Ekonomi Australia Melemah

Kamis, 04 Desember 2014 - 11:06 WIB
Ekonomi Australia Melemah
Ekonomi Australia Melemah
A A A
SYDNEY - Ekonomi Australia melemah lebih dari yang diproyeksikan pada kuartal III/2014, turun akibat menurunnya investasi swasta. Data terbaru itu menunjukkan sinyal lain bahwa negara itu mengalami transisi berat menjauh dari pertumbuhan yang mengandalkan sektor pertambangan.

“Ekonomi tumbuh hingga 0,3% pada kuartal III/2014, turun dari 0,5% pada kuartal sebelumnya, untuk membawa tingkat pertumbuhan tahunan menjadi 2,7%,” ungkap laporan Biro Statistik Australia, dikutip kantor berita AFP.

“Data nasional ini mencerminkan beratnya perubahan dari sektor sumber daya alam, mulai dari investasi hingga produksi. Produksi bijih besi secara khusus menguat lebih dari yang diperkirakan pada Mei. Adapun, harga bijih besi dan batu bara, yang menjadi penyumbang ekspor terbesar, turun secara drastis dalam beberapa waktu ini,” ungkap Menteri Keuangan Australia Joe Hockey.

Data terbaru ini berada di bawah proyeksi analis yakni pertumbuhan 0,7% per kuartal untuk level tahunan 3,1%, dan membuat dolar Australia melemah. Dolar Australia turun USD84,69 sen menuju level terendah dalam empat tahun USD83,92 sen.

“Selalu ada dua sisi dari boom. Kita telah mengalami sisi baik dan sekarang kita melihat sedikit kesulitan untuk boom investasi. Yang paling mengejutkan ialah dari sisi investasi swasta, yang mencakup 0,5% dari produk domestik bruto (PDB) dan kita perkirakan lebih rendah daripada itu,” papar ekonom JP Morgan Tom Kennedy.

Ekspor yang mendukung pertumbuhan menguat 0,8% poin dan belanja konsumen meningkat 0,4% poin. Meski demikian, belanja modal melemah hingga 0,5% poin dan investasi publik turun 0,2% poin. Ekonomi Australia menjauh dari sektor sumber daya alam sebagai penggerak utama pertumbuhan, seiring berkurangnya investasi pertambangan.

Langkah ini didukung keputusan Bank Sentral Australia mempertahankan suku bunga di level terendah sebesar 2.5%. Boominvestasi pertambangan telah membantu ekonomi keluar dari resesi selama lebih dari dua dekade, dengan permintaan dari China untuk sumber daya alam Australia.

Meski demikian, dengan adanya penurunan belanja bisnis, pertumbuhan ekonomi Australia turun di bawah ratarata. Di sisi lain, tingkat pengangguran meningkat ke level tertinggi dalam satu dekade terakhir, mencapai lebih dari 6,0%. Penurunan tajam pada harga komoditas, khususnya akibat penurunan permintaan dari konsumen utama China dan melimpahnya suplai global, juga menekan pertumbuhan ekonomi Australia. Perdagangan melemah 3,5%.

Adapun, pendapatan domestik bruto riil turun 0,4%, setelah turun 0,3% pada kuartal II/2014. “Ini penurunan dalam dua kuartal berturut-turut, dan itu berarti Australia berada dalam resesi pendapatan untuk pertama kali sejak krisis keuangan,” papar Kepala Ekonom Bank of America Merrill Lynch, Saul Eslake.

“Semua negara membayar kami lebih sedikit dari apa yang kami jual pada mereka. Ini membantu menjelaskan mengapa pengangguran meningkat, mengapa pengeluaran berkurang dan mengapa Joe Hockey harus menurunkan bagian pendapatan untuk anggaran bulan ini,” ujar Eslake.

Para ekonom menyatakan, data itu sesuai dengan outlook bank sentral dan mendukung keputusan mempertahankan kebijakan moneter yang akomodatif dan menyerukan tingkat nilai tukar mata uang yang lebih lemah untuk mendukung industri non-pertambangan. RBA pada November memproyeksikan tingkat pertumbuhan 2,5% pada Desember dan pertumbuhan PDB antara 2 dan 3% dalam 12 bulan pada Juni 2015.

Australia berupaya meningkatkan pendapatan negara melalui sejumlah kesepakatan perdaganganbebasdenganberbagai negara. Bulan lalu Australia dan China menandatangani kesepakatan perdagangan bebas, setelah satu dekade perundingan. Menurut kedua negara, langkah ini akan membuka banyak keuntungan baru masa depan.

Sesuai kesepakatan, 93% dari semua barang asal Australia yang masuk ke China akan bebas tarif dalam empat tahun. “Ini akan menambah miliaran dolar pada ekonomi, menciptakan pekerjaan dan meningkatkan standar kehidupan,” kata Perdana Menteri Australia Tony Abbott.

Syarifudin
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3728 seconds (0.1#10.140)