Industri Alas Kaki Berinovasi Hadapi Tantangan Pandemi

Senin, 24 Mei 2021 - 22:00 WIB
loading...
Industri Alas Kaki Berinovasi Hadapi Tantangan Pandemi
Pelaku usaha alas kaki skala kecil menengah terus melakukan inovasi untuk menghadapi hantaman pandemi Covid-19. Foto/Ist.
A A A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 memukul berbagi sektor termasuk industri alas kaki yang dikelola Usaha Kecil Menengah (UKM) . Namun demikian, pelaku usaha di sektor ini terus melakukan inovasi dengan memaksimalkan penggunaan bahan baku dalam negeri agar mampu bertahan dan tak gulung tikar.

“Pangsa pasar alas kaki khususnya sandal di Indonesia itu luas. Sementara produksi bahan di dalam negeri sudah cukup mumpuni,” jelas CEO Hippokrit Official Riyan Ferdianto di Jakarta Senin (24/5/2021). Dia mengatakan, sejak setahun sebelum pandemic terjadi, sebagai produsen alas kaki lokal, pihaknya menyasar konsumen dengan kebutuhan alas kaki yang nyaman.

(Baca Juga : Produk Alas Kaki Lokal Mengusung Kultur Budaya Diminati Milenial )

Penggunaan bahan baku karet menjadi salah satu solusi untuk menekan harga jual sehingga produk yang dihasilkan masih bisa diterima oleh pasar di dalam negeri. Dengan menggunakan bahan karet yang diklaim aman dan nyaman, Riyan menilai, konsumen tak perlu lagi mengeluarkan biaya ekstra untuk perawatan khusus.

Masih adanya kebijakan pembatasan interaksi di masyarakat membuat pelaku usaha memanfaatkan e-commerce untuk melakukan ekspansi pasar. E-commerce seperti Shopee, Zalora, dan Tokopedia masih menjadi andalan para pelaku usaha untuk memasarkan produknya.

(Baca Juga : Industri Alas Kaki Kecil-Menengah Hancur-hancuran Digebuk Pandemi )

Pada skala besar, industri alas kaki merupakan industri prioritas yang akan dikembangkan mengingat peranannya sebagai penyumbang ekspor dan penyerap tenaga kerja. Industri alas kaki, pada 2019 mencatatkan nilai ekspor 2019 USD4,41 miliar, dan pada 2020 mencapai USD4,8 miliar. Industri ini menyerap lebih dari 790 ribu tenaga kerja. Kendala yang masih dihadapi industri ini yakni bahan baku yang hampir 60% masih harus impor.
(dar)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2193 seconds (0.1#10.140)