Kenaikan Harga Cabai Picu Kenaikan Inflasi di Jateng
A
A
A
SEMARANG - Salah satu komoditi yang mendongkrak terjadinya inflasi di Jawa Tengah (Jateng) adalah kenaikan cabe merah selama bulan Oktober melonjak cukup tajam.
Berdasarkan hasil pemantauan BPS Provinsi Jawa Tengah, pada bulan Oktober 2014 terjadi inflasi 0,52% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,43 lebih tinggi dibandingkan bulan September 2014 yang mengalami inflasi sebesar 0,22%.
Berdasarkan pantuan, dari rata–rata Rp14.583 per kilogram pada bulan September, menjadi Rp28.941 pada bulan oktober. Sementara untuk cabe rawit naik dari Rp12.366 per kilogram pada bulan September, naik menjadi Rp22.058 per kilogram pada bulan oktober.
Menurut salah satu pedagang cabai di Pasar Johar Semarang, Mujio,33, warga Purwodinatan mengaku, kenaikan harga cabai sudah terjadi sejak beberapa pekan lalu. “Pasokannya yang kurang jadi harganya naik,” katanya, Senin (3/11/2014).
Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng, Jam Jam Zamachsyari mengatakan, kenaikan harga cabai ini karena produksi cabai mengalami penurunan, akibat kemarau panjang.
”Sejumlah sentra cabai di Jawa Tengah mengalami penurunan produksi akibat cuaca ekstrim, sehingga pasokan cabai ke pasaran menjadi berkurang,” ujarnya.
Dijelaskannya, melonjaknya inflasi di Jawa Tengah selain karena kenaikan harga cabai juga disebabkan oleh kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, dan kelompok makanan.
Namun demikian, sambungnya ada beberapa komoditi yang mampu menekan inflasi sehingga inflasi tidak semakin tinggi, yakni daging ayam ras, telur ayam ras, kangkung, udang basah, pir, petai, kelapa, kacang panjang, ketimun, kentang, jambu batu, wortel.
Dari enam kota SBH, semua kota mengalami inflasi. Kota SBH yang mengalami inflasi tertinggi adalah Kota Tegal sebesar 0,95% diikuti Kota Semarang sebesar 0,55%, Kota Surakarta sebesar 0,46%, Kota Kudus sebesar 0,43%, Kota Purwokerto sebesar 0,41% dan terendah Kota Cilacap sebesar 0,19%.
“Rata-rata kenaikan inflasi di semua daerah disebabkan kenaikan harga cabai,” ucapnya.
Berdasarkan hasil pemantauan BPS Provinsi Jawa Tengah, pada bulan Oktober 2014 terjadi inflasi 0,52% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,43 lebih tinggi dibandingkan bulan September 2014 yang mengalami inflasi sebesar 0,22%.
Berdasarkan pantuan, dari rata–rata Rp14.583 per kilogram pada bulan September, menjadi Rp28.941 pada bulan oktober. Sementara untuk cabe rawit naik dari Rp12.366 per kilogram pada bulan September, naik menjadi Rp22.058 per kilogram pada bulan oktober.
Menurut salah satu pedagang cabai di Pasar Johar Semarang, Mujio,33, warga Purwodinatan mengaku, kenaikan harga cabai sudah terjadi sejak beberapa pekan lalu. “Pasokannya yang kurang jadi harganya naik,” katanya, Senin (3/11/2014).
Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng, Jam Jam Zamachsyari mengatakan, kenaikan harga cabai ini karena produksi cabai mengalami penurunan, akibat kemarau panjang.
”Sejumlah sentra cabai di Jawa Tengah mengalami penurunan produksi akibat cuaca ekstrim, sehingga pasokan cabai ke pasaran menjadi berkurang,” ujarnya.
Dijelaskannya, melonjaknya inflasi di Jawa Tengah selain karena kenaikan harga cabai juga disebabkan oleh kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, dan kelompok makanan.
Namun demikian, sambungnya ada beberapa komoditi yang mampu menekan inflasi sehingga inflasi tidak semakin tinggi, yakni daging ayam ras, telur ayam ras, kangkung, udang basah, pir, petai, kelapa, kacang panjang, ketimun, kentang, jambu batu, wortel.
Dari enam kota SBH, semua kota mengalami inflasi. Kota SBH yang mengalami inflasi tertinggi adalah Kota Tegal sebesar 0,95% diikuti Kota Semarang sebesar 0,55%, Kota Surakarta sebesar 0,46%, Kota Kudus sebesar 0,43%, Kota Purwokerto sebesar 0,41% dan terendah Kota Cilacap sebesar 0,19%.
“Rata-rata kenaikan inflasi di semua daerah disebabkan kenaikan harga cabai,” ucapnya.
(gpr)