Industri Mamin Akan Naikkan Harga 5%-10% Awal 2015
A
A
A
JAKARTA - Industri makanan dan minuman (mamin) akan menaikkan harga produknya sekitar 5%-10% yang akan dilakukan di awal 2015.
"Jadi industri mamin itu kita akan melakukan review terhadap harga itu pasti di awal tahun depan," ujar Sekjen Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Franky Sibarani di Shangri-La Hotel, Jakarta, Rabu (19/11/2014).
Franky mengungkapkan, terdapat beberapa alasan yang mendasari kenaikan tersebut. Pertama, lantaran tntutan para buruh yang meminta kenaikan upah minimum (UMR).
"Pertama itu kenaikan UMR. Kedua, untuk industri mamin itu review dilakukan karena rupiah (kurs). Karena hampir 60%-80% bahan bakunya impor. Jadi bagaimana posisi terhadap rupiah," terangnya.
Ketiga, lanjut dia, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang dampaknya tidak terlalu signifikan, namun tetap memengaruhi biaya distribusi sebesar 2%.
"Tapi naiknya nanti pada awal Januari. Sekali lagi, kenaikan industri mamin pada awal Januari itu bukan karena BBM. Tapi banyak faktor, terutama UMR," tutur Franky.
Kenaikan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) juga turut menyumbangkan pengaruhnya terhadap review harga produk mamin.
"Jadi dengan kenaikan BI rate kemarin jadi 7,75%, itu juga kita akan melakukan review lagi. Karena bunga bank pasti akan naik. Komersial bank itu akan naik," jelasnya.
Franky mengatakan, kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang dilakukan setiap tiga bulan juga memicu review harga yang dilakukan pengusaha mamin.
"Jadi kemarin saya diskusi dengan orang kelistrikan, itu kelihatannya ujungnya itu kira-kira Januari naiknya sekitar 5% harga makanannya," pungkasnya.
"Jadi industri mamin itu kita akan melakukan review terhadap harga itu pasti di awal tahun depan," ujar Sekjen Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Franky Sibarani di Shangri-La Hotel, Jakarta, Rabu (19/11/2014).
Franky mengungkapkan, terdapat beberapa alasan yang mendasari kenaikan tersebut. Pertama, lantaran tntutan para buruh yang meminta kenaikan upah minimum (UMR).
"Pertama itu kenaikan UMR. Kedua, untuk industri mamin itu review dilakukan karena rupiah (kurs). Karena hampir 60%-80% bahan bakunya impor. Jadi bagaimana posisi terhadap rupiah," terangnya.
Ketiga, lanjut dia, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang dampaknya tidak terlalu signifikan, namun tetap memengaruhi biaya distribusi sebesar 2%.
"Tapi naiknya nanti pada awal Januari. Sekali lagi, kenaikan industri mamin pada awal Januari itu bukan karena BBM. Tapi banyak faktor, terutama UMR," tutur Franky.
Kenaikan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) juga turut menyumbangkan pengaruhnya terhadap review harga produk mamin.
"Jadi dengan kenaikan BI rate kemarin jadi 7,75%, itu juga kita akan melakukan review lagi. Karena bunga bank pasti akan naik. Komersial bank itu akan naik," jelasnya.
Franky mengatakan, kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang dilakukan setiap tiga bulan juga memicu review harga yang dilakukan pengusaha mamin.
"Jadi kemarin saya diskusi dengan orang kelistrikan, itu kelihatannya ujungnya itu kira-kira Januari naiknya sekitar 5% harga makanannya," pungkasnya.
(izz)