Industri Baja Diyakini Terus Tumbuh
A
A
A
CILEGON - Kementerian Perindustrian optimistis sektor industri besi baja bakal terus tumbuh positif pada tahun ini, kendati masih ada sejumlah masalah yang berpotensi menjadi hambatan.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, sedikitnya ada dua alasan besar atas keyakinan bertumbuh positifnya industri besi baja, yakni kinerja sektor tersebut dalam tiga tahun terakhir serta peningkatan pesat investasi.
“Kami optimistis tahun 2014 industri besi baja bisa terus mengalami pertumbuhan positif melihat cukup baiknya sektor besi baja dalam tiga tahun terakhir ini,” ujar Menteri Perindustrian Saleh Husin saat kunjungan kerja ke PT Krakatau Steel Tbk, Cilegon, Banten, kemarin. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, pada sembilan bulan pertama tahun ini produksi baja tumbuh 10,74%.
Angka tersebut melebihi pertumbuhan rata-rata industri nonmigas yang hanya sebesar 5,30%. Menurut Saleh, pertumbuhan industri baja nasional ditopang oleh konsumsi baja dunia yang terus mengalami tren peningkatan sejak 2009 lalu. Bahkan, tren pertumbuhan konsumsi baja secara global diprediksi terus meningkat hingga 2018. Namun, pada periode 2011–2014 utilisasi kapasitas produk mengalami penurunan karena pertumbuhan kapasitas melebihi pertumbuhan konsumsi.
Meski begitu, Saleh memprediksi, mulai tahun 2015 utilisasi kapasitas diperkirakan meningkat seiring dengan program pengurangan kapasitas di China. Sebagai perbandingan, pada periode Januari–September 2014 pertumbuhan industri non-migas nasional mengalami sedikit perlambatan yakni hanya 5,30%. Bandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 6,33%.
Menurut Saleh, perlambatan pertumbuhan industri nonmigas antara lain dipengaruhi oleh terus berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan belum membaiknya kinerja neraca luar negeri nasional. Oleh karena itu, Saleh mengajak agar optimisme terhadap pertumbuhan industri besi baja terus dipupuk. “Mengingat, industri besi baja merupakan salah satu industri prioritas yang memegang peranan penting bagi pengembangan industri lain,” ujarnya.
Dia mencontohkan, selain sebagai bahan baku dasar industri seperti galangan kapal, migas, alat berat, automotif dan elektronika, industri besi baja merupakan pendukung utama pembangunan infrastruktur di Indonesia yang kini menjadi prioritas untuk meningkatkan daya saing industri dan penguatan struktur ekonomi nasional. Saleh Husin menyadari adanya banyak kendala riil yang dihadapi industri besi dan baja.
Masalah utama yang dihadapi sektor tersebut adalah angka impor yang tinggi untuk bahan baku. Kendala lain yang dihadapi industri baja nasional adalah ketergantungan terhadap bahan baku dan komponen impor yang masih tinggi. Sedangkan, masalah internalnya adalah belum pemanfaatan pasar dalam negeri yang belum optimal.
Sementara, Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk Irvan Kamal Hakim mengatakan, masih ada beberapa kendala dan tantangan dari industri baja global, di antaranya adalah jatuhnya harga baja dunia. “Selama tiga tahun terakhir harga baja turun USD200 per ton menjadi sekitar USD500 per ton,” ujarnya.
Jatuhnya harga baja dunia, lanjut Irvan, disebabkan melemahnya kondisi ekonomi di China sehingga berpengaruh pada industri baja di Indonesia. Dia mengilustrasikan, apabila terjadi penurunan produk domestik bruto (PDB) sebesar 1% di China, maka akan ada kelebihan pasokan 24 juta ton baja di Negeri Panda.
“Dalam hal ini kami dengan perindustrian telah melakukan langkah-langkah dan upaya sehingga nanti ke depan industri baja akan tumbuh dan berkembang di negeri sendiri, mengingat industri baja sebagai mother of industry,” katanya.
Pada kunjungan kerja kemarin Menteri Perindustrian Saleh Husin juga meninjau pabrik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk untuk melihat lokasi pembuatan bijih plastik di Cilegon, Banten.
Oktiani endarwati
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, sedikitnya ada dua alasan besar atas keyakinan bertumbuh positifnya industri besi baja, yakni kinerja sektor tersebut dalam tiga tahun terakhir serta peningkatan pesat investasi.
“Kami optimistis tahun 2014 industri besi baja bisa terus mengalami pertumbuhan positif melihat cukup baiknya sektor besi baja dalam tiga tahun terakhir ini,” ujar Menteri Perindustrian Saleh Husin saat kunjungan kerja ke PT Krakatau Steel Tbk, Cilegon, Banten, kemarin. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, pada sembilan bulan pertama tahun ini produksi baja tumbuh 10,74%.
Angka tersebut melebihi pertumbuhan rata-rata industri nonmigas yang hanya sebesar 5,30%. Menurut Saleh, pertumbuhan industri baja nasional ditopang oleh konsumsi baja dunia yang terus mengalami tren peningkatan sejak 2009 lalu. Bahkan, tren pertumbuhan konsumsi baja secara global diprediksi terus meningkat hingga 2018. Namun, pada periode 2011–2014 utilisasi kapasitas produk mengalami penurunan karena pertumbuhan kapasitas melebihi pertumbuhan konsumsi.
Meski begitu, Saleh memprediksi, mulai tahun 2015 utilisasi kapasitas diperkirakan meningkat seiring dengan program pengurangan kapasitas di China. Sebagai perbandingan, pada periode Januari–September 2014 pertumbuhan industri non-migas nasional mengalami sedikit perlambatan yakni hanya 5,30%. Bandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 6,33%.
Menurut Saleh, perlambatan pertumbuhan industri nonmigas antara lain dipengaruhi oleh terus berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan belum membaiknya kinerja neraca luar negeri nasional. Oleh karena itu, Saleh mengajak agar optimisme terhadap pertumbuhan industri besi baja terus dipupuk. “Mengingat, industri besi baja merupakan salah satu industri prioritas yang memegang peranan penting bagi pengembangan industri lain,” ujarnya.
Dia mencontohkan, selain sebagai bahan baku dasar industri seperti galangan kapal, migas, alat berat, automotif dan elektronika, industri besi baja merupakan pendukung utama pembangunan infrastruktur di Indonesia yang kini menjadi prioritas untuk meningkatkan daya saing industri dan penguatan struktur ekonomi nasional. Saleh Husin menyadari adanya banyak kendala riil yang dihadapi industri besi dan baja.
Masalah utama yang dihadapi sektor tersebut adalah angka impor yang tinggi untuk bahan baku. Kendala lain yang dihadapi industri baja nasional adalah ketergantungan terhadap bahan baku dan komponen impor yang masih tinggi. Sedangkan, masalah internalnya adalah belum pemanfaatan pasar dalam negeri yang belum optimal.
Sementara, Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk Irvan Kamal Hakim mengatakan, masih ada beberapa kendala dan tantangan dari industri baja global, di antaranya adalah jatuhnya harga baja dunia. “Selama tiga tahun terakhir harga baja turun USD200 per ton menjadi sekitar USD500 per ton,” ujarnya.
Jatuhnya harga baja dunia, lanjut Irvan, disebabkan melemahnya kondisi ekonomi di China sehingga berpengaruh pada industri baja di Indonesia. Dia mengilustrasikan, apabila terjadi penurunan produk domestik bruto (PDB) sebesar 1% di China, maka akan ada kelebihan pasokan 24 juta ton baja di Negeri Panda.
“Dalam hal ini kami dengan perindustrian telah melakukan langkah-langkah dan upaya sehingga nanti ke depan industri baja akan tumbuh dan berkembang di negeri sendiri, mengingat industri baja sebagai mother of industry,” katanya.
Pada kunjungan kerja kemarin Menteri Perindustrian Saleh Husin juga meninjau pabrik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk untuk melihat lokasi pembuatan bijih plastik di Cilegon, Banten.
Oktiani endarwati
(ars)