Hadapi MEA, Karyawan Bank Perlu Disertifikasi
A
A
A
JAKARTA - Untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 terutama sektor perbankan pada 2020, karyawan bank perlu disertifikasi agar memiliki standar yang sama.
Ketua Umum Ikatan Bankir Indonesia (IBI) Zulkifli Zaini mengatakan, sertifikasi berperan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja perbankan.
Dia mengatakan, kualitas perbankan nasional harus meningkat untuk menyambut integrasi perbankan 2020.
Saat ini, sertifikasi yang sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia (BI) di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru yang berprofesi risk management. Namun, IBI melihat risk management saja tidak cukup.
"Kita lihat sudah melakukan penelitian, paling tidak ada sembilan profesi perbankan yang dibutuhkan agar bank berjalan dengan baik," katanya dalam acara IBI gelar Bankers Career Expo di Jakarta, Selasa (4/11/2014).
Dia menjelaskan, sembilan profesi itu antara lain, funding & services, treasury dealer, operation, general banking, wealth management, risk management, compliance, internal audit dan credit.
"Kita sudah sampaikan ke OJK ke depan, mungkin ada beberapa bidang di luar risk management tadi, perlu disertifikasi agar memiliki pegawai bank yang standar," kata Zulkifli.
Hingga 31 Oktober 2014, jumlah pegawai bank terutama sektor risk management yang sudah tersertifikasi oleh IBI dan Lembaga Seritifkasi Profesi Perbankan (LSPP) sebanyak 71.120 orang.
Jumlah tersebut baru sekitar 15% dari jumlah keseluruhan pegawai bank secara nasional yang mencapai 500 ribu orang.
Zulkifli menuturkan, setiap tahun ada sekitar 20-25 ribu pegawai bank yang akan disertifikasi.
Sementara, kebutuhan jumlah pegawai bank yang diperlukan menghadapi MEA sektor perbankan 2020 sekitar 650-700 ribu yang bekerja di sektor perbankan.
"Kalau dari hitung-hitungan kami, MEA 2020 membutuhkan paling tidak sekitar 700 ribu pegawai di sektor perbankan. Itu juga belum dihitung dengan security, driver yang tidak masuk ke kategori perbankan langsung," ujar dia.
Dengan adanya sertifikasi ini, diharapkan para pegawai bank di Indonesia akan lebih siap menghadapi MEA 2015.
Menurutnya, sektor perbankan diharapkan menjadi salah satu sektor paling siap, karena sudah mempunyai standar dan sertifikasi yang berlisensi dari BNSP.
"Kalau kita mau punya banker yang kompeten maka perlu sertifikasi semua bidang perbankan. Kami mengharapkan tahun depan OJK sudah bisa menyetujui melakukan sertifikasi di sembilan bidang perbankan tersebut," harapnya.
Selain seritifikasi, yang perlu diperhatikan untuk menghadapi MEA 2015, besaran permodalan yang dimiliki oleh bank-bank di dalam negeri untuk dapat menopang pertumbuhan ekonomi.
Dia memaparkan, jika ekonomi, kredit, dan bank, infrastruktur tumbuh, maka akan butuh kredit tambahan. Sehingga, membutuhkan bank besar untuk melayani pertumbuhan ekonomi.
"Karena itu, dibutuhkan bank yang memiliki modal besar,"ungkapnya.
Baginya, dengan adanya bank yang besar maka bank akan dapat memberikan kredit dengan batas maksimum kredit yang lebih besar, di mana hal itu hanya dapat dilakukan jika bank-bank melakukan konsolidasi.
"Jadi konsolidasi bank sesuatu yang tidak terhindarkan kalau kita ingin bank memberikan nilai tambah dan ikut berperan serta dalam pertumbuhan ekonomi. Dan ikut berperan memberikan kredit lebih besar," tandasnya.
Ketua Umum Ikatan Bankir Indonesia (IBI) Zulkifli Zaini mengatakan, sertifikasi berperan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja perbankan.
Dia mengatakan, kualitas perbankan nasional harus meningkat untuk menyambut integrasi perbankan 2020.
Saat ini, sertifikasi yang sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia (BI) di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru yang berprofesi risk management. Namun, IBI melihat risk management saja tidak cukup.
"Kita lihat sudah melakukan penelitian, paling tidak ada sembilan profesi perbankan yang dibutuhkan agar bank berjalan dengan baik," katanya dalam acara IBI gelar Bankers Career Expo di Jakarta, Selasa (4/11/2014).
Dia menjelaskan, sembilan profesi itu antara lain, funding & services, treasury dealer, operation, general banking, wealth management, risk management, compliance, internal audit dan credit.
"Kita sudah sampaikan ke OJK ke depan, mungkin ada beberapa bidang di luar risk management tadi, perlu disertifikasi agar memiliki pegawai bank yang standar," kata Zulkifli.
Hingga 31 Oktober 2014, jumlah pegawai bank terutama sektor risk management yang sudah tersertifikasi oleh IBI dan Lembaga Seritifkasi Profesi Perbankan (LSPP) sebanyak 71.120 orang.
Jumlah tersebut baru sekitar 15% dari jumlah keseluruhan pegawai bank secara nasional yang mencapai 500 ribu orang.
Zulkifli menuturkan, setiap tahun ada sekitar 20-25 ribu pegawai bank yang akan disertifikasi.
Sementara, kebutuhan jumlah pegawai bank yang diperlukan menghadapi MEA sektor perbankan 2020 sekitar 650-700 ribu yang bekerja di sektor perbankan.
"Kalau dari hitung-hitungan kami, MEA 2020 membutuhkan paling tidak sekitar 700 ribu pegawai di sektor perbankan. Itu juga belum dihitung dengan security, driver yang tidak masuk ke kategori perbankan langsung," ujar dia.
Dengan adanya sertifikasi ini, diharapkan para pegawai bank di Indonesia akan lebih siap menghadapi MEA 2015.
Menurutnya, sektor perbankan diharapkan menjadi salah satu sektor paling siap, karena sudah mempunyai standar dan sertifikasi yang berlisensi dari BNSP.
"Kalau kita mau punya banker yang kompeten maka perlu sertifikasi semua bidang perbankan. Kami mengharapkan tahun depan OJK sudah bisa menyetujui melakukan sertifikasi di sembilan bidang perbankan tersebut," harapnya.
Selain seritifikasi, yang perlu diperhatikan untuk menghadapi MEA 2015, besaran permodalan yang dimiliki oleh bank-bank di dalam negeri untuk dapat menopang pertumbuhan ekonomi.
Dia memaparkan, jika ekonomi, kredit, dan bank, infrastruktur tumbuh, maka akan butuh kredit tambahan. Sehingga, membutuhkan bank besar untuk melayani pertumbuhan ekonomi.
"Karena itu, dibutuhkan bank yang memiliki modal besar,"ungkapnya.
Baginya, dengan adanya bank yang besar maka bank akan dapat memberikan kredit dengan batas maksimum kredit yang lebih besar, di mana hal itu hanya dapat dilakukan jika bank-bank melakukan konsolidasi.
"Jadi konsolidasi bank sesuatu yang tidak terhindarkan kalau kita ingin bank memberikan nilai tambah dan ikut berperan serta dalam pertumbuhan ekonomi. Dan ikut berperan memberikan kredit lebih besar," tandasnya.
(izz)