BBM Naik, UKM di Makassar Terancam Gulung Tikar
A
A
A
MAKASSAR - Rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) memberikan dampak meluas terhadap sejumlah usaha, terutama Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Makassar.
Salah satunya dirasakan pengusaha pakaian distro di Makassar yang menggantungkan bahan baku mereka dari garmen dengan ongkos produksi terbilan besar pula.
Menurut Owner Distro lokal Makassar Baju Baru, Anhar A Kelto, pelaku UKM terancam gulung tikar jika harga BBM naik. Di mana kekhawatiran ini mulai dirasakan sejumlah pelaku industri kecil menengah di Makassar.
"Rencana kenaikan BBM layaknya mimpi buruk bagi pengusaha pemula seperti mereka, pasalnya harga bahan baku secara otomatis diprediksi bakal naik, belum lagi biaya pengiriman yang harus mereka tanggung akan lebih besar," katanya di Makassar, Minggu (16/11/2014).
Dia mengaku bisa menaikkan harga penjualan ketika biaya produksinya naik. Namun, pada kenyataannya tidak semudah itu.
Biaya produksi yang kemungkinan melonjak hingga dua kali lipat tak bisa diimbangi. Dampaknya sangat sulit menaikkan harga jual jika pun ada kenaikan itu hanya bisa maksimal sekitar 10%.
"Produksi kami masih kecil, tidak mampu menyaingi produksi industri besar. Serba salah, mau naikkan harga ditakutkan konsumen akan berpaling. Begitupun, tidak naikkan harga kami merugi, risikonya gulung tikar," terangnya.
Anhar menjelaskan, pengusaha kecil menengah pemula di Makassar berharap pemerintah mempertimbangkan dengan tepat sebelum menaikkan harga BBM.
Kalaupun harus naik, pemerintah diharapkan sudah memikirkan solusi bagi para pelaku usaha, khusnya UKM.
Diakui Kelto sapaan akrabnya, saat ini penjualan baju distro lokal miliknya dikisaran Rp90 ribu hingga Rp100 ribu. Sementara, biaya produksi saat ini per baju sekitar Rp50 ribu sampai Rp60 ribu diperkirakan imbas kenaikan BBM bakal biaya produksi bakal naik hingga Rp80 ribu.
"Dipastikan omzet penjualan menurun drastis, kalau terus-terusan kebijakan kenaikan BBM tidak mengedepankan keberpihakn pada masyarakat kecil utamanya pelaku UKM," jelasnya.
Hal serupa disampaikan pengusaha online, Iriana yang selama ini mengandalkan penjualan produknya mulai baju, sepatu hingga tas secara online dengan mengambil barang di daerah Bandung dan Jakarta.
"Dipastikan harga yang ditawarkan konsumen akan naik 20%, itu dipengaruhi pengiriman produk dari distributor ke konsumen yang meningkat pula," paparnya.
Salah satunya dirasakan pengusaha pakaian distro di Makassar yang menggantungkan bahan baku mereka dari garmen dengan ongkos produksi terbilan besar pula.
Menurut Owner Distro lokal Makassar Baju Baru, Anhar A Kelto, pelaku UKM terancam gulung tikar jika harga BBM naik. Di mana kekhawatiran ini mulai dirasakan sejumlah pelaku industri kecil menengah di Makassar.
"Rencana kenaikan BBM layaknya mimpi buruk bagi pengusaha pemula seperti mereka, pasalnya harga bahan baku secara otomatis diprediksi bakal naik, belum lagi biaya pengiriman yang harus mereka tanggung akan lebih besar," katanya di Makassar, Minggu (16/11/2014).
Dia mengaku bisa menaikkan harga penjualan ketika biaya produksinya naik. Namun, pada kenyataannya tidak semudah itu.
Biaya produksi yang kemungkinan melonjak hingga dua kali lipat tak bisa diimbangi. Dampaknya sangat sulit menaikkan harga jual jika pun ada kenaikan itu hanya bisa maksimal sekitar 10%.
"Produksi kami masih kecil, tidak mampu menyaingi produksi industri besar. Serba salah, mau naikkan harga ditakutkan konsumen akan berpaling. Begitupun, tidak naikkan harga kami merugi, risikonya gulung tikar," terangnya.
Anhar menjelaskan, pengusaha kecil menengah pemula di Makassar berharap pemerintah mempertimbangkan dengan tepat sebelum menaikkan harga BBM.
Kalaupun harus naik, pemerintah diharapkan sudah memikirkan solusi bagi para pelaku usaha, khusnya UKM.
Diakui Kelto sapaan akrabnya, saat ini penjualan baju distro lokal miliknya dikisaran Rp90 ribu hingga Rp100 ribu. Sementara, biaya produksi saat ini per baju sekitar Rp50 ribu sampai Rp60 ribu diperkirakan imbas kenaikan BBM bakal biaya produksi bakal naik hingga Rp80 ribu.
"Dipastikan omzet penjualan menurun drastis, kalau terus-terusan kebijakan kenaikan BBM tidak mengedepankan keberpihakn pada masyarakat kecil utamanya pelaku UKM," jelasnya.
Hal serupa disampaikan pengusaha online, Iriana yang selama ini mengandalkan penjualan produknya mulai baju, sepatu hingga tas secara online dengan mengambil barang di daerah Bandung dan Jakarta.
"Dipastikan harga yang ditawarkan konsumen akan naik 20%, itu dipengaruhi pengiriman produk dari distributor ke konsumen yang meningkat pula," paparnya.
(izz)