Industri Baja Dunia Masih Kelebihan Pasokan
A
A
A
JAKARTA - Industri baja global sepanjang 2014 masih diwarnai kondisi kelebihan pasokan (oversupply) seiring masih lambatnya pertumbuhan ekonomi dunia dan China.
Kondisi ini membuat banyak produsen, terutama dari China, menjual jauh lebih murah produk bajanya ke berbagai negara yang konsumsi baja domestiknya masih bagus. Direktur Eksekutif Indonesia Iron & Steel Industry Association (IISIA) Hidajat Triseputro mengatakan, hingga kuartal III/2014 industri baja dunia masih mengalami overcapacity. Kondisi ini dipastikan masih berlanjut hingga akhir tahun ini mengingat siklus perekonomian biasanya menjelang tutup tahun mulai mengurangi aktivitas guna menyambut suasana liburan dan musim dingin.
“Kondisi overcapacity masih terjadi di industri baja global,” kata dia dalam keterangan tertulisnya kemarin. Michael Elliot, global mining and metals leader Ernst & Young Australia, menambahkan, ekses kapasitas produksi masih menjadi ancaman bagi sektor baja dunia. Meski kapasitas beberapa pabrik diperkirakan tidak beroperasi, beberapa produsen baja masih mengumumkan rencana penambahan kapasitas pabriknya hingga 2020.
Guna mengatasi oversupply dari penambahan kapasitas dari investasi baru tersebut, Elliot memprakirakan sekitar 300 juta ton kapasitas pabrik harus ditutup agar margin industri baja bisa mencapai level sustainable dan meningkatkan utilisasi kapasitas secara global. Sementara itu, Chief Executive Officer Mechel Rusia, salah satu produsen baja terbesar di dunia, Oleg Korzhov, mengatakan, pihaknya melakukan tiga langkah guna mengatasi kondisi sulit dan kelebihan kapasitas (overcapacity ) baja dunia saat ini. Pertama, menghentikan fasilitas produksi yang tidak efisien.
Kedua, fokus terhadap aktivitas investasi produk-produk yang paling efisien yakni coking coal dan produk-produk yang memberikan keuntungan tinggi maupun baja bernilai tambah tinggi. Ketiga, mereorganisasikan ulang sistem pemasaran untuk mendapatkan akses langsung ke pembeli akhir dengan mengembangkan jaringan pemasaran sehingga tidak harus membagi keuntungan ke pedagang.
Hermansah
Kondisi ini membuat banyak produsen, terutama dari China, menjual jauh lebih murah produk bajanya ke berbagai negara yang konsumsi baja domestiknya masih bagus. Direktur Eksekutif Indonesia Iron & Steel Industry Association (IISIA) Hidajat Triseputro mengatakan, hingga kuartal III/2014 industri baja dunia masih mengalami overcapacity. Kondisi ini dipastikan masih berlanjut hingga akhir tahun ini mengingat siklus perekonomian biasanya menjelang tutup tahun mulai mengurangi aktivitas guna menyambut suasana liburan dan musim dingin.
“Kondisi overcapacity masih terjadi di industri baja global,” kata dia dalam keterangan tertulisnya kemarin. Michael Elliot, global mining and metals leader Ernst & Young Australia, menambahkan, ekses kapasitas produksi masih menjadi ancaman bagi sektor baja dunia. Meski kapasitas beberapa pabrik diperkirakan tidak beroperasi, beberapa produsen baja masih mengumumkan rencana penambahan kapasitas pabriknya hingga 2020.
Guna mengatasi oversupply dari penambahan kapasitas dari investasi baru tersebut, Elliot memprakirakan sekitar 300 juta ton kapasitas pabrik harus ditutup agar margin industri baja bisa mencapai level sustainable dan meningkatkan utilisasi kapasitas secara global. Sementara itu, Chief Executive Officer Mechel Rusia, salah satu produsen baja terbesar di dunia, Oleg Korzhov, mengatakan, pihaknya melakukan tiga langkah guna mengatasi kondisi sulit dan kelebihan kapasitas (overcapacity ) baja dunia saat ini. Pertama, menghentikan fasilitas produksi yang tidak efisien.
Kedua, fokus terhadap aktivitas investasi produk-produk yang paling efisien yakni coking coal dan produk-produk yang memberikan keuntungan tinggi maupun baja bernilai tambah tinggi. Ketiga, mereorganisasikan ulang sistem pemasaran untuk mendapatkan akses langsung ke pembeli akhir dengan mengembangkan jaringan pemasaran sehingga tidak harus membagi keuntungan ke pedagang.
Hermansah
(ars)