Daerah Terpencil Masih Jadi Tantangan BI

Kamis, 23 Oktober 2014 - 15:57 WIB
Daerah Terpencil Masih Jadi Tantangan BI
Daerah Terpencil Masih Jadi Tantangan BI
A A A
BATAM - Daerah terpencil di wilayah Kepulauan Indonesia yang dibatasi laut masih menjadi tantangan Bank Indonesia (BI) untuk menyebarkan peredaran uang rupiah.

Kepala Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI) Lambok Antonius Siahaan menjelaskan, banyaknya pulau di Indonesia khususnya Kepri membuat peredaran uang untuk mencapai wilayah tertentu tidak dapat terjangkau dengan alat angkut reguler.

Sementara, BI juga harus memastikan setiap kantor perwakilan BI menyediakan uang dengan jumlah yang cukup dan dalam kondisi bagus.

Selain itu, BI juga berencana membuka kantor perwakilan di Papua Barat dan Bangka Belitung tahun ini. Pada tahun depan akan dibuka di Kalimantan Utara dan Sulawesi Barat.

"Kami harus terus mempunyai terobosan. Selama ini kami juga sudah bekerja sama dengan AL, Polair untuk mencapai wilayah yang banyak pulau seperti Kepulauan Seribu dan Kepri. Terutama di daerah yang tidak semua dapat dilayani oleh ATM," katanya di Batam, Kamis (23/10/2014).

Selama ini, BI menggunakkan upaya kas keliling untuk menjangkau masyarakat yang dibatasi laut untuk mendapatkan pelayanan kas. Kas keliling selalu disiapkan khususnya untuk mengantisipasi permintaan uang saat momentum Lebaran hingga tahun baru.

Lambot menyadari jumlah uang yang diedarkan saat ini dalam jumlah yang sangat besar. Sehingga perlu dipastikan peredarannya termasuk kondisinya. BI mencatat jumlah yang diedarkan saat ini sekitar Rp470 triliun hingga Rp480 triliun.

BI juga mencatat pertumbuhan transaksi uang tunai mencapai 15% per tahun lebih tinggi dari pertumbuhan jumlah penduduk. Adapun transaksi tunai mencapai 99% dari transaksi.

"Kami menyadari uang yang beredar dalam jumlah yang sangat besar. Makanya upaya kantor perwakilan BI di daerah sangat penting untuk mengedarkan uang ke wilayah yang tidak terjangkau," terang dia.

Kepala Kantor BI Kepri Gusti Raizal Eka Putra mengungkapkan peredaran uang ke wilayah terjauh seperti Anambas dan Lingga masih menjadi tantangan, termasuk menyampaikan sosialisasi penggunaan mata uang rupiah.

"Di Kepri memang menjadi tantangan buat kami karena 96% laut dan 4% darat. Tantangannya kami harus melakukan distribusi ke Natuna, Pulau Subi, Anambas dan Lingga," jelasnya.

Dia mengatakan, selama ini salah satu upaya BI Kepri yakni dengan bekerja sama dengan perbankan untuk membuka kas titipan. Tahun ini kas keliling oleh Bank Mandiri yang dibuka di Tanjung Pinang dinilai sangat efektif mempermudah peredaran uang sekaligus meningkatkan kualitas uang layak edar di kawasan ini.

Kas titipan itu, lanjut Gusti, cukup membantu kalangan perbankan sehingga tidak perlu lagi melintasi laut untuk ke Batam.

"Tantangan lain adalah peredaran uang kecil. Contohnya saja pengembalian di supermarket di Tanjungpinang masih menggunakkan permen," kata dia.

Selain kas titipan, BI juga berupaya dengan melakukan kas keliling ke pulau-pulau. Dalam kesempatan terakhir, lanjut Gusti, BI membawa kas keliling ke Kepulauan Anambas sekaligus mensosialisasikan edukasi uang dan penggunaan rupiah.

"Tapi kami tidak bisa bekerja sendiri. Kami harus kerja sama dengan perbankan dan BPR untuk melakukan distribusi uang ini," kata dia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7036 seconds (0.1#10.140)