Pendapatan Sierad Tergerus Turunnya Permintaan
A
A
A
JAKARTA - Meningkatnya produksi bibit ayam potong atau day old chicken (DOC) di tengah menurunnya permintaan memberi dampak pada menurunnya pendapatan PT Sierad Produce Tbk (SIPD).
Wakil Direktur Utama PT Sierad Produce Tbk (SIPD) Eko Putro Sandjojo mengatakan, sentimen lainnya yang mempengaruhi adalah dari luar negeri, berupa diakhirinya program stimulus moneter di Amerika Serikat (AS) mendorong menguatnya USD dan menekan rupiah.
"Kemudian harga komoditi turun, income petani jadi berkurang, sehingga daya beli ikut berkurang," kata dia di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Senin (24/11/2014).
Padahal, menurut dia, produk DOC sedang mengalami produksi besar-besaran bahkan mengalami kelebihan pasokan.
"Dalam empat tahun terkahir lebih dari 100% kenaikan kapasitas produksi DOC karena semua investasi. Produksi kapasitas DOC naik diperkirakan 55 juta-60juta per minggu, padahal demand-nya hanya 40 juta-43 juta. Ini kelebihan suplai," tutur dia.
Dia menambahkan, kelebihan suplai ini mengakibatkan harga ayam dan DOC selama setahun ini relatif menurun.
"Makanya setahun ini harga ayam sama DOC relatif tidak bagus. Problem komoditi, jika demand turun 10%, suplai tidak disesuaikan 10%, harganya bisa turun 50%. Makanya, kemarin harga DOC sampai Rp500, harga ayam Rp9.000-an padahal cost-nya Rp15.000-an," pungkasnya.
Untuk menyikapi kondisi ini, perseroan akan melakukan penyesuaian antara cost dan demand.
Sekadar informasi, laba tahun berjalan perusahaan hingga akhir kuartal III tahun ini sebesar Rp3,01 miliar, turun 56,06% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp6,85 miliar. Turunnya laba disebabkan anjloknya penjualan sebesar 38,11% menjadi Rp1,9 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp3,07 triliun.
Wakil Direktur Utama PT Sierad Produce Tbk (SIPD) Eko Putro Sandjojo mengatakan, sentimen lainnya yang mempengaruhi adalah dari luar negeri, berupa diakhirinya program stimulus moneter di Amerika Serikat (AS) mendorong menguatnya USD dan menekan rupiah.
"Kemudian harga komoditi turun, income petani jadi berkurang, sehingga daya beli ikut berkurang," kata dia di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Senin (24/11/2014).
Padahal, menurut dia, produk DOC sedang mengalami produksi besar-besaran bahkan mengalami kelebihan pasokan.
"Dalam empat tahun terkahir lebih dari 100% kenaikan kapasitas produksi DOC karena semua investasi. Produksi kapasitas DOC naik diperkirakan 55 juta-60juta per minggu, padahal demand-nya hanya 40 juta-43 juta. Ini kelebihan suplai," tutur dia.
Dia menambahkan, kelebihan suplai ini mengakibatkan harga ayam dan DOC selama setahun ini relatif menurun.
"Makanya setahun ini harga ayam sama DOC relatif tidak bagus. Problem komoditi, jika demand turun 10%, suplai tidak disesuaikan 10%, harganya bisa turun 50%. Makanya, kemarin harga DOC sampai Rp500, harga ayam Rp9.000-an padahal cost-nya Rp15.000-an," pungkasnya.
Untuk menyikapi kondisi ini, perseroan akan melakukan penyesuaian antara cost dan demand.
Sekadar informasi, laba tahun berjalan perusahaan hingga akhir kuartal III tahun ini sebesar Rp3,01 miliar, turun 56,06% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp6,85 miliar. Turunnya laba disebabkan anjloknya penjualan sebesar 38,11% menjadi Rp1,9 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp3,07 triliun.
(rna)