Inflasi Jabar November Lebih Tinggi dari Nasional
A
A
A
BANDUNG - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat (Jabar) mencatat laju inflasi November 2014 mencapai 1,59% atau lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 1,50%.
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jabar Dody Gunawan Yusuf mengatakan, laju inflasi tahun kalender sebesar 5,16% dan laju inflasi tahun ke tahun selama dua belas bulan terakhir tercatat 5,54%.
"Andil melejitnya angka inflasi ini karena pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Ini baru 12 hari, masih akan terlihat dampaknya di bulan depan," katanya di Bandung, Senin (1/12/2014).
Dia menyebutkan, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan menjadi penyumbang inflasi tertinggi dengan inflasi sebesar 5,223%.
Sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi pada kelompok ini adalah sub kelompok jasa keuangan dan sub kelompok transport.
Adapun komoditi yang menjadi penyumbang inflasi tertinggi adalah bensin, angkutan udara, solar, angkutan antar kota, dan transfer uang.
"Yang terlihat masih dampak kenaikan BBM subsidi secara langsung, sedangkan dampak secara tidak langsungnya belum terlihat," kata dia.
Menurutnya, jika melihat pola pasca kenaikan harga BBM subsidi sebelumnya, di sektor lain seperti industri manufaktur akan mulai terasa dampaknya di bulan ketiga dan seterusnya.
Inflasi November 2014 ini menjadi yang tertinggi selama paling tidak enam bulan terakhir ini. Pada Juni, laju inflasi Jabar tercatat 0,38%, Juli 0,86%, Agustus 0,44%, September 0,26%, Oktober 0,32%, dan November 1,59%.
Meski demikian, lanjut dia, momentum kenaikan harga BBM bersubsidi tahun ini lebih mending dibandingkan tahun lalu yang menjelang Lebaran.
"Meskipun angka inflasi melejit dari bulan sebelumnya, tetapi angkanya tidak sebesar tahun lalu. Mudah-mudahan di Desember inflasinya tidak terlalu besar,' pungkasnya.
(Baca: BBM Naik, BPS Catat Inflasi November Meroket 1,50%)
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jabar Dody Gunawan Yusuf mengatakan, laju inflasi tahun kalender sebesar 5,16% dan laju inflasi tahun ke tahun selama dua belas bulan terakhir tercatat 5,54%.
"Andil melejitnya angka inflasi ini karena pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Ini baru 12 hari, masih akan terlihat dampaknya di bulan depan," katanya di Bandung, Senin (1/12/2014).
Dia menyebutkan, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan menjadi penyumbang inflasi tertinggi dengan inflasi sebesar 5,223%.
Sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi pada kelompok ini adalah sub kelompok jasa keuangan dan sub kelompok transport.
Adapun komoditi yang menjadi penyumbang inflasi tertinggi adalah bensin, angkutan udara, solar, angkutan antar kota, dan transfer uang.
"Yang terlihat masih dampak kenaikan BBM subsidi secara langsung, sedangkan dampak secara tidak langsungnya belum terlihat," kata dia.
Menurutnya, jika melihat pola pasca kenaikan harga BBM subsidi sebelumnya, di sektor lain seperti industri manufaktur akan mulai terasa dampaknya di bulan ketiga dan seterusnya.
Inflasi November 2014 ini menjadi yang tertinggi selama paling tidak enam bulan terakhir ini. Pada Juni, laju inflasi Jabar tercatat 0,38%, Juli 0,86%, Agustus 0,44%, September 0,26%, Oktober 0,32%, dan November 1,59%.
Meski demikian, lanjut dia, momentum kenaikan harga BBM bersubsidi tahun ini lebih mending dibandingkan tahun lalu yang menjelang Lebaran.
"Meskipun angka inflasi melejit dari bulan sebelumnya, tetapi angkanya tidak sebesar tahun lalu. Mudah-mudahan di Desember inflasinya tidak terlalu besar,' pungkasnya.
(Baca: BBM Naik, BPS Catat Inflasi November Meroket 1,50%)
(izz)