Bebas Visa Harus Diimbangi Konektivitas
A
A
A
JAKARTA - Komitmen pemerintah untuk menambah fasilitas bebas visa bagi turis asal lima negara harus diimbangi dengan peningkatan konektivitas, terutama penerbangan langsung ke destinasi wisata.
Country Manager Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di Jepang Tadahiko Narita mengatakan, Indonesia salah satu destinasi wisata yang diminati turis Jepang. Pada 2002 saja hampir 600.000 turis Jepang yang mengunjungi Indonesia. Ia meyakini pada 2015 jumlahnya akan bertambah berkali lipat seiring penerapan bebas visa bagi turis Jepang asalkan konektivitas angkutan udara ditingkatkan.
”Kami memerlukan penerbangan yang lebih banyak lagi,” ujarnya kepada KORAN SINDO di sela-sela acara VITO Country Managers Meeting yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) di Jakarta kemarin. Menurut Narita, umumnya turis yang berwisata ke Indonesia menggunakan penerbangan ke Jakarta dan Denpasar.
Namun, keterbatasan frekuensi penerbangan dan kapasitas tempat duduk acapkali menyulitkan. Ia juga mengeluhkan sulitnya mendapat tiket untuk rute Jakarta-Bali. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengakui konektivitas merupakan aspek yang paling menentukan dalam upaya menarik lebih banyak kunjungan wisman.
Sayangnya, peringkat Indonesia dari sisi aksesibilitas masih rendah. Travel & Tourism Competitiveness Index (TTCI) misalnya hanya memberi angka 30 dari skala 100 atau 2,1 dari 7. Negara lain seperti Thailand sudah lebih baik aksesibilitasnya.
Inda susanti
Country Manager Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di Jepang Tadahiko Narita mengatakan, Indonesia salah satu destinasi wisata yang diminati turis Jepang. Pada 2002 saja hampir 600.000 turis Jepang yang mengunjungi Indonesia. Ia meyakini pada 2015 jumlahnya akan bertambah berkali lipat seiring penerapan bebas visa bagi turis Jepang asalkan konektivitas angkutan udara ditingkatkan.
”Kami memerlukan penerbangan yang lebih banyak lagi,” ujarnya kepada KORAN SINDO di sela-sela acara VITO Country Managers Meeting yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) di Jakarta kemarin. Menurut Narita, umumnya turis yang berwisata ke Indonesia menggunakan penerbangan ke Jakarta dan Denpasar.
Namun, keterbatasan frekuensi penerbangan dan kapasitas tempat duduk acapkali menyulitkan. Ia juga mengeluhkan sulitnya mendapat tiket untuk rute Jakarta-Bali. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengakui konektivitas merupakan aspek yang paling menentukan dalam upaya menarik lebih banyak kunjungan wisman.
Sayangnya, peringkat Indonesia dari sisi aksesibilitas masih rendah. Travel & Tourism Competitiveness Index (TTCI) misalnya hanya memberi angka 30 dari skala 100 atau 2,1 dari 7. Negara lain seperti Thailand sudah lebih baik aksesibilitasnya.
Inda susanti
(bbg)