Pasar Dunia masih Terbuka untuk Produk Sepatu Bandung
A
A
A
BANDUNG - Produk sepatu berbahan dasar kulit dari Bandung memiliki peminat yang luar biasa tidak hanya di dalam tetapi juga luar negeri. Hal ini terbukti dengan banyaknya negara yang mengimpor produk kulit terutama alas kaki yang berasal dari Bandung.
Tidak tanggung-tanggung, produk alas kaki yang dibuat oleh para perajin yang berdomisili di Bandung melakukan ekspor ke 27 negara yang tersebar di seluruh dunia. Terutama ke benua Amerika, Eropa, dan tentunya Asia sendiri.
"Para perajin kulit terutama yang terkonsentrasi pada produk alas kaki di Bandung melakukan ekspor ke negara-negara seperti Argentina, Belanda, Hongkong, Jerman, dan lain-lain. Dan yang terbanyak adalah ekspor ke Amerika Serikat," ujar Kepala Bidang Industri Formal pada Dinas Koperasi, UMK, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Bandung Hani Nurrosjani kepada wartawan, Selasa (14/10/2014).
Berdasarkan data tahun 2013, ekspor alas kaki dari Indonesia selama tahun tersebut nilainya mencapai sekitar US$3,86 miliar. Pemenuhan kebutuhan alas kaki dunia oleh produsen dalam negeri baru sekitar 3%.
"Nilai ekspor produk alas kaki dari Bandung sekitar US$23,488,457 selama tahun 2013. Melihat hal itu, pangsa pasar dunia masih sangat terbuka untuk dimasuki oleh produsen alas kaki dari Bandung," katanya.
Menurutnya, produk alas kaki dari Bandung memang terkonsentrasi di Cibaduyut, tetapi sebenarnya hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Sebab, banyak perajin alas kaki dari Bandung juga yang tidak melakukan produksinya di sana.
"Apalagi sekarang banyak anak muda kreatif yang menjalankan usaha online shopping yang tidak terkonsentrasi di Cibaduyut," katanya.
Terkait bahan baku, dia menerangkan, sebenarnya para perajin tidak kekurangan bahan baku. Mayoritas bahan baku untuk produk kulit di Bandung didatangkan dari Garut.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi, UMK, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Bandung Eric Mohamad A. mengakui, meskipun produk alas kaki dari Bandung sudah masuk ke pasar dunia, tetapi tidak berarti mereka tidak terkendala pemasaran.
"Dari sisi perajin, mereka masih mengeluhkan masalah market yang masih terbatas. Dari sisi buyer, karena mereka masih termasuk pelaku usaha kalangan middle-low, mereka belum mampu melakukan produksi dalam jumlah besar. Kontinuitas mereka masih perlu ditingkatkan," katanya.
Apalagi, kata dia, menjelang dibukanya pasar bebas Asean tahun 2015. Menurutnya, Indonesia jangan sampai hanya menjadi tempat tujuan invasi pasar dari negara-negara Asean lain. Tetapi juga sebaliknya, produk Indonesia harus bisa invasi ke negara-negara Asean lain.
"Untuk itulah kami mengadakan pameran Bandung Tren Kulit dan Sepatu 2014 dalam minggu ini (15-17 Oktober 2014). Kegiatan ini sebagai fasilitasi dari kami untuk melihat sejauh mana para perajin dalam menghadapi pasar bebas Asean 2015," katanya.
Dalam pameran tersebut, akan ada sekitar 70 peserta yang terdiri dari 62 peserta yang merupakan produsen kulit dan alas kaki yang dipilih langsung oleh dinas dan 8 peserta merupakan produsen kuliner pilihan. Acara sendiri akan berlangsung di Graha Manggala Siliwangi Bandung.
Tidak tanggung-tanggung, produk alas kaki yang dibuat oleh para perajin yang berdomisili di Bandung melakukan ekspor ke 27 negara yang tersebar di seluruh dunia. Terutama ke benua Amerika, Eropa, dan tentunya Asia sendiri.
"Para perajin kulit terutama yang terkonsentrasi pada produk alas kaki di Bandung melakukan ekspor ke negara-negara seperti Argentina, Belanda, Hongkong, Jerman, dan lain-lain. Dan yang terbanyak adalah ekspor ke Amerika Serikat," ujar Kepala Bidang Industri Formal pada Dinas Koperasi, UMK, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Bandung Hani Nurrosjani kepada wartawan, Selasa (14/10/2014).
Berdasarkan data tahun 2013, ekspor alas kaki dari Indonesia selama tahun tersebut nilainya mencapai sekitar US$3,86 miliar. Pemenuhan kebutuhan alas kaki dunia oleh produsen dalam negeri baru sekitar 3%.
"Nilai ekspor produk alas kaki dari Bandung sekitar US$23,488,457 selama tahun 2013. Melihat hal itu, pangsa pasar dunia masih sangat terbuka untuk dimasuki oleh produsen alas kaki dari Bandung," katanya.
Menurutnya, produk alas kaki dari Bandung memang terkonsentrasi di Cibaduyut, tetapi sebenarnya hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Sebab, banyak perajin alas kaki dari Bandung juga yang tidak melakukan produksinya di sana.
"Apalagi sekarang banyak anak muda kreatif yang menjalankan usaha online shopping yang tidak terkonsentrasi di Cibaduyut," katanya.
Terkait bahan baku, dia menerangkan, sebenarnya para perajin tidak kekurangan bahan baku. Mayoritas bahan baku untuk produk kulit di Bandung didatangkan dari Garut.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi, UMK, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Bandung Eric Mohamad A. mengakui, meskipun produk alas kaki dari Bandung sudah masuk ke pasar dunia, tetapi tidak berarti mereka tidak terkendala pemasaran.
"Dari sisi perajin, mereka masih mengeluhkan masalah market yang masih terbatas. Dari sisi buyer, karena mereka masih termasuk pelaku usaha kalangan middle-low, mereka belum mampu melakukan produksi dalam jumlah besar. Kontinuitas mereka masih perlu ditingkatkan," katanya.
Apalagi, kata dia, menjelang dibukanya pasar bebas Asean tahun 2015. Menurutnya, Indonesia jangan sampai hanya menjadi tempat tujuan invasi pasar dari negara-negara Asean lain. Tetapi juga sebaliknya, produk Indonesia harus bisa invasi ke negara-negara Asean lain.
"Untuk itulah kami mengadakan pameran Bandung Tren Kulit dan Sepatu 2014 dalam minggu ini (15-17 Oktober 2014). Kegiatan ini sebagai fasilitasi dari kami untuk melihat sejauh mana para perajin dalam menghadapi pasar bebas Asean 2015," katanya.
Dalam pameran tersebut, akan ada sekitar 70 peserta yang terdiri dari 62 peserta yang merupakan produsen kulit dan alas kaki yang dipilih langsung oleh dinas dan 8 peserta merupakan produsen kuliner pilihan. Acara sendiri akan berlangsung di Graha Manggala Siliwangi Bandung.
(gpr)