Kadin Tagih Janji Aher soal Pengembangan MICE
A
A
A
BANDUNG - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menagih janji Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) untuk mengembangkan bisnis MICE (meeting, insentif convention, and exibhition) di wilayahnya.
Padahal, Jabar sudah dicanangkan untuk menjadi tujuan wisata MICE. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Industri Kreatif dan MICE Budiarto Linggowiyono mengatakan, pencanangan ini hanya sebatas rencana program.
Karena, Jabar belum memiliki gedung representatif yang memenuhi standar MICE internasional.
"Pada pameran produk kreasi Jabar beberapa tahun silam Pak Gubernur Ahmad Heryawan berjanji akan membangun gedung representatif untuk mengembangkan bisnis MICE," ujarnya di Graha Manggala Siliwangi, Bandung, Kamis (23/10/2014).
Dia mengatakan, pada 2015 merupakan momen tepat untuk merealisasikan hal tersebut. Sebab, pada tahun tersebut merupakan hajatan besar Bandung, umumnya Jabar.
"Jika melihat sejarah MICE, Bandung merupakan kota pertama di Indonesaia yang bisa menyelenggarakan event berskala internasional. Yaitu konferensi Asia Afrika 1955. Tahun depan merupakan 60 tahun penyelenggaraan even bersejarah tersebut," tuturnya.
Jabar harus melihat perbandingannya dengan daerah lain seperti Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, dan Malang yang sudah memiliki venue representatif untuk mengembangkan bisnis MICE.
"Jabar harus membuat terobosan agar menarik minat pengusaha untuk masuk dalam bisnis ini. Karena sektor ini merupakan bisnis idealis. Pemerintah harus memberikan kemudahan izin. Dan pengembangnya patut diberi penghargaan," katanya.
Adanya gedung representatif MICE berskala internasional, sektor lainnya akan terbantu tumbuh. Terutama sektor penerbangan, hotel/penginapan, dan kuliner.
Dahulu ada pameran Bandung Tekstil yang menarik devisa cukup besar. Tapi kini tidak ada lagi karena belum ada gedung representatif untuk promote.
"Padahal tidak harus luas, cukup 10.000 m2 namun memenuhi kaidah internasional seperti ada tempat keluar masuk barang representatif, kenyamanan pameran berlangsung, dan fasilitas berstandar internasional," papar Budiarto.
Ketua Asosiasi Kongres dan Konvesi Indonesia (Akkindo/INCCA) Jabar Deni Drimawan mengatakan, dari berbagai persyaratan yang ada untuk melakukan MICE internasional, Jabar relatif sudah memilikinya.
"Bandung sudah punya infrastruktur relatif lengkap seperti jumlah kamar hotel, jumlah PEO (profesional event organizer), PCO (proffesional convention organizer), sampai akses pelabuhan udara," terangnya.
Meskipun ada rencana pembangunan gedung konvensi internasional Jabar di kawasan depan Gedung Sate Bandung, dia meragukan bisa digunakan untuk acara kegiatan MICE berskala internasional.
"Tempatnya akan sulit diakses oleh kendaraan seukuran truk trailer untuk pengangkutan barang. Misalkan jika akan mengadakan pameran automotif atau mesin tekstil berskala internasioanal. Saya sangsi truk trailer bisa bolak balik ke kawasan itu," katanya.
Padahal, Jabar sudah dicanangkan untuk menjadi tujuan wisata MICE. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Industri Kreatif dan MICE Budiarto Linggowiyono mengatakan, pencanangan ini hanya sebatas rencana program.
Karena, Jabar belum memiliki gedung representatif yang memenuhi standar MICE internasional.
"Pada pameran produk kreasi Jabar beberapa tahun silam Pak Gubernur Ahmad Heryawan berjanji akan membangun gedung representatif untuk mengembangkan bisnis MICE," ujarnya di Graha Manggala Siliwangi, Bandung, Kamis (23/10/2014).
Dia mengatakan, pada 2015 merupakan momen tepat untuk merealisasikan hal tersebut. Sebab, pada tahun tersebut merupakan hajatan besar Bandung, umumnya Jabar.
"Jika melihat sejarah MICE, Bandung merupakan kota pertama di Indonesaia yang bisa menyelenggarakan event berskala internasional. Yaitu konferensi Asia Afrika 1955. Tahun depan merupakan 60 tahun penyelenggaraan even bersejarah tersebut," tuturnya.
Jabar harus melihat perbandingannya dengan daerah lain seperti Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, dan Malang yang sudah memiliki venue representatif untuk mengembangkan bisnis MICE.
"Jabar harus membuat terobosan agar menarik minat pengusaha untuk masuk dalam bisnis ini. Karena sektor ini merupakan bisnis idealis. Pemerintah harus memberikan kemudahan izin. Dan pengembangnya patut diberi penghargaan," katanya.
Adanya gedung representatif MICE berskala internasional, sektor lainnya akan terbantu tumbuh. Terutama sektor penerbangan, hotel/penginapan, dan kuliner.
Dahulu ada pameran Bandung Tekstil yang menarik devisa cukup besar. Tapi kini tidak ada lagi karena belum ada gedung representatif untuk promote.
"Padahal tidak harus luas, cukup 10.000 m2 namun memenuhi kaidah internasional seperti ada tempat keluar masuk barang representatif, kenyamanan pameran berlangsung, dan fasilitas berstandar internasional," papar Budiarto.
Ketua Asosiasi Kongres dan Konvesi Indonesia (Akkindo/INCCA) Jabar Deni Drimawan mengatakan, dari berbagai persyaratan yang ada untuk melakukan MICE internasional, Jabar relatif sudah memilikinya.
"Bandung sudah punya infrastruktur relatif lengkap seperti jumlah kamar hotel, jumlah PEO (profesional event organizer), PCO (proffesional convention organizer), sampai akses pelabuhan udara," terangnya.
Meskipun ada rencana pembangunan gedung konvensi internasional Jabar di kawasan depan Gedung Sate Bandung, dia meragukan bisa digunakan untuk acara kegiatan MICE berskala internasional.
"Tempatnya akan sulit diakses oleh kendaraan seukuran truk trailer untuk pengangkutan barang. Misalkan jika akan mengadakan pameran automotif atau mesin tekstil berskala internasioanal. Saya sangsi truk trailer bisa bolak balik ke kawasan itu," katanya.
(izz)