Sudirman Pastikan Jokowi Naikkan Harga BBM
A
A
A
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said memastikan, bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) bakal menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Sayangnya, dia tidak menyebutkan kapan harga BBM ini akan naik. Namun, dia beralasan bahwa diambilnya kebijakan tersebut untuk mengeluarkan masyarakat Indonesia dari jeratan zona nyaman.
"Perlu disadari oleh kita. Kita ini sering menghindari pekerjaan sulit tapi penting untuk rakyat. Nah, Pak Jokowi ini akan melakukan pekerjaan ini sulit, karena beliau yakin ini penting buat rakyat," ucapnya dalam diskusi di Pisa Cafe, Jakarta, Sabtu (1/10/2014).
Sudirman menyebutkan, selama ini masyarakat Indonesia terlalu lama terjebak dalam keadaan nyaman yang sebetulnya malah berbahaya bagi kelangsungan ekonomi Indonesia yang berdaulat dan ingin hidup mandiri.
"Hal ini yang terjadi selama ini, dan faktanya kita terjebak dalam kondisi nyaman dan hanya melakukan hal yang gampang," tuturnya.
Masyarakat saat ini seolah terbuai dengan harga BBM yang murah. Sehingga mereka berperilaku boros terhadap penggunaan BBM.
Konsumsi BBM semakin boros, sementara produksi nasional sangat rendah. Tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi tersebut membuat impor energi menjadi hal yang sulit dihindarkan.
"Yang membuat Indonesia bergantung pada tenaga impor adalah sikap-sikap yang manja, tidak mau sulit, tidak mau repot. Nyaman saja dengan kondisi yang ada saat ini," ujar dia.
Infrastruktur dalam negeri saat ini tidak memadai, jadi mengakibatkan rendahnya produksi BBM nasional. Hal ini bisa terjadi lantaran tak ada pembangunan infrastruktur baru dalam jangka waktu yang sangat lama.
Kilang minyak yang dimiliki Indonesia paling baru buatan 1980, selebihnya buatan 1960 dan 1940. Sehingga, hanya bisa menghasilkan produk bernilai tambah rendah.
"Untuk kualitas tinggi itu harus impor sana sini. Tangki-tangki penyimpanan kita hanya mampu menyimpan cadangan 18 hari dan itupun turun terus. Kalau begitu, bagaimana caranya kita mau berdaulat dalam energi," pungkasnya.
Sayangnya, dia tidak menyebutkan kapan harga BBM ini akan naik. Namun, dia beralasan bahwa diambilnya kebijakan tersebut untuk mengeluarkan masyarakat Indonesia dari jeratan zona nyaman.
"Perlu disadari oleh kita. Kita ini sering menghindari pekerjaan sulit tapi penting untuk rakyat. Nah, Pak Jokowi ini akan melakukan pekerjaan ini sulit, karena beliau yakin ini penting buat rakyat," ucapnya dalam diskusi di Pisa Cafe, Jakarta, Sabtu (1/10/2014).
Sudirman menyebutkan, selama ini masyarakat Indonesia terlalu lama terjebak dalam keadaan nyaman yang sebetulnya malah berbahaya bagi kelangsungan ekonomi Indonesia yang berdaulat dan ingin hidup mandiri.
"Hal ini yang terjadi selama ini, dan faktanya kita terjebak dalam kondisi nyaman dan hanya melakukan hal yang gampang," tuturnya.
Masyarakat saat ini seolah terbuai dengan harga BBM yang murah. Sehingga mereka berperilaku boros terhadap penggunaan BBM.
Konsumsi BBM semakin boros, sementara produksi nasional sangat rendah. Tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi tersebut membuat impor energi menjadi hal yang sulit dihindarkan.
"Yang membuat Indonesia bergantung pada tenaga impor adalah sikap-sikap yang manja, tidak mau sulit, tidak mau repot. Nyaman saja dengan kondisi yang ada saat ini," ujar dia.
Infrastruktur dalam negeri saat ini tidak memadai, jadi mengakibatkan rendahnya produksi BBM nasional. Hal ini bisa terjadi lantaran tak ada pembangunan infrastruktur baru dalam jangka waktu yang sangat lama.
Kilang minyak yang dimiliki Indonesia paling baru buatan 1980, selebihnya buatan 1960 dan 1940. Sehingga, hanya bisa menghasilkan produk bernilai tambah rendah.
"Untuk kualitas tinggi itu harus impor sana sini. Tangki-tangki penyimpanan kita hanya mampu menyimpan cadangan 18 hari dan itupun turun terus. Kalau begitu, bagaimana caranya kita mau berdaulat dalam energi," pungkasnya.
(izz)