2014 Masa Sulit bagi Industri Semen
A
A
A
PALEMBANG - PT Semen Baturaja Tbk mencatat kalau tahun kuda kayu merupakan tahun tersulit bagi industri semen. Pasalnya, Sampai akhir Oktober saja pertumbuhan (growth) konsumsi semen secara nasional hanya diagregat 3,3%, sedangkan di Sumatera hanya 2,2%.
Pertumbuhan cenderung melambat bila dibandingkan dengan tahun lalu yang bisa mencapai 14% secara nasional dan 10% untuk Sumatera.
“Tahun 2014 ini memang masa sulit bagi persemenan Indonesia, termasuk bagi Semen Baturaja. Bayangkan saja hingga Oktober lalu saja hanya tumbuh 2,2% dibawah pertumbuhan nasional. Kami khawatir ini akan berlanjut sampai 2015 mendatang. Apalagi pertumbuhan ekonomi tahun 2015 diproyeksi dikisaran 5,1%-5,2%,” kata Direktur Utama PT Semen Baturaja Pamudji Raharjo, Kamis (13/11/2014).
Kendati belum terlihat adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi di tahun 2015 mendatang, kata dia, namun pihak manajemen memberikan beban cukup berat yakni pertumbuhan revenue yang harus naik sekitar 10%. Disusul peningkatan margin 8% atau minimal sama dengan raihan marjin tiga tahun sebelumnya, termasuk pertumbuhan laba diluar tax.
Dia mengaku melambatnya penyerapan konsumsi semen ini ditenggarai beberapa faktor di antaranya banyak proyek infrastruktur pemerintah yang belum selesai dikerjakan sesuai dengan ketepatan waktu ditentukan.
”Pengaruh dari kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) untuk Industri III sekitar 39% di tahun ini juga memberikan dampak signifikan bagi cost yang dikeluarkan. Otomatis dengan semakin tingginya TDL akan membebani harga pokok produksi,” jelasnya.
Sebagai antisipasi dan strategi, lanjut Pamudji, pihaknya berupaya menekan ataupun melakukan upaya efisiensi harga pokok produksi. Langkah ini dimaksudkan untuk menekan cost yang dikeluarkan.
Saat ini, pihaknya memiliki tiga unit pabrik, yakni masing-masing satu unit di Kota Palembang, dan Baturaja, Sumsel serta Kota Panjang, Lampung dengan total kapasitas produksi mencapai 2 juta ton per tahun.
“Bayangkan saja Semen Padang saka memproduksi semen 6,5juta per tahun. Saat ini Semen Baturaja berada di pasar primer dan tidak boleh kalah di rumah sendiri. Makanya pada kuartal IV/2016 mendatang kami berencana mengoptimalisasi pabrik dengan membangun pabrik baru di Baturaja dengan total kapasitas produksi hingga 1,85 juta ton. Dengan demikian, otomatis kapasitas produksi Semen Baturaja bisa mencapai 3,85 juta ton per tahun. Paling tidaklah menguasai daerah sendiri,” jelasnya.
Saat ini pula, demand Semen Baturaja mencapai 1,6 juta ton per tahun untuk Sumsel dengan tingkat sales semen sekitar 1,75 juta ton atau naik sekitar 30%. Sedangkan daerah Lampung demand Semen Baturaja mencapai 1,5 juta ton per tahun.
Dia berharap kepada karyawan untuk bekerja seefisien mungkin guna menghadapi daya saing dan kompetisi dalam menghadapi Masyarakat Ekonomic ASEAN 2015 mendatang.
Sementara itu, Kabag Humas PT SB, Sahadi menambahkan dalam HUT Semen Baturaja ke-40, pihaknya memberikan tanda jasa Setya Karya bagi karyawan yang telah mendedikasikan diri mengabdi selama 10 tahun, 20 tahun, 25 tahun, 30 tahun dan 35 tahun dengan mendapatkan tunjangan 2x gaji pokok.
“Kami juga mengucurkan CSR kepada masyarakat sekitar dengan memberikan bantuan sembako, pendidikan, pembangunan dan renovasi masjid, pelatihan keterampilan, khitanan massal, bibit pohon, pembangunan lapangan tenis, lapangan futsal dan lainnya,” katanya.
Pertumbuhan cenderung melambat bila dibandingkan dengan tahun lalu yang bisa mencapai 14% secara nasional dan 10% untuk Sumatera.
“Tahun 2014 ini memang masa sulit bagi persemenan Indonesia, termasuk bagi Semen Baturaja. Bayangkan saja hingga Oktober lalu saja hanya tumbuh 2,2% dibawah pertumbuhan nasional. Kami khawatir ini akan berlanjut sampai 2015 mendatang. Apalagi pertumbuhan ekonomi tahun 2015 diproyeksi dikisaran 5,1%-5,2%,” kata Direktur Utama PT Semen Baturaja Pamudji Raharjo, Kamis (13/11/2014).
Kendati belum terlihat adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi di tahun 2015 mendatang, kata dia, namun pihak manajemen memberikan beban cukup berat yakni pertumbuhan revenue yang harus naik sekitar 10%. Disusul peningkatan margin 8% atau minimal sama dengan raihan marjin tiga tahun sebelumnya, termasuk pertumbuhan laba diluar tax.
Dia mengaku melambatnya penyerapan konsumsi semen ini ditenggarai beberapa faktor di antaranya banyak proyek infrastruktur pemerintah yang belum selesai dikerjakan sesuai dengan ketepatan waktu ditentukan.
”Pengaruh dari kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) untuk Industri III sekitar 39% di tahun ini juga memberikan dampak signifikan bagi cost yang dikeluarkan. Otomatis dengan semakin tingginya TDL akan membebani harga pokok produksi,” jelasnya.
Sebagai antisipasi dan strategi, lanjut Pamudji, pihaknya berupaya menekan ataupun melakukan upaya efisiensi harga pokok produksi. Langkah ini dimaksudkan untuk menekan cost yang dikeluarkan.
Saat ini, pihaknya memiliki tiga unit pabrik, yakni masing-masing satu unit di Kota Palembang, dan Baturaja, Sumsel serta Kota Panjang, Lampung dengan total kapasitas produksi mencapai 2 juta ton per tahun.
“Bayangkan saja Semen Padang saka memproduksi semen 6,5juta per tahun. Saat ini Semen Baturaja berada di pasar primer dan tidak boleh kalah di rumah sendiri. Makanya pada kuartal IV/2016 mendatang kami berencana mengoptimalisasi pabrik dengan membangun pabrik baru di Baturaja dengan total kapasitas produksi hingga 1,85 juta ton. Dengan demikian, otomatis kapasitas produksi Semen Baturaja bisa mencapai 3,85 juta ton per tahun. Paling tidaklah menguasai daerah sendiri,” jelasnya.
Saat ini pula, demand Semen Baturaja mencapai 1,6 juta ton per tahun untuk Sumsel dengan tingkat sales semen sekitar 1,75 juta ton atau naik sekitar 30%. Sedangkan daerah Lampung demand Semen Baturaja mencapai 1,5 juta ton per tahun.
Dia berharap kepada karyawan untuk bekerja seefisien mungkin guna menghadapi daya saing dan kompetisi dalam menghadapi Masyarakat Ekonomic ASEAN 2015 mendatang.
Sementara itu, Kabag Humas PT SB, Sahadi menambahkan dalam HUT Semen Baturaja ke-40, pihaknya memberikan tanda jasa Setya Karya bagi karyawan yang telah mendedikasikan diri mengabdi selama 10 tahun, 20 tahun, 25 tahun, 30 tahun dan 35 tahun dengan mendapatkan tunjangan 2x gaji pokok.
“Kami juga mengucurkan CSR kepada masyarakat sekitar dengan memberikan bantuan sembako, pendidikan, pembangunan dan renovasi masjid, pelatihan keterampilan, khitanan massal, bibit pohon, pembangunan lapangan tenis, lapangan futsal dan lainnya,” katanya.
(gpr)