Pertumbuhan Manufaktur China Melemah
A
A
A
BEIJING - Pertumbuhan manufaktur China melemah pada Oktober, saat ekonomi di negara itu berada di level terlemah dalam lima tahun.
“Indeks manajer pembelian (purchasing managers index/PMI) resmi China sebesar 50,8 pada bulan lalu,” ungkap pernyataan Biro Statistik Nasional (NBS), dikutip kantor berita AFP. Data itu lebih lemah dibandingkan 51,1 pada September dan dibandingkan data awal 50,4 dalam survei privat yang dirilis bank Inggris, HSBC, pada 23 Oktober lalu. PMI melacak aktivitas di pabrik-pabrik dan workshop China dan dilihat sebagai indikator kesehatan ekonomi.
Nilai di atas 50 menunjukkan pertumbuhan, dan di bawah itu menunjukkan penyusutan. HSBC akan merilis data PMI akhir untuk Oktober hari ini. Ekonom ANZ Bank Liu Li- Gang dan Zhou Hao menjelaskan, data itu menunjukkan bank sentral China akan terus menerapkan standing lending facility, alat untuk mengelola likuiditas jangka pendek. “Data resmi PMI yang lebih lemah dibandingkan proyeksi menunjukkan, meredanya bias pelonggaran kebijakan moneter akan dipertahankan,” ujarnya.
Ekonomi China tumbuh 7,3% pada kuartal III/2014, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 7,5% pada kuartal sebelumnya dan level terlemah sejak krisis keuangan global 2008–2009. Target pertumbuhan ekonomi China sekitar 7,5%, sama dengan tahun lalu. Meski demikian, Perdana Menteri (PM) China Li Keqiang secara terbuka menyatakan, pertumbuhan yang sedikit lebih rendah dari target itu dapat ditoleransi sepanjang pasar tenaga kerja tetap baik.
Pemerintah China sejak April lalu menggunakan berbagai kebijakan terbatas untuk mendorong pertumbuhan, termasuk pengurangan dana simpanan perbankan yang harus disetor ke bank sentral, dan penyuntikan USD81,1 miliar di lima bank terbesar untuk dipinjamkan kembali. Melemahnya sektor properti China juga membebani pertumbuhan. Ekonom mengkhawatirkan, melemahnya sektor properti akan berdampak pada perekonomian di negara penggerak pertumbuhan regional dan global itu.
Sementara, Wali Kota Shanghai Yang Xiong berjanji mempercepat pembangunan zona perdagangan bebas (free trade zone/FTZ) pertama di China, setahun setelah dibuka. FTZ dibangun di pusat perdagangan Shanghai pada September lalu, dengan janji reformasi keuangan, termasuk konvertibilitas mata uang yuan dan suku bunga mengambang, yang hingga kini belum diterapkan. Yang Xiong menyatakan, pemerintah akan membuat yuan dapat dipertukarkan secara bebas, tapi tidak memberi jangka waktu yang pasti.
“Kami akan secara bertahap menetapkan kerangka kerja regulator dan institusi untuk memungkinkan pertukaran yuan sehingga sektor keuangan dapat secara nyata melayani ekonomi riil,” ujarnya kemarin. China masih mengontrol ketat mata uangnya karena khawatir dengan aliran dana masuk dan keluar yang tak dapat diprediksi yang mampu mengganggu perekonomian dan mengurangi kontrol pemerintah.
Yang menjelaskan, pemerintah juga akan mengubah “daftar negatif” tentang apa yang dilarang di FTZ pada 2015, setelah muncul kritik bahwa dua daftar sebelumnya terlalu panjang.
Syarifudin
“Indeks manajer pembelian (purchasing managers index/PMI) resmi China sebesar 50,8 pada bulan lalu,” ungkap pernyataan Biro Statistik Nasional (NBS), dikutip kantor berita AFP. Data itu lebih lemah dibandingkan 51,1 pada September dan dibandingkan data awal 50,4 dalam survei privat yang dirilis bank Inggris, HSBC, pada 23 Oktober lalu. PMI melacak aktivitas di pabrik-pabrik dan workshop China dan dilihat sebagai indikator kesehatan ekonomi.
Nilai di atas 50 menunjukkan pertumbuhan, dan di bawah itu menunjukkan penyusutan. HSBC akan merilis data PMI akhir untuk Oktober hari ini. Ekonom ANZ Bank Liu Li- Gang dan Zhou Hao menjelaskan, data itu menunjukkan bank sentral China akan terus menerapkan standing lending facility, alat untuk mengelola likuiditas jangka pendek. “Data resmi PMI yang lebih lemah dibandingkan proyeksi menunjukkan, meredanya bias pelonggaran kebijakan moneter akan dipertahankan,” ujarnya.
Ekonomi China tumbuh 7,3% pada kuartal III/2014, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 7,5% pada kuartal sebelumnya dan level terlemah sejak krisis keuangan global 2008–2009. Target pertumbuhan ekonomi China sekitar 7,5%, sama dengan tahun lalu. Meski demikian, Perdana Menteri (PM) China Li Keqiang secara terbuka menyatakan, pertumbuhan yang sedikit lebih rendah dari target itu dapat ditoleransi sepanjang pasar tenaga kerja tetap baik.
Pemerintah China sejak April lalu menggunakan berbagai kebijakan terbatas untuk mendorong pertumbuhan, termasuk pengurangan dana simpanan perbankan yang harus disetor ke bank sentral, dan penyuntikan USD81,1 miliar di lima bank terbesar untuk dipinjamkan kembali. Melemahnya sektor properti China juga membebani pertumbuhan. Ekonom mengkhawatirkan, melemahnya sektor properti akan berdampak pada perekonomian di negara penggerak pertumbuhan regional dan global itu.
Sementara, Wali Kota Shanghai Yang Xiong berjanji mempercepat pembangunan zona perdagangan bebas (free trade zone/FTZ) pertama di China, setahun setelah dibuka. FTZ dibangun di pusat perdagangan Shanghai pada September lalu, dengan janji reformasi keuangan, termasuk konvertibilitas mata uang yuan dan suku bunga mengambang, yang hingga kini belum diterapkan. Yang Xiong menyatakan, pemerintah akan membuat yuan dapat dipertukarkan secara bebas, tapi tidak memberi jangka waktu yang pasti.
“Kami akan secara bertahap menetapkan kerangka kerja regulator dan institusi untuk memungkinkan pertukaran yuan sehingga sektor keuangan dapat secara nyata melayani ekonomi riil,” ujarnya kemarin. China masih mengontrol ketat mata uangnya karena khawatir dengan aliran dana masuk dan keluar yang tak dapat diprediksi yang mampu mengganggu perekonomian dan mengurangi kontrol pemerintah.
Yang menjelaskan, pemerintah juga akan mengubah “daftar negatif” tentang apa yang dilarang di FTZ pada 2015, setelah muncul kritik bahwa dua daftar sebelumnya terlalu panjang.
Syarifudin
(ars)