BBM Sumbang Kenaikan Inflasi Jateng
A
A
A
SEMARANG - Kenaikan harga BBM bersubsidi yang terjadi beberapa waktu lalu benar-benar berdampak terhadap inflasi di Jawa Tengah (Jateng).
Meski dampak kenaikan BBM baru dirasakan beberapa hari, namun inflasi di Jateng naik signifikan dari sebelumnya hanya 0,52% pada Oktober, naik menjadi 1,36% pada November.
Kenaikan BBM yang terjadi, secara umum mendorong kenaikan harga sebagian besar komoditi, mulai transportasi, komunikasi dan jasa keuangan; bahan makanan; kesehatan; makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.
Selain itu kenaikan harga juga terjadi pada perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga dan kelompok sandang.
Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari memperkirakan inflasi akan lebih tinggi pada Desember dan Januari.
"Kalau sekarang dampaknya baru beberapa hari, dan pada bulan-bulan berikutnya kemungkinan inflasi akan semakin tinggi," ujarnya, Senin (1/12/2914).
Dia menyebutkan, perkembangan harga berbagai komoditas pada November 2014 secara umum mengalami kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Provinsi Jateng pada November 2014 terjadi inflasi 1,36% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 115,99.
"Untuk komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya inflasi adalah bensin, cabai merah, cabai rawit, angkutan dalam kota dan beras," kata dia.
Pihaknya mengaku, kenaikan harga cabai, yang saat ini mencapai lebih dari Rp50 ribu, dikarenakan kurangnya pasokan dari wilayah-wilayah pemasok cabai di Jateng, bukan akibat dari kenaikan harga BBM.
Menurutnya, meskipun secara umum hampir semua komoditas mengalami kenaikan ada beberapa barang yang tetap mengalami penurunan harga, seperti bawang merah, kol putih/kubis, bayam.
Penurunan harga juga terjadi pada daging ayam ras, emas perhiasan, petai, melon, lele, semangka, wortel, daging sapi, salak, pir, daun bawang, kangkung, gula pasir, kentang, nangka muda, kerang dan genteng.
"Komoditas yang mengalami penurunan harga ini sedikit mampu menekan laju inflasi," ucapnya.
Dari enam kota yang dilakukan survai biaya hidup (SBH), semua kota mengalami inflasi. Kota SBH yang mengalami inflasi tertinggi adalah Kota Cilacap sebesar 1,52% dengan IHK sebesar 119,07 diikuti Kota Surakarta sebesar 1,47% dengan IHK sebesar 114,23; Kota Purwokerto sebesar 1,38% dengan IHK 115,06.
Sementara, Kota Semarang terjadi inflasi 1,35% dengan IHK sebesar 115,95; yang kemudian disusul Kota Kudus sebesar 1,31 dengan IHK sebesar 121,17 dan inflasi terendah terjadi di Kota Tegal sebesar 1,05% dengan IHK sebesar 112,86.
Kabid Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jateng Listyati Purnama Rusdiana mengakui, kenaikan harga cabai di Jateng karena kurangnya pasokan dari daerah-daerah penghasil cabai.
"Yang mendongkrak kenaikan cabai, karena memang pasokannya yang kurang," ujarnya.
Berdasarkan pantuan Disperindag, harga cabai di pasaran dalam dua pekan terkahir, masih berada di kisaran Rp50.000 per kg. Padahal harga cabai sebelumnya rata-rata hanya Rp26.000-Rp.29.000 per kg.
Atas kondisi tersebut, pihaknya memprediksi harga cabai akan tetap tinggi hingga akhir tahun. Terlebih permintaan akan semakin tinggi seiring semakin dekatnya Perayaan Natal dan tahun baru.
Meski dampak kenaikan BBM baru dirasakan beberapa hari, namun inflasi di Jateng naik signifikan dari sebelumnya hanya 0,52% pada Oktober, naik menjadi 1,36% pada November.
Kenaikan BBM yang terjadi, secara umum mendorong kenaikan harga sebagian besar komoditi, mulai transportasi, komunikasi dan jasa keuangan; bahan makanan; kesehatan; makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.
Selain itu kenaikan harga juga terjadi pada perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga dan kelompok sandang.
Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari memperkirakan inflasi akan lebih tinggi pada Desember dan Januari.
"Kalau sekarang dampaknya baru beberapa hari, dan pada bulan-bulan berikutnya kemungkinan inflasi akan semakin tinggi," ujarnya, Senin (1/12/2914).
Dia menyebutkan, perkembangan harga berbagai komoditas pada November 2014 secara umum mengalami kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Provinsi Jateng pada November 2014 terjadi inflasi 1,36% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 115,99.
"Untuk komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya inflasi adalah bensin, cabai merah, cabai rawit, angkutan dalam kota dan beras," kata dia.
Pihaknya mengaku, kenaikan harga cabai, yang saat ini mencapai lebih dari Rp50 ribu, dikarenakan kurangnya pasokan dari wilayah-wilayah pemasok cabai di Jateng, bukan akibat dari kenaikan harga BBM.
Menurutnya, meskipun secara umum hampir semua komoditas mengalami kenaikan ada beberapa barang yang tetap mengalami penurunan harga, seperti bawang merah, kol putih/kubis, bayam.
Penurunan harga juga terjadi pada daging ayam ras, emas perhiasan, petai, melon, lele, semangka, wortel, daging sapi, salak, pir, daun bawang, kangkung, gula pasir, kentang, nangka muda, kerang dan genteng.
"Komoditas yang mengalami penurunan harga ini sedikit mampu menekan laju inflasi," ucapnya.
Dari enam kota yang dilakukan survai biaya hidup (SBH), semua kota mengalami inflasi. Kota SBH yang mengalami inflasi tertinggi adalah Kota Cilacap sebesar 1,52% dengan IHK sebesar 119,07 diikuti Kota Surakarta sebesar 1,47% dengan IHK sebesar 114,23; Kota Purwokerto sebesar 1,38% dengan IHK 115,06.
Sementara, Kota Semarang terjadi inflasi 1,35% dengan IHK sebesar 115,95; yang kemudian disusul Kota Kudus sebesar 1,31 dengan IHK sebesar 121,17 dan inflasi terendah terjadi di Kota Tegal sebesar 1,05% dengan IHK sebesar 112,86.
Kabid Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jateng Listyati Purnama Rusdiana mengakui, kenaikan harga cabai di Jateng karena kurangnya pasokan dari daerah-daerah penghasil cabai.
"Yang mendongkrak kenaikan cabai, karena memang pasokannya yang kurang," ujarnya.
Berdasarkan pantuan Disperindag, harga cabai di pasaran dalam dua pekan terkahir, masih berada di kisaran Rp50.000 per kg. Padahal harga cabai sebelumnya rata-rata hanya Rp26.000-Rp.29.000 per kg.
Atas kondisi tersebut, pihaknya memprediksi harga cabai akan tetap tinggi hingga akhir tahun. Terlebih permintaan akan semakin tinggi seiring semakin dekatnya Perayaan Natal dan tahun baru.
(izz)