UOB Gelar Kompetisi Karya Lukisan Se-Asia Tenggara

Sabtu, 22 November 2014 - 13:28 WIB
UOB Gelar Kompetisi Karya Lukisan Se-Asia Tenggara
UOB Gelar Kompetisi Karya Lukisan Se-Asia Tenggara
A A A
SINGAPURA - United Overseas Bank (UOB) menggelar kompetisi karya lukisan bertajuk UOB Southeast Asian Painting of the Year 2014 di Singapura.

Deputy Chairman dan Chief Executive Officer UOB Group Wee Ee Cheong mengatakan, kompetisi UOB Painting of the Year pertama kali diadakan di Singapura pada 1982. “Saat itu kami ingin menggali dan memperkenalkan bakat- bakat seni yang terpendam di Singapura serta memberikan kesempatan kepada para seniman untuk mengekspresikan ide kreativitas mereka,” kata Wee dalam keterangan tertulisnya kemarin.

Menurutnya, seni merupakan medium yang dapat mempersatukan berbagai komunitas dari kultur yang berbeda. Sejalan dengan hal tersebut, UOB meluaskan lingkup kegiatan ini menjadi kegiatan regional sejak lima tahun lalu.

“Saat ini kami bangga bahwa kegiatan UOB Painting of The Year telah memberikan kontribusi terutama dalam meningkatkan kesadaran terhadap dunia seni dan memberikan pemahaman yang lebih terhadap keunikan ragam budaya di Asia Tenggara,” tambahnya.

Adapun pemenang 2014 UOB Southeast Asian Painting of the Year yaitu seniman Indonesia Antonius Subiyanto untuk karya lukisannya yang berjudul Old Stock Fresh Menu . Antonius Subiyanto salah satu dari empat pemenang kompetisi 2014 UOB Painting of the Year Country yang diselenggarakan di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand.

Karya Antonius menceritakan kisah tentang kerusakan yang diakibatkan oleh gaya hidup hedonisme, dilukiskan melalui gambar produk konsumerisme yang digoreng dalam kuali besar. Tim panel penilai regional sangat terkesan dengan teknik penataan gambar dan kemampuannya dalam menyampaikan pesan yang suram dengan cara cerdas dan jenaka.

Antonius menjelaskan, dia terinspirasi oleh pengalaman hidup di suatu desa di Yogyakarta. Karya seninya mengusungkan tema mengenai budaya toleransi dan empati. Dia melihat sehari-hari kehidupan di Yogyakarta, di mana terdapat gaya hidup konsumerisme yang sangat berlebihan.

“Saya menggunakan arang dan pensil untuk menggambar fondasi dasar lukisan sebelum nanti saya timpa dengan cat minyak dan disepuh dengan tinta emas untuk menegaskan garis lukisan,” katanya.

Heru febrianto
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9097 seconds (0.1#10.140)