penguatan fundamentalnya," kata dia.
Misalnya, kata Mahendra, dengan subsidi BBM, kaitanya dengan keberpihakan untuk mendorong infrastruktur dan menyehatkan ketenagakerjaan.
"Dengan programnya ini, investor melihat bahwa komitmen kuat menyehatkan baik dari neraca perdagangan maupun dari APBN, sinyal itu yang mau dilihat," pungkasnya.
(izz)