BTN Siap Luncurkan Housing Index

Senin, 27 Oktober 2014 - 14:33 WIB
BTN Siap Luncurkan Housing Index
BTN Siap Luncurkan Housing Index
A A A
JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) akan meluncurkan acuan harga properti di Indonesia yang diberi nama BTN Housing Index. Diharapkan peluncuran BTN Housing Index bisa meminalisir gejolak harga properti yang sering terjadi.

"Kita harapkan setelah BTN Housing Finance Center (HFC) diluncurkan. BTN Housing Index yang ada di dalamnya bisa segera diimplementasikan tahun ini. Saya yakin ini bisa berguna bagi masyarakat, pengembang dan pemerintah dalam upaya mengembangkan sektor perumahan,"ujar Direktur Utama BTN Maryono di Jakarta, akhir pekan lalu.

Maryono mengatakan, tujuan penyusunan BTN Housing Index di antaranya untuk memantapkan posisi BTN sebagai bank fokus pada sektor properti, untuk memperkaya industri properti dengan tambahan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan sebagai salah satu indikator pertumbuhan ekonomi."Namun pada tahap awal BTN Housing Index hanya pada rumah tapak tipe 70 meter persegi ke bawah. Sedangkan untuk rumah subsidi tidak dimasukkan dalam indeks karena harganya sudah ditentukan pemerintah," papar Maryono.

Kepala Devisi Strategy & Planning BTN Sasmaya Tuhulele memaparkan, pada BTN Housing Index di kuartal III/2014 Daerah IstimewaYogyakartamenjadipenyumbang pertumbuhan indeks terbesar mencapai 15,11% dari 105,38 pada kuartal II/2014 menjadi 121,3 pada kuartal III/2014. Sedangkan Nusa Tenggara Timur indeks malah mengalami penurunan terbesar sebesar 19,02% dari 132,31 pada kuartal II/2014 menjadi 107,15 di kuartal III/2014.

Sementara untuk harga jual properti, untuk tipe 70 meter persegi ke bawah secara nasional pada kuartal III/2014 mencapai Rp227,3 juta atau naik 4,4% dari Rp217,6 juta pada kuartal II/2014. Sedangkan untuk DKI Jakarta, dengan tipe tersebut harga jualnya mencapai Rp520,8 juta di akhir September 2014 atau naik 18% dari Rp441,5 juta pada periode Juni 2014.

Holding Perbankan

Di sisi lain, Maryono menegaskan, keinginan segelintir pihak yang ingin Indonesia memiliki bank besar bisa direalisasikan dengan pembentukan holding perbankan. "Jadi kalau mau punya bank besar, bikin saja holding perbankan dimana di bawahnya ada BTN, BNI, Mandiri dan BRI. Jadi tidak perlu digabungkan. Dengan begitu maka kita akan punya BUMN bank yang besar," tandas Maryono.

Menurut Maryono, jika holding perbankan tersebut direalisasikan maka Indonesia akan mempunyai perusahaan investasi sekelas Temasek milik Singapura atau Khazanah milik Malaysia. Bahkan, bukan tidak mungkin holding perbankan tersebut akan membeli bank di luar negeri.

Senada dengan Maryono, pengamat ekonomi dari Universitas Atma Jaya A Prasetyantoko mengungkapkan, untuk mempunyai bank besar perlu melakukan penggabungan. Saat ini bank BUMN yang sudah ada telah mampu menjalani tugasnya dengan baik.

"Holding saya kira merupakan pilihan terbaik. Tinggal menajamkan fokus bank yang ada di bawahnya,"tegas Prasetyantoko.

Dia memaparkan, agar lebih fokus maka bank BUMN di bawah holding tersebut harus diberikan tugas untuk menggarap sektor khusus sehingga tidak tumpang tindih. Seperti BTN yang fokus pada bisnis perumahan, BNI fokus pada sektor infrastruktur, BRI dikhususkan pada sektor UMKM, pertanian dan nelayan, sedangkan Bank Mandiri difokuskan untuk menggarap korporasi.

Rakhmat baihaqi
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4771 seconds (0.1#10.140)