Sistem Syariah Lebih Tahan Goncangan Ekonomi
A
A
A
SURABAYA - Sistem ekonomi syariah menjadi tren di kalangan bank-bank Indonesia. Sebab, sistem ekonomi secara syariah memiliki daya tahan tinggi dalam menghadapi goncangan perekonomian dunia yang tak menentu.
Kondisi ini dibahas hangat dalam Seminar Internasional Keuangan Syariah 2014, dengan mengangkat tema "An Integrated Development of Islamic Finance Towards Financial Stability and Sustainable Economic Development" di Hotel JW Marriot Surabaya, yang diadakan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia (OJK).
Dalam pertemuan ini, semua bank dan perwakilan pemerintah mencoba untuk mengimplementasi keuangan syariah. “Indonesia akan menggerakan ekonomi syariah. Sistem syariah ini memiliki ketahan tinggi terhadap goncangan,” kata Presiden IDB Ahmad Mohamed Ali, Senin (3/11/2014).
Ali mengatakan, beberapa isu yang dibahas dalam acara ini adalah, Financial Conglomeration and Islamic Finance; Lesson learnt and Direction Ahead; Revealing the Development of Indonesian Islamic Non Bank Industri and Its Support to Provide a better financial access to Middle Low Income Households; Business Opportunities in Assets Securitization to support Islamic Capital Market Development and Opportunities of Islamic Finance for More Ethical and Sustainable Business in Supporting the Sustainable Economic Development.
Dengan melihat kondisi lapangan, Ali menuturkan kalau pihaknya akan menjunjung tinggi komitmen untuk memajukan ekonomi dunia, khususnya mengatasi krisis. Termasuk Indonesia dan Jawa Timur dalam mengatasi krisis. Untuk itu, salah satu jalan dalam mengantisipasi dampak gejolak adalah menerapkan sistem syariah secara baik.
“Sistem bank syariah ini diharapkan bisa mengatasi dan menjadi solusi perekonomian global, khususnya mengatasi krisis,” paparnya.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo mengatakan, sistem ekonomi syariah didunia masih sangat minim. Bahkan, pihaknya kesulitan untuk mencari referensi perbandingan penerapan sistem ini. Sebab, dunia Arab atau Timur Tengah belum menerapkan sistem perbankan syariah.
“Bahkan kedepan saya yakin sistem perbankan syariah akan menjadi acuan dunia. Dan itu ada di Indonesia,” katanya.
Agus menerangkan, jika dijalankan dengan baik, sistem ini tidak akan memiliki dampak yang banyak terhadap kondisi ekonomi, termasuk goncangan dari Amerika. Karena sistem ini tidak mengenal sistem flat. Intinya, sistem ini mirip sistem bagi hasil dari nasabah dan pihak bank. Sistem ini sudah dipergunakan beberapa bank di Indonesia, bahkan Pegadaian juga sudah memakainya.
“Penerapan sistem ini menguntungkan, masyarakat harus mengetahuinya,” ungkap dia.
Sementara itu, Gubernur Jatim Soekarwo mengatakan, Jatim sudah menerapkan sistem syariah yang dibahas dalam seminar ini. Sistem ini menguntungkan kelompok-kelompok mokro, karena sistem ini mengandung azas keadilan. Salah satu sistem yang dikembangkan Jatim adalah Mudharobbah. Sistem ini memiliki konsep bagi hasil antara kedua belah pihak dalam memperoleh keuntungan.
“Dalam sistem syariah tidak ada yang namanya syariah flat. Kalau ada itu perlu diluruskan,” katanya.
Sistem syariah, ungkap dia, akan memperhatikan UMKM dan penyalurannya melalui Bank UMKM. Pada bank ini, bunga yang diterapkan tidak besar, rata-rata berkisar antara 6% bagi pemilik usaha. “Dana bergulirnya yang kami tawarkan 6%. Ini sangat baik bagi UMKM di Jatim,” terang Pakde Karwo ini.
Kondisi ini dibahas hangat dalam Seminar Internasional Keuangan Syariah 2014, dengan mengangkat tema "An Integrated Development of Islamic Finance Towards Financial Stability and Sustainable Economic Development" di Hotel JW Marriot Surabaya, yang diadakan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia (OJK).
Dalam pertemuan ini, semua bank dan perwakilan pemerintah mencoba untuk mengimplementasi keuangan syariah. “Indonesia akan menggerakan ekonomi syariah. Sistem syariah ini memiliki ketahan tinggi terhadap goncangan,” kata Presiden IDB Ahmad Mohamed Ali, Senin (3/11/2014).
Ali mengatakan, beberapa isu yang dibahas dalam acara ini adalah, Financial Conglomeration and Islamic Finance; Lesson learnt and Direction Ahead; Revealing the Development of Indonesian Islamic Non Bank Industri and Its Support to Provide a better financial access to Middle Low Income Households; Business Opportunities in Assets Securitization to support Islamic Capital Market Development and Opportunities of Islamic Finance for More Ethical and Sustainable Business in Supporting the Sustainable Economic Development.
Dengan melihat kondisi lapangan, Ali menuturkan kalau pihaknya akan menjunjung tinggi komitmen untuk memajukan ekonomi dunia, khususnya mengatasi krisis. Termasuk Indonesia dan Jawa Timur dalam mengatasi krisis. Untuk itu, salah satu jalan dalam mengantisipasi dampak gejolak adalah menerapkan sistem syariah secara baik.
“Sistem bank syariah ini diharapkan bisa mengatasi dan menjadi solusi perekonomian global, khususnya mengatasi krisis,” paparnya.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo mengatakan, sistem ekonomi syariah didunia masih sangat minim. Bahkan, pihaknya kesulitan untuk mencari referensi perbandingan penerapan sistem ini. Sebab, dunia Arab atau Timur Tengah belum menerapkan sistem perbankan syariah.
“Bahkan kedepan saya yakin sistem perbankan syariah akan menjadi acuan dunia. Dan itu ada di Indonesia,” katanya.
Agus menerangkan, jika dijalankan dengan baik, sistem ini tidak akan memiliki dampak yang banyak terhadap kondisi ekonomi, termasuk goncangan dari Amerika. Karena sistem ini tidak mengenal sistem flat. Intinya, sistem ini mirip sistem bagi hasil dari nasabah dan pihak bank. Sistem ini sudah dipergunakan beberapa bank di Indonesia, bahkan Pegadaian juga sudah memakainya.
“Penerapan sistem ini menguntungkan, masyarakat harus mengetahuinya,” ungkap dia.
Sementara itu, Gubernur Jatim Soekarwo mengatakan, Jatim sudah menerapkan sistem syariah yang dibahas dalam seminar ini. Sistem ini menguntungkan kelompok-kelompok mokro, karena sistem ini mengandung azas keadilan. Salah satu sistem yang dikembangkan Jatim adalah Mudharobbah. Sistem ini memiliki konsep bagi hasil antara kedua belah pihak dalam memperoleh keuntungan.
“Dalam sistem syariah tidak ada yang namanya syariah flat. Kalau ada itu perlu diluruskan,” katanya.
Sistem syariah, ungkap dia, akan memperhatikan UMKM dan penyalurannya melalui Bank UMKM. Pada bank ini, bunga yang diterapkan tidak besar, rata-rata berkisar antara 6% bagi pemilik usaha. “Dana bergulirnya yang kami tawarkan 6%. Ini sangat baik bagi UMKM di Jatim,” terang Pakde Karwo ini.
(gpr)