Kenaikan Tarif Tol Dua Tahun Sekali Tidak Realistis

Jum'at, 10 Oktober 2014 - 06:58 WIB
Kenaikan Tarif Tol Dua...
Kenaikan Tarif Tol Dua Tahun Sekali Tidak Realistis
A A A
JAKARTA - Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Darmaningtyas menilai kenaikan tarif tol yang ditinjau berdasarkan jangka waktu dua tahun sekali tidak realistis.

Dia memandang, jalan tol di Indonesia terutama di wilayah Jakarta bukan merupakan jalan bebas hambatan, melainkan jalan berbayar. (Baca: Tarif Tol Jakarta Cikampek Naik mulai 16 Oktober)

"Saya menilai, kenaikan tarif berdasarkan SPM dua tahun sekali itu tidak realistis. Sebab, bagaimana pun pelayanan jalan tol jika volume kendaraan di jalan tol sudah melebihi kapasitas tetap saja terjadi kemacetan. Dan, itu terjadi di Jakarta," tegasnya, Kamis (9/10/2014)

Menurut Darmaningtyas, pemerintah selama ini mengacu pada peraturan mengenai tarif tol. Padahal, idealnya jika diperketat unsur Standar Pelayanan Maksimal (SPM) tidak hanya memperhatikan masalah kualitas fisik jalan, lampu penerangan dan kualitas pagar pembatas jalan tol.

"Tol itu mau tidak mau akan naik setiap dua tahun sekali. Kalau tidak mau naik ya peraturannya dicabut. Atau dipertegas pelayanannya. Misal, pembatasan kendaraan demi mencapai waktu tempuh ideal jalan tol yang betul-betul tanpa hambatan," ujarnya.

"Selama ini unsur SPM hanya dilihat dari sisi fisik jalan, lampu jalan maupun kualitas pagas saja. Padahal, kalau mau ideal, pertegas unsur yang lain salah satunya pembatasan kendaraan," jelas Darmaningtyas.

Dia mengatakan, untuk konteks jalan tol di Indonesia khususnya di Jakarta, kepadatan atau kemacetan biasanya lebih terasa di jalan tol dibanding jalan-jalan milik negara. Hal itu menunjukkan kualitas jalan tol di Indonesia belum sepenuhnya mampu memberikan kenyamanan kepada pengguna tol.

Di sisi lain, masalah utama tingginya volume kendaraan jalan tol seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah. Sebab, menambah jumlah jalan tol tanpa diiringi kebijakan di sektor automotif, tidak akan menyelesaikan masalah.

"Mau bagaimanapun pelayanan jalan tol di jakarta, kalau pembelian mobil terus meningkat ya tetap sama saja. Jadi, percuma ada kenaikan tarif sehingga jalan tol kita disebut juga sebagai jalan berbayar, bukan idealnya jalan bebas hambatan," tandasnya.

Sebagai informasi, Tol Jakarta-Cikampek memiliki jumlah lalu lintas harian (LHR) rata-rata sekitar 400 ribu kendaraan per hari dengan perkiraan kontribusi pendapatan sekitar Rp5 miliar per hari.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0669 seconds (0.1#10.140)